Suara.com - Kabar duka datang dari Muhammad Fajri (27), lelaki dengan bobot 300 kilogram yang sempat viral. Ia mengembuskan napas terakhirnya. Pertanyaannya, seberapa besar risiko kematian akibat obesitas?
Fajri meninggal setelah beberapa hari dirujuk dan dipindahkan ke RSCM untuk mendapatkan perawatan, pengobatan dan menjalani program penurunan berat badan.
"Betul, meninggal dunia," ujar Direktur RSCM dr. Lies Dina Liastuti, Kamis (22/6/2023).
Namun dr. Lies belum bisa menyampaikan rincian dan penyebab meninggalnya Fajri. Tapi ada dugaan yang beredar, lelaki yang sempat dipindahkan menggunakan forklift dari Ciledug, Tangerang, Banten itu mengalami komplikasi akibat timbunan lemak di tubuhnya
"Kami akan mengumumkan releasenya nanti," tambah dr. Lies.
Obesitas adalah penumpukan lemak yang berlebihan akibat ketidakseimbangan asupan energi (energy intake) dengan energi yang digunakan (energy expenditure) dalam waktu lama.
Dalam situs resminya Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO telah menyatakan obesitas sebagai epidemi. Ini karenanya ada 2,8 juta orang setiap tahunnya meninggal akibat kelebihan berat badan atau obesitas.
Mirisnya, jika dulu obesitas dikaitkan dengan negara berpenghasilan tinggi. Kini obesitas juga marak terjadi di negara berkembang atau negara berpenghasilan rendah dan menengah.
Departemen Kesehatan Masyarakat Virginia menemukan risiko kematian akan meningkat seiring bertambahnya berat badan. Bahkan kelebihan 5 hingga 10 kilogram, setiap orang 30 hingga 64 tahun yang kelebihan berat badan berisiko kematian.
Baca Juga: INNALILLAHI! RSCM Benarkan Fajri Pria Berbobot 300 Kg Meninggal Dunia
Seseorang dengan indeks massa tubuh atau BMI lebih dari 30 atau yang masuk kategori obesitas, berisiko 50 hingga 100 persen kematian.
Selain risiko kematian, obesitas juga berisiko tinggi gagal jantung atau serangan jantung, 80 persen berisiko diabetes, mengalami serangan kanker, gangguan pernapasan, radang sendi hingga komplikasi organ reproduksi.
Beberapa waktu lalu Dokter Spesialis Jantung sekaligus Cardiovascular Imaging RS Abdi Waluyo, dr. Prasetyo Andriono, Sp.JP menyebutkan, untuk menurunkan berat badan pada obesitas tidak melulu harus olahraga tapi perlu program diet yang komprehensif.
"Antara olahraga dengan diet untuk obesitas, saya lebih senang mereka diet dulu. Penelitian yang ada mengatakan lebih efektif diet daripada olahraga untuk menurunkan berat badan," papar dr. Prasetyo.
Berita Terkait
Terpopuler
- 18 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 26 September: Klaim Pemain 108-112 dan Hujan Gems
- Thom Haye Akui Kesusahan Adaptasi di Persib Bandung, Kenapa?
- Rekam Jejak Brigjen Helfi Assegaf, Kapolda Lampung Baru Gantikan Helmy Santika
- Saham DADA Terbang 2.000 Persen, Analis Beberkan Proyeksi Harga
- Ahmad Sahroni Ternyata Ada di Rumah Saat Penjarahan, Terjebak 7 Jam di Toilet
Pilihan
-
Profil Agus Suparmanto: Ketum PPP versi Aklamasi, Punya Kekayaan Rp 1,65 Triliun
-
Harga Emas Pegadaian Naik Beruntun: Hari Ini 1 Gram Emas Nyaris Rp 2,3 Juta
-
Sidang Cerai Tasya Farasya: Dari Penampilan Jomplang Hingga Tuntutan Nafkah Rp 100!
-
Sultan Tanjung Priok Cosplay Jadi Gembel: Kisah Kocak Ahmad Sahroni Saat Rumah Dijarah Massa
-
Pajak E-commerce Ditunda, Menkeu Purbaya: Kita Gak Ganggu Daya Beli Dulu!
Terkini
-
Infeksi Silang di Rumah Sakit? Linen Medis Antivirus Ini Jadi Solusi!
-
Golden Period Jadi Kunci, RS Ini Siapkan Layanan Cepat Tangani Stroke
-
Nada Tarina Pamer Bekas Jahitan Operasi, Kenapa Skoliosis Lebih Rentan pada Wanita?
-
Apa Itu Tylenol: Obat yang Diklaim Donald Trump Bisa Bikin Autis
-
Mengenal Osteosarcoma, Kanker Tulang Ganas yang Mengancam Nyawa Anak dan Remaja
-
Viral Guyonan Lelaki Manja saat Sakit, Dokter Saraf Bongkar Fakta Toleransi Nyeri
-
Bukan Cuma Pekerja, Ternyata Orang Tua juga Bisa Burnout karena Masalah Membesarkan Anak
-
Benarkah Diet Keto Berisiko untuk Kesehatan? Ini Jawaban Ahli
-
Tren Mengkhawatirkan! Mengapa Kasus Kanker pada Anak Muda Meningkat?
-
Gaya Hidup Higienis: Kebiasaan Kecil yang Berdampak Besar bagi Tubuh