Suara.com - Sering dianggap enteng, namun gejala alergi dapat menghambat aktivitas sehari-hari dengan signifikan. Meski begitu, masih banyak yang belum mengenal perbedaan mendasar antara alergi dan gangguan imunologi atau autoimun.
Dokter Spesialis Penyakit Dalam dari Eka Hospital Cibubur, dr. Yovita Mulyakusuma, menyoroti bahwa alergi dan gangguan imunologi kini menjadi permasalahan kesehatan yang semakin umum di tengah masyarakat modern. Walaupun keduanya terkait erat dengan sistem pertahanan tubuh, namun penyebab dan pendekatannya cenderung berbeda secara substansial.
Alergi, pada dasarnya, adalah respons tubuh yang berlebihan terhadap zat asing yang sebenarnya tidak berbahaya. Zat-zat ini, yang dikenal sebagai alergen, dapat berasal dari berbagai sumber seperti serbuk sari, bulu hewan, jenis makanan tertentu, obat-obatan, atau bahkan bahan kimia. Dengan memahami esensi perbedaan ini, kita dapat lebih bijak dalam mengenali dan menangani dua masalah kesehatan yang serupa namun berbeda esensinya ini.
"Ketika seseorang yang alergi mengalami paparan dengan alergen tertentu, sistem kekebalan tubuhnya akan bereaksi secara berlebihan, dan timbul gejala seperti pilek, bersin-bersin, sesak nafas, ruam kulit, bahkan reaksi anafilaksis yang mengancam jiwa," ujar dr. Yovita melalui keterangan yang diterima suara.com, Kamis (22/2/2024).
Sedangkan imunologi adalah sistem kekebalan tubuh berfungsi untuk melindungi kita dari infeksi melalui berbagai lini pertahanan. Sehingga gangguan imunologi melibatkan disfungsi dalam sistem kekebalan tubuh.
"Kondisi dimana sistem kekebalan tubuh secara berlebihan dan keliru mengenali sel tubuhnya sendiri yang sehat sebagai za tasing, sehingga menyerang sel tubuhnya sendiri, disebut autoimun. Contohnya adalah Lupus, Rheumatoid arthritis, Sindrom Sjorgen, Psoriasis, dan masih banyak lagi," papar dokter yang juga konsultan alergi imunologi itu.
Di sisi lain, terdapat kondisi imunodefisiensi, dimana sistem kekebalan tubuh lemah atau disfungsi, sehingga membuat individu lebih rentan terhadap infeksi. Contohnya termasuk HIV/AIDS, kanker, imunodefisiensi kongenital, dan lain-lain.
Penyebab dan faktor risiko autoimun vs alergi
Penyebab alergi dan gangguan imunologi bervariasi dan seringkali kompleks. Faktor genetik, lingkungan, dan gaya hidup memainkan peran penting dalam perkembangan keduanya.
Baca Juga: Kena Autoimun Imbas Suntik Putih, Cita Citata Kini Kurangi Perawatan
"Seseorang yang memiliki riwayat keluarga alergi atau autoimun, memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami alergi atau autoimun. Namun berbagai hal seperti jenis kelamin, stres, paparan zat kimia, paparan alergen, diet, infeksi dan lain-lain, ikut berperan dalam terjadinya kondisi alergi dan autoimun tersebut," papar dr. Yovita.
Sementara untuk kondisi imunodefisiensi dipengaruhi oleh faktor genetik, mutasi gen, infeksi virus, adanya keganasan, penggunaan obat-obatan imunosupresan, kemoterapi, dan sebagainya.
Gejala autoimun vs alergi
Gejala alergi dapat mencakup gatal-gatal, mata berair, hidung tersumbat, batuk, sesak napas, kelainan kulit, hingga anafilaksis. Gejala autoimun bervariasi tergantung pada jenis autoimunnya dan seberapa parah kondisinya.
Beberapa gejala yang secara umum didapatkan pada kondisi autoimun diantaranya adalah rasa lelah, sering demam, nyeri sendi, rambut rontok, ruam-ruam di kulit.
"Sedangkan pada kondisi imunodefisiensi, gejalanya berupa terkena infeksi berulang, peningkatan risiko infeksi yang serius, dan penyembuhan yang lambat dari penyakit ringan," pungkas dr. Yovita.
Berita Terkait
Terpopuler
- Sunscreen untuk Usia 50-an Sebaiknya SPF Berapa? Cek 5 Rekomendasi yang Layak Dicoba
- Jusuf Kalla Peringatkan Lippo: Jangan Main-Main di Makassar!
- 5 Sunscreen Terbaik Harga di Bawah Rp30 Ribu agar Wajah Cerah Terlindungi
- 7 Mobil Sedan Bekas Mulai 15 Jutaan, Performa Legenda untuk Harian
- 24 Kode Redeem FC Mobile 4 November: Segera Klaim Hadiah Parallel Pitches, Gems, dan Emote Eksklusif
Pilihan
-
Comeback Dramatis! Persib Bandung Jungkalkan Selangor FC di Malaysia
-
Bisnis Pizza Hut di Ujung Tanduk, Pemilik 'Pusing' Berat Sampai Berniat Melego Saham!
-
Bos Pajak Cium Manipulasi Ekspor Sawit Senilai Rp45,9 Triliun
-
6 Kasus Sengketa Tanah Paling Menyita Perhatian di Makassar Sepanjang 2025
-
6 HP Memori 128 GB Paling Murah Terbaru 2025 yang Cocok untuk Segala Kebutuhan
Terkini
-
Dont Miss a Beat: Setiap Menit Berharga untuk Menyelamatkan Nyawa Pasien Aritmia dan Stroke
-
Jangan Tunggu Dewasa, Ajak Anak Pahami Aturan Lalu Lintas Sejak Sekarang!
-
Menjaga Kemurnian Air di Rumah, Kunci Hidup Sehat yang Sering Terlupa
-
Timbangan Bukan Segalanya: Rahasia di Balik Tubuh Bugar Tanpa Obsesi Angka
-
Terobosan Baru Atasi Kebutaan: Obat Faricimab Kurangi Suntikan Mata Hingga 75%!
-
5 Pilihan Obat Batu Ginjal Berbahan Herbal, Aman untuk Kesehatan Ginjal dan Ampuh
-
Catat Prestasi, Tiga Tahun Beruntun REJURAN Indonesia Jadi Top Global Distributor
-
Mengenal UKA, Solusi Canggih Atasi Nyeri Lutut dengan Luka Minimal
-
Indonesia di Ambang Krisis Dengue: Bisakah Zero Kematian Tercapai di 2030?
-
Sakit dan Trauma Akibat Infus Gagal? USG Jadi Solusi Aman Akses Pembuluh Darah!