Health / Konsultasi
Selasa, 23 September 2025 | 13:15 WIB
Ilustrasi makanan sehat rendah lemak. (EatWell)

Suara.com - Beberapa tahun terakhir, diet keto menjadi salah satu tren pola makan yang paling sering dilakukan. Banyak orang tertarik mencobanya karena diyakini mampu menurunkan berat badan dengan cepat sekaligus memberikan energi ekstra.

Prinsip dasar diet ini adalah memangkas hampir seluruh asupan karbohidrat harian dan menggantinya dengan konsumsi lemak dalam jumlah tinggi. Akibatnya, tubuh dipaksa beradaptasi dan beralih menggunakan lemak sebagai sumber energi utama melalui proses yang dikenal dengan istilah ketosis.

Sekilas, pola makan ini tampak menjanjikan. Banyak orang berhasil mencapai berat badan ideal dengan lebih cepat, dan sebagian penelitian juga menunjukkan adanya manfaat untuk kondisi tertentu. Namun, di balik tren yang semakin populer, para ilmuwan mulai menyoroti efek jangka panjang dari diet keto. Pertanyaannya, apakah diet ini aman bila dilakukan bertahun-tahun?

Sebuah riset terbaru yang dipublikasikan di Science News mengungkap bahwa meski diet keto membawa hasil positif dalam menurunkan berat badan. Tak hanya itu, diet ini ternyata juga dapat menimbulkan dampak negatif bagi kesehatan metabolik bila dilakukan dalam jangka panjang.

Lalu apakah diet keto tetap aman untuk dilakukan? Begini faktanya seperti Suara.com telah rangkum dari Science News

Ilustrasi diet keto. (Pexels)

Secara teknis, diet keto dirancang dengan menurunkan konsumsi karbohidrat hingga sangat rendah yang biasanya kurang dari 50 gram per hari sekaligus meningkatkan asupan lemak. Normalnya, tubuh kita mengandalkan glukosa dari karbohidrat untuk bahan bakar. Namun saat karbohidrat dibatasi, hati akan mengubah lemak menjadi senyawa bernama badan keton yang kemudian dipakai sebagai energi alternatif. Inilah kondisi ketosis yang menjadi kunci diet keto.

Dalam sebuah studi yang berlangsung sekitar delapan bulan pada tikus, yang  setara dengan beberapa dekade usia manusia, para peneliti mengamati efek diet keto jangka panjang. Hasilnya menunjukkan adanya tanda-tanda gangguan metabolisme.

Tikus yang menjalani diet keto dalam waktu lama tidak mampu mengatur gula darah dengan baik. Mereka kesulitan menghasilkan cukup insulin, yaitu hormon yang berperan memasukkan glukosa ke dalam sel.

Analisis juga menemukan peningkatan kadar lemak dalam darah, yang bisa menjadi indikasi awal penyakit kardiovaskular. Pada tikus jantan, bahkan muncul kondisi hati berlemak yang menandakan adanya gangguan fungsi organ.

Baca Juga: Cegah Stroke dengan 6 Makanan Sehat Ini: Gampang Dicari dan Terjangkau!

Meskipun ada dampak negatif, diet keto tetap membuat tikus memiliki berat badan lebih rendah dibandingkan dengan tikus yang diberi makanan tinggi karbohidrat ala Western diet. 

Kabar baiknya, gangguan metabolisme yang muncul ternyata tidak bersifat permanen. Saat tikus berhenti menjalani diet keto, sebagian besar masalah, terutama terkait pengolahan glukosa, berangsur membaik.

Hasil penelitian ini tentu menimbulkan pertanyaan, apakah manusia akan mengalami efek serupa bila menjalani diet keto dalam jangka panjang?

Hingga kini, jawabannya belum sepenuhnya jelas. Studi tersebut memang memberikan gambaran, tetapi penelitian langsung pada manusia masih terbatas. Meski begitu, temuan ini bisa menjadi peringatan untuk lebih berhati-hati. 

Manfaat jangka pendek dari diet keto terbukti efektif menurunkan berat badan dan mungkin membantu mengendalikan kadar gula darah dalam waktu singkat.

Namun, bila diterapkan terus-menerus, potensi gangguan metabolisme, masalah pada hati, serta peningkatan risiko penyakit kardiovaskular. 

Diet keto memang menarik karena mampu menghasilkan penurunan berat badan yang signifikan dan relatif cepat. Namun, penelitian terbaru pada hewan menunjukkan bahwa menjalani diet ini dalam waktu lama berpotensi menimbulkan masalah kesehatan, khususnya pada metabolisme gula, hati, dan jantung.

Bagi manusia, bukti ilmiah yang tersedia masih perlu diperdalam. Walau begitu, temuan ini bisa menjadi peringatan agar diet keto tidak dianggap sebagai pola makan permanen tanpa risiko. Jika ingin mencobanya, sebaiknya dilakukan dalam jangka waktu tertentu saja, dengan pengawasan dokter atau ahli gizi.

Dengan kata lain, diet keto mungkin bermanfaat, tetapi ada beberapa resiko yang perlu dipertimbangkan. Keseimbangan gizi dan keberlanjutan jangka panjang tetap lebih penting untuk menjaga kesehatan secara menyeluruh.

Kontributor : Dea Nabila

Load More