Health / Women
Senin, 13 Oktober 2025 | 20:52 WIB
Psikolog Klinis, Naomi Tobing di Jakarta, Rabu (8/10/2025). (Suara.com/Dini Afrianti)
Baca 10 detik
  • Kondisi stres yang dalam dialami seseorang dapat memicu emotional eating yaitu kecenderungan makan berlebihan.
  • Menurut kacamata psikologi klinis, ada dua perilaku umum saat seseorang dilanda stres, yaitu jadi banyak makan atau tidak nafsu makan sama sekali.
  • Emotional eating terjadi karena tubuh dalam waktu cepat butuh untuk kembali stabil. 

Suara.com - Beberapa orang mengalami lonjakan nafsu makan drastis saat dilanda stres alias dalam tekanan. Tapi tahukah Anda, kondisi itu kerap disebut dengan emotional eating, yaitu saat emosi memengaruhi nafsu makan seseorang.

Psikolog Klinis LIGHThouse Clinic, Naomi Tobing, menjelaskan ada dua perilaku umum saat seseorang dilanda stres, yaitu jadi banyak makan atau tidak nafsu makan sama sekali. Kondisi ini bisa dipengaruhi oleh kebiasaan sehari-hari.

“Ada yang stres larinya ke makan, ada yang stres larinya nggak makan. Itu bisa terjadi dua-duanya, tergantung kepribadian orang tersebut,” ujar Naomi dalam acara peluncuran Kompetisi LIGHTweight Challenge (LWC) di Jakarta, Rabu (8/10/2025).

Naomi mengatakan, saat seseorang mengalami stres ringan dalam kehidupan sehari-hari, maka ia cenderung mengalami lonjakan nafsu makan. Tapi ia mengingatkan untuk waspada jika orang tersebut mengalami stres berat hingga nafsu makannya menghilang.

“Biasanya kalau ringan, yang kita hadapi sehari-hari di kantor atau kehidupan sehari-hari, larinya jadinya makan. Tapi kalau misalnya stres berat, kecenderungan ada depresi bisa jadi tidak makan sama sekali,” papar Naomi.

Ia menambahkan, meski termasuk stres ringan lalu mengalami lonjakan nafsu makan, kondisi tersebut tidak boleh diabaikan karena termasuk dalam kategori emotional eating.

“Kebanyakan orang menghadapi stres ringan setiap hari, jadi makanya emotional eating itu banyak sekali terjadi di antara kita,” jelasnya.

Adapun emotional eating, menurut Naomi, terjadi karena tubuh dalam waktu cepat butuh untuk kembali stabil. Hasilnya, otak secara cepat mengeluarkan hormon endorfin berlebihan yang membuat seseorang ingin banyak makan.

Cara ini memang ampuh untuk membuat tubuh lebih stabil, tapi jika dibiarkan terus-menerus bisa membahayakan kesehatan, terlebih apabila makanan yang dikonsumsi cenderung berlemak.

Baca Juga: Ketika Stres Diam-Diam Bikin Tubuh Sakit, Dokter Indonesia Angkat Isu Ini ke Eropa

“Tujuannya sebenarnya karena kita butuh cara yang cepat untuk membuat emosi kita stabil, nggak ngerasain sedih, stres, marah, jadinya kita mendistraksi itu dengan makan,” katanya.

“Tanpa sadar misalnya sambil kerja ngemil, atau kalau dimarahin bos larinya ke makan supaya kita bisa stabil lagi dengan cepat,” sambung Naomi.

Bukan hanya menambah berat badan, kondisi ini membuat seseorang tidak terlatih mengelola dan memproses emosi yang datang. Hasilnya, emotional intelligence orang tersebut cenderung buruk.

Emotional intelligence adalah kemampuan untuk mengenali, memahami, mengelola, dan menggunakan emosi diri sendiri serta orang lain secara efektif.

“Cuman kan sebenarnya kita jadi tidak memproses emosi kita dan akhirnya jadinya berat badannya naik, gitu,” jelas Naomi.

Naomi melanjutkan, kondisi inilah yang akhirnya membuat perjuangan diet kerap gagal dalam menurunkan berat badan. Inilah sebabnya program diet dari LIGHThouse Clinic kerap didampingi oleh psikolog klinis.

Load More