- Kisah duka dibagikan oleh Direktur Imunisasi Kementerian Kesehatan RI, Prima Yosephine.
- Kisah itu perihal seorang ibu yang lupa memastikan anaknya mendapat imunisasi DT (kombinasi difteri dan tetanus).
- Kalalaian tersebut berujung peristiwa tragis.
Adapun kematian akibat difteri biasanya terjadi karena obstruksi atau sumbatan jalan napas karena tertutup selaput putih keabu-abuan, kerusakan otot pembungkus jantung, serta kelainan susunan saraf pusat dan ginjal.
Beruntung, sang kakak sempat mendapat satu kali imunisasi DT tambahan saat duduk di kelas 1 SD, meski jenis imunisasi ini memerlukan pengulangan setiap tahun hingga kelas 5 SD.
Kini, sang ibu aktif mengingatkan para orang tua lewat akun TikTok-nya agar tak mengulangi kesalahan yang sama.
"Jadi dia sampaikan di TikToknya kepada orangtua yang lain, jangan sampai seperti saya. Bodoh banget saya sampai kehilangan jagoan saya, karena itu satu-satunya anak lelaki dia," terang Prima.
Dari peristiwa ini, Prima berharap masyarakat semakin sadar pentingnya imunisasi dan ikut menyukseskan program Sepekan Mengejar Imunisasi (PENARI) yang digelar pada 27 Oktober–1 November 2025 di seluruh Posyandu, Puskesmas, dan fasilitas kesehatan lainnya.
Program ini menyasar bayi usia 0–11 bulan, balita 12–59 bulan, anak sekolah, serta ibu hamil yang vaksinasinya belum lengkap, demi memastikan perlindungan optimal bagi seluruh kelompok rentan.
Presiden Direktur PT Takeda Innovative Medicines, Andreas Gutknecht, turut mendukung program PENARI. Ia meyakini imunisasi merupakan salah satu intervensi kesehatan paling berdampak dalam sejarah.
"Upaya ini telah menyelamatkan jutaan jiwa dan menjadi fondasi bagi masyarakat yang lebih sehat dan tangguh,” kata Andreas.
Sebagai catatan, data menunjukkan imunisasi membantu mencegah antara 3,5 juta hingga 5 juta kematian global akibat penyakit berbahaya seperti difteri, tetanus, batuk rejan (pertusis), influenza, dan campak.
Baca Juga: Benarkah Vaksinasi Campak Bisa Picu Kecacatan Anak? Ini Penjelasan Dokter
Sejak 1974, program imunisasi global telah menyelamatkan sekitar 154 juta jiwa dari berbagai penyakit menular melalui imunisasi rutin dan kampanye imunisasi massal.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Rekomendasi Mobil Keluarga Seharga NMax yang Jarang Rewel
- Here We Go! Peter Bosz: Saya Mau Jadi Pelatih Timnas yang Pernah Dilatih Kluivert
- 5 Mobil Keluarga 7 Seater Mulai Rp30 Jutaan, Irit dan Mudah Perawatan
- Sosok Timothy Anugerah, Mahasiswa Unud yang Meninggal Dunia dan Kisahnya Jadi Korban Bullying
- Lupakan Louis van Gaal, Akira Nishino Calon Kuat Jadi Pelatih Timnas Indonesia
Pilihan
-
Dana Korupsi Rp13 T Dialokasikan untuk Beasiswa, Purbaya: Disalurkan Tahun Depan
-
Kebijakan Sri Mulyani Kandas di Tangan Purbaya: Pajak Pedagang Online Ditunda
-
Harga Emas Hari Ini Turun Lagi! Antam di Pegadaian Jadi Rp 2.657.000, UBS Stabil
-
Hasil Drawing SEA Games 2025: Timnas Indonesia U-23 Ketiban Sial!
-
Menkeu Purbaya Curigai Permainan Bunga Usai Tahu Duit Pemerintah Ratusan Triliun Ada di Bank
Terkini
-
Terobosan Baru! MLPT Gandeng Tsinghua Bentuk Program AI untuk Kesehatan Global
-
Ubah Waktu Ngemil Jadi "Mesin" Pembangun Ikatan Anak dan Orang Tua Yuk!
-
Kasus Kanker Paru Meningkat, Dunia Medis Indonesia Didorong Adopsi Teknologi Baru
-
Osteoartritis Mengintai, Gaya Hidup Modern Bikin Sendi Cepat Renta: Bagaimana Solusinya?
-
Fraud Asuransi Kesehatan: Rugikan Triliunan Rupiah dan Pengaruhi Kualitas Layanan Medis!
-
Rahasia Kehamilan Sehat dan Anak Cerdas: Nutrisi Mikro dan Omega 3 Kuncinya!
-
Masa Depan Layanan Kesehatan Ada di Genggaman Anda: Bagaimana Digitalisasi Memudahkan Pasien?
-
Manfaat Jeda Sejenak, Ketenangan yang Menyelamatkan di Tengah Hiruk Pikuk Kota
-
WHO Apresiasi Kemajuan Indonesia dalam Pengembangan Obat Herbal Modern
-
Stop Diet Ekstrem! 3 Langkah Sederhana Perbaiki Pencernaan, Badan Jadi Lebih Sehat