Health / Konsultasi
Rabu, 26 November 2025 | 12:21 WIB
Ketua Ukum Ikatan Psikolog Klinis (IPK) Indonesia 2021-2025, Retno Kumolohadi di Kongres V IPK, Jakarta (Suara.com/Dini Afrianti)
Baca 10 detik
  • Ketua IPK Indonesia, Retno Kumolohadi, menyatakan Indonesia darurat kesehatan mental dengan prevalensi depresi dan anxiety tinggi.
  • Kondisi darurat ini perlu perhatian serius karena dapat meningkatkan risiko mengakhiri hidup.
  • IPK berkoordinasi dengan Kemenkes memanfaatkan teknologi untuk deteksi dan pencegahan kesehatan jiwa.

Suara.com - Ketua Umum Ikatan Psikolog Klinis (IPK) Indonesia 2021-2025, Retno Kumolohadi menyatakan Indonesia darurat kesehatan mental dengan banyaknya kasus gangguan jiwa meliputi depresi, anxiety (kecemasan) dan skizofrenia.

Retno mengatakan berbagai kasus gangguan kesehatan mental di Indonesia ini harus jadi perhatian serius pemerintah dan seluruh elemen terkait, karena bisa meningkatkan kecenderungan suicide atau mengakhiri hidup.

“Kesehatan mental ini memang dari kasus-kasus yang terjadi banyak sekali. Ada beberapa kasus yang menjadi memang prevalensi tertinggi. Seperti depresi, kecemasan, kemudian skizofrenia termasuk di dalamnya kemudian bunuh diri,” ujar Retno dalam acara Kongres V IPK 2025 di Jakarta beberapa waktu lalu.

Adapun depresi adalah gangguan suasana hati yang menyebabkan perasaan sedih dan kehilangan minat yang terus-menerus. Lalu anxiety yaitu gangguan mental berupa cemas dan takut berlebih hingga ganggu aktivitas sehari-hari.

Sedangkan skizofrenia yaitu gangguan kejiwaan yang buat penderitanya alami halusinasi, delusi, kekacauan berpikir, dan perubahan perilaku.

Untuk menindaklanjuti sekaligus upaya pencegahan bunuh diri, Retno mengaku sudah berkoordinasi dengan Kementerian Kesehatan melalui kerja sama psikolog klinis sebagai konselor di healing119.id.

Kabar baiknya, menurut Retno ke depannya pelayanan kesehatan mental juga bisa memanfaatkan teknologi. Isu teknologi ini ikut dibahas dalam diskusi panel Kongres V IPK, salah satunya keberadaan facial thermal yang mampu mendeteksi wajah seseorang dalam kondisi stres berat.

Ia dan ribuan psikolog klinis lainnya berharap nanti teknologi facial thermal bahkan bisa digunakan untuk pencegahan bunuh diri. Ini karena teknologi tersebut mampu mendeteksi suhu atau temperatur tubuh pasien stres tinggi, termasuk kecenderungan bunuh diri.

Di sisi lain Ketua Bidang Kemitraan IPK, Ratih A. Ibrahim juga ikut mengingatkan jika kesehatan bukan hanya sekadar fisik tapi juga seputar mental. Apalagi ada istilah yang dikenal sebagai psikosomatis yaitu kondisi yang membuat pengidapnya alami rasa sakit atau gangguan fungsi tubuh yang dipengaruhi dan diperparah gangguan kesehatan mental.

Baca Juga: Perbaiki Kesehatan Mental, Jennifer Coppen Mau Hijrah ke Eropa

“Jadi concern-nya sangat besar ya dan bicara tentang masalah kesehatan jiwa kan kita semua juga mengamini ya, bahwa kita gak cuma yang fisik aja, kesehatan jiwa juga, dan kita IPK Indonesia bersama-sama dengan pemerintah dan masyarakat ya, untuk menanggulangi masalah yang ada dan mencegah supaya masalahnya bisa teratasi,” ungkap Ratih.

Kondisi darurat kesehatan mental di Indonesia ini juga tertuang dalam maklumat IPK 2025, yang berisi tentang kesehatan jiwa menjadi pilar utama ketahanan bangsa, peningkatan akses layanan kesehatan jiwa hingga pengembangan pendidikan psikolog klinis.

Load More