Suara.com - Ketua Tim Pendjawalan Tim Pemenangan Nasional (TPN) Ganjar-Mahfud, Aria Bima menyatakan bahwa Pemilu tak perlu lagi ada, termasuk Pilkada Serentak September mendatang.
Ia mengatakan hal tersebut lantaran terjadi anomali-anomali dalam pelaksanaan Pemilu 2024. Padahal, pihaknya sudah mempersiapkan dengan baik untuk bertarung di Pilpres 2024 dari mulai pendaftaran hingga berkampanye.
Namun justru menurutnya, Pemilu 2024 terjadi indikasi kecurangan.
"Dan kami sangat yakin pasangan kami adalah pasangan paling tepat untuk memimpin Indonesia, kalau pemilu dilaksanakan seperti ini terjadi berbagai orkestrasi dari politisi bansos dari politisasi diskon pupuk, politisasi pengurusan sertifikat, penekanan kepada aparat desa, keterlibatan oknum-oknum aparat yang tak netral. Kemudian belum money politics, belum manipulasi suara, terus untuk apa kampanye? Untuk apa debat?" kata Aria di media center Ganjar-Mahfud, Jakarta Pusat, Jumat (16/2/2024).
Menurutnya, sangat percuma KPU mengundang berbagai panelis yang merupakan ahli-ahli akademisi untuk merumuskan pertanyaan debat bila prinsip etika berdemokrasi dilanggar.
Ia pun menyebut, dengan adanya hal itu tak perlu lagi ada Pemilu untuk ke depannya, terlebih tak perlu lagi ada Pilkada Serentak 2024 September mendatang.
"Saya tidak perlu lagi adanya pemilu kalau pelaksanaannya semacam ini. Dan apakah menjamin pada Pilkada? Ga perlu pilkada cukup kepala desa ditakut takuti dana desanya suruh cari suara aja," ujarnya.
Selama ini, kata dia, pihaknya sudah susah payah mempersiapkan Ganjar-Mahfud untuk bertarung di Pilpres 2024.
Namun, pelaksanaan Pemilu bahkan hingga akhir aplikasj Sirekap KPU masih keliru.
Baca Juga: Serba-Serbi Pemungutan Suara Ulang: Aturan, Jadwal, Faktor Penyebabnya
"Apakah kita perlu ada pemilu? Hadilnya sudah diketahui. Cara memperolehnya banyakan mana sama yg kampanye. Jadi saya melihat kalau situasi kondisi objektif selama kita berpemilu dengan seluruh tahapannya itu penuh manipulatif dan penuh keterlibatan berbagai oknum aparat, saya berharap tidak perlu lagi ada pemilu. Tidak perlu ada yang namanya pemilihan kepala daerah baik itu bupati dan gubernur bulan September," katanya.
"Nah saya melihat suatu anomali anomali yang itu menbuat kita menjadi bangsa yang mundur dari aspek kita berdemokrasi," katanya.
Berita Terkait
Terpopuler
- Pelatih Argentina Buka Suara Soal Sanksi Facundo Garces: Sindir FAM
- Kiper Keturunan Karawang Rp 2,61 Miliar Calon Pengganti Emil Audero Lawan Arab Saudi
- Usai Temui Jokowi di Solo, Abu Bakar Ba'asyir: Orang Kafir Harus Dinasehati!
- Ingatkan KDM Jangan 'Brengsek!' Prabowo Kantongi Nama Kepala Daerah Petantang-Petenteng
- Seret Nama Mantan Bupati Sleman, Dana Hibah Pariwisata Dikorupsi, Negara Rugi Rp10,9 Miliar
Pilihan
-
6 Fakta Demo Madagaskar: Bawa Bendera One Piece, Terinspirasi dari Indonesia?
-
5 Rekomendasi HP 1 Jutaan RAM 8 GB Terbaru, Pilihan Terbaik Oktober 2025
-
Pertamax Tetap, Daftar Harga BBM yang Naik Mulai 1 Oktober
-
Lowongan Kerja PLN untuk Lulusan D3 hingga S2, Cek Cara Daftarnya
-
Here We Go! Jelang Lawan Timnas Indonesia: Arab Saudi Krisis, Irak Limbung
Terkini
-
Ngaku Lagi di Luar Pulau Jawa, Ridwan Kamil Tidak Hadir Penetapan Gubernur dan Wakil Gubernur Jakarta Besok
-
Paslon Bupati-Wakil Bupati Bogor nomor 2 Pecah Kongsi, Soal Pencabutan Gugatan Sengketa Pilkada ke MK
-
Miris, Warga Bali 'Dibuang' Adat Karena Beda Pilihan Politik
-
Meski Sudah Diendorse di Kampanye, Pramono Diyakini Tak akan Ikuti Cara Anies Ini Saat Jadi Gubernur
-
Pilkada Jakarta Usai, KPU Beberkan Jadwal Pelantikan Pramono-Rano
-
MK Harus Profesional Tangani Sengketa Pilkada, Jangan Ulangi Sejarah Kelam
-
Revisi UU Jadi Prioritas, TII Ajukan 6 Rekomendasi Kebijakan untuk Penguatan Pengawasan Partisipatif Pemilu
-
Menang Pilkada Papua Tengah, Pendukung MeGe Konvoi Keliling Kota Nabire
-
Pasangan WAGI Tempati Posisi Kedua Pilkada Papua Tengah, Siap Tempuh Jalur Hukum ke MK
-
Sah! KPU Tetapkan Pasangan MeGe Pemenang Pilgub Papua Tengah 2024