Suara.com - Penelitian menyebut, belakangan anak semakin awal memasuki masa puber. Dulu rata-rata seorang anak mulai memasuki masa puber di usia 10-12 tahun. Karena factor makanan dan pergaulan, kini banyak anak usia 8 tahun atau bahkan lebih muda telah memasuki masa transisi ini.
Pertanyaannya, apakah di usia itu anak-anak sudah siap menghadapi perubahan itu? Psikolog Bertha Sekunda, kepada matamata.com menyebut dengan dukungan keluarga dan lingkungan, maka kapanpun masa pubertas itu datang tidak akan menjadi masalah. “Bagaimana anak siap? Ya karena dukungan dari lingkungan. Lingkungan dalam hal ini adalah orangtua, sekolah dan masyarakat. Orangtua, memegang peran mereka,” ujarnya.
Yang perlu dilakukan adalah memberikan pengertian kepada anak-anak tentang perubahan itu. Orang tua harus menjadi kawan yang baik, sehingga anak-anak merasa nyaman berbagi tentang apa yang dialaminya. Baik dalam pergaulan maupun rasa ingin tahu tentang masalah seks yang sudah mulai muncul. Ini akan lebih baik, dibandingkan jika si anak mencarinya di luar.
Masa puber apalagi, puber yang kepagian adalah masa yang tidak mudah,tapi juga jangan menganggapnya sebagai hal yang membahayakan. Dampak yang ditimbulkan tergantung pada kondisi masing-masing anak, dan bagaimana Anda sebagai orang tua menyiapkan mereka. Berikut dampak yang mungkin dirasakan anak yang mengalami pubertas dini.
Anak jadi lebih percaya diri
Pada remaja putra, yang badannya menjadi lebih besar, suara yang lebih besar, dan mulai tumbuhnya kumis, jambang, kaki yang berbulu. Ia merasa lebih maskulin dibanding teman-teman sebayanya, sehingga mungkin menjadi idola teman-teman perempuannya. Sedangkan anak perempuan yang badannya menjadi lebih berbentuk karena dada dan pinggulnya lebih berisi, akan merasa jadi perhatian lawan jenisnya. Ini terjadi jika si anak disiapkan menuju masa puber.
Mengenal pacaran lebih awal
Karena lebih cepat tertarik dan menarik pada lawan jenisnya, maka keinginan untuk mengikatkan diri pada hubungan pacaran juga menjadi lebih awal. Di sini perhatian orang tua menjadi penting, karena bisa saja anak-anak mulai memiliki dorongan untuk melakukan hubungan seksual lebih awal. “Dorongan ini perlu dikontrol dan diarahkan agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diharapkan,” ujar Bertha.
Ini mungkin saja terjadi jika anak tidak mendapatkan informasi dan pendidikan seks yang tepat. Masa puber adalah masa yang labil. Anak sedang dipenuhi keinginan untuk mencari jati dirinya. Keinginan anak untuk mencoba dan menjadi berbeda dengan temannya sangat besar. Dalam kondisi emosi yang masih labil dan belum mendapatkannya informasi yang jelas tentang seks, maka pacaran atau hubungan seksual bisa saja mereka lakukan tanpa pertimbangan lebih matang. Jadi itulah pentingnya memberikan pendidikan seks sejak awal.
Kemungkinan tertular penyakit menular seksual
Jika anak tidak mendapatkan informasi dan pengetahuan tentang seks lebih awal, dorongan seksual yang tidak dikontrol dan diarahkan, akan memicu terjadinya hubungan seksual yang berganti-ganti dan tidak selektif. Ini yang harus diwaspadai.
Berita Terkait
-
Siapa Orang Tua Sabrina Chairunnisa? Sempat Tak Restui Saat Jalin Cinta dengan Deddy Corbuzier
-
Orang Tua Lesti Kejora di Kampung Kerja Apa? Dipuji Tetap Sederhana meski Anak-Mantu Kaya Raya
-
Gaya Sederhana Ibu Lesti Kejora Naik Angkot Viral, Tas di Pangkuannya Bikin Salfok
-
Bukan Cuma Pekerja, Ternyata Orang Tua juga Bisa Burnout karena Masalah Membesarkan Anak
-
Siapa Orang Tua Wahyudin Moridu? Anaknya Jadi Sopir Truk usai Dipecat dari DPRD
Terpopuler
- Pelatih Argentina Buka Suara Soal Sanksi Facundo Garces: Sindir FAM
- Kiper Keturunan Karawang Rp 2,61 Miliar Calon Pengganti Emil Audero Lawan Arab Saudi
- Usai Temui Jokowi di Solo, Abu Bakar Ba'asyir: Orang Kafir Harus Dinasehati!
- Ingatkan KDM Jangan 'Brengsek!' Prabowo Kantongi Nama Kepala Daerah Petantang-Petenteng
- 30 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 28 September: Raih Hadiah Prime Icon, Skill Boost dan Gems Gratis
Pilihan
-
Berharap Pada Indra Sjafri: Modal Rekor 59% Kemenangan di Ajang Internasional
-
Penyumbang 30 Juta Ton Emisi Karbon, Bisakah Sepak Bola Jadi Penyelamat Bumi?
-
Muncul Tudingan Ada 'Agen' Dibalik Pertemuan Jokowi dengan Abu Bakar Ba'asyir, Siapa Dia?
-
BBM RI Dituding Mahal Dibandingkan Malaysia, Menkeu Purbaya Bongkar Harga Jual Pertamina
-
Menkeu Purbaya Punya Utang Rp55 Triliun, Janji Lunas Oktober
Terkini
-
Rekrutmen PLN 2025 Kapan Dibuka? Cek Posisi yang Tersedia dan Syarat Lengkapnya
-
Bahlil Duduk di Kursi Ketua Dewan Pembina, Apa Itu Organisasi Pemuda Masjid Dunia?
-
Sunscreen Daviena Apakah Bikin Jerawatan? Intip Kandungan dan Harga Aslinya
-
Besok Hari Kesaktian Pancasila, Anak Sekolah Libur atau Tidak?
-
Media Luar Negeri Ikutan Heboh: Ini 7 Fakta Robohnya Gedung Pondok Pesantren Al Khoziny
-
6 Daftar Profesi yang Diragukan Publik, Politisi Urutan Teratas?
-
Berapa Total Uang Pensiun Sri Mulyani sebagai Mantan Menteri Keuangan?
-
Tren Jadi Konten Kreator Bikin iPhone Tak Resmi Laris, Tapi Hati-Hati Risiko di Baliknya
-
Makna Bunga Lily of The Valley yang Dipilih Selena Gomez untuk Pernikahan dengan Benny Blanco
-
Pidato Kahiyang Ayu di Mandailing Natal Viral Dapat Kritikan Pedas: Singkat, Padat, dan Melet?