Bisnis / Keuangan
Rabu, 31 Desember 2025 | 18:33 WIB
Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa mengaku menerima pesan khusus dari Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka saat ia sowan ke Istana Wapres di Jakarta, Jumat (17/10/2025). [Antara]
Baca 10 detik
  • IHSG tutup tahun 2025 di level 8.646,93, gagal penuhi ramalan Menkeu tembus 9.000.
  • Pada hari terakhir perdagangan, indeks hanya menguat tipis 0,03% ke posisi 8.646
  • Meski target 9.000 meleset, pasar tetap stabil di zona hijau jelang tahun baru 2026.

Suara.com - Optimisme tinggi yang sebelumnya dihembuskan Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa mengenai pergerakan pasar modal Indonesia harus berhadapan dengan realita pasar.

Meski sempat meramal Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bakal menembus angka psikologis 9.000 pada akhir tahun, data perdagangan menunjukkan hasil yang berbeda.

Pada hari terakhir perdagangan bursa tahun 2025, Selasa (30/12/2025), IHSG ditutup hanya mampu menguat tipis sebesar 0,03% atau bertambah 2,68 poin. Pergerakan ini membawa indeks parkir di level 8.646,93, terpaut cukup jauh dari target ambisius 9.000 yang diprediksi sebelumnya.

"Harusnya kalau kemarin desainnya sesuai dengan desain saya, sekarang sudah 9.000, tapi kan sudah itu sedikit (hampir mendekati)," ujar Purbaya melansir Antara, Jakarta Pusat, Rabu (31/12/2025).

Meskipun gagal mencapai target 9.000, performa IHSG di level 8.600-an sebenarnya masih menunjukkan tren positif jika dibandingkan dengan pembukaan awal tahun.

Namun, sejumlah faktor makroekonomi dan dinamika geopolitik global sepanjang semester kedua 2025 dinilai menjadi penahan laju indeks untuk melesat lebih tinggi.

Purbaya pun berkalar lagi bahwa pergerakan IHSG akan jauh lebih tinggi lagi pada tahun 2026.

"Lebih kalau tahun depan ya. Akhir tahun depan kan? Lebih pasti. Ke depan dengan kebijakan semakin sinkron dan ekonominya semakin bagus, harusnya IHSG akan naik lebih cepat," jelasnya.

Sebelumnya para analis pasar modal mencatat bahwa meskipun aliran modal asing (foreign inflow) tetap masuk, sikap waspada investor terhadap kebijakan suku bunga global dan fluktuasi harga komoditas membuat aksi beli tidak seagresif yang diharapkan pemerintah.

Baca Juga: Refleksi Akhir Tahun: IHSG Meroket 22% Sepanjang 2025, Pasar Menanti Prabowo di Pembukaan BEI 2026

Load More