Suara.com - Ketinggalan pesawat, apalagi dalam sebuah perjalanan penting, bisa jadi merupakan salah satu kejadian yang bakal menimbulkan kekesalan dan kekecewaan terbesar dalam hidup seseorang. Makanya, datang ke bandara tepat waktu selalu menjadi satu hal yang kerap dicamkan banyak orang.
Tetapi sebaliknya, tiba terlalu cepat di bandara juga biasanya menghadirkan banyak hal menjemukan, jika bukan mengesalkan. Apalagi kalau penerbangan yang seharusnya dinaiki sempat mengalami penundaan. Mondar-mondir tak tentu arah di bandara, atau melongok tanpa tujuan di toko bebas pajak, akan selalu terasa membosankan, bahkan menambah kesal.
Lalu, kapan sebenarnya waktu terbaik datang ke bandara?
Ahli matematika, Jordan Ellenberg, punya sarannya sendiri berdasarkan perhitungan ilmu yang dikuasainya. Menurutnya, waktu terbaik sampai di bandara adalah sedekat mungkin dengan batas telat, dengan beberapa menit yang memadai untuk bergegas masuk ke pesawat.
Sebagaimana dikutip Huffington Post, profesor dari University of Wisconsin-Madison, ini menjelaskan bahwa setiap jam yang harus dihabiskan menunggu pesawat di bandara sebenarnya adalah sebuah "unit negatif". Itu adalah satu jam yang harusnya bisa dimanfaatkan seseorang di hotel atau rumahnya yang nyaman, atau untuk urusan lain.
Berdasarkan konsep itu, menurut Ellenberg pula, maka jika seorang pengguna pesawat secara rutin senantiasa datang tiga jam lebih awal ke bandara, dia akan membuang begitu saja ratusan jam waktunya yang bermanfaat. Menurutnya, itu jelas bukanlah penggunaan efisien terhadap waktu hidup di dunia.
Makanya, guna mengoptimalkan waktu yang dimiliki, Ellenberg menyarankan seseorang untuk mengatur kedatangannya di bandara sedekat mungkin (benar-benar dekat) dengan batas keterlambatan. Dia bahkan punya ungkapan soal bagaimana orang yang benar melakukannya.
"Jika Anda sama sekali belum pernah ketinggalan pesawat, maka Anda tidak melakukannya dengan benar," tutur Ellenberg, seperti dikutip The Sunday Times.
Ditambahkan Ellenberg, strateginya yang dipaparkan lewat buku How Not to Be Wrong, itu akan membuat para travelers hanya memiliki kemungkinan 1-2 persen saja ketinggalan pesawat. Yang terpenting, tentu saja, mereka akan dapat memaksimalkan waktunya.
Masalahnya adalah bahwa strategi ini --seperti juga diakui Ellenberg-- tidak akan cocok bagi seseorang yang bertekad keras untuk sama sekali tak ingin pernah ketinggalan pesawat. (Huffington Post)
Berita Terkait
-
Ustaz Khalid Ngaku Jadi Korban Agen Travel Muhibbah dalam Kasus Korupsi Kuota Haji
-
Jenazah Staf KBRI Zetro Leonardo Purba Tiba di Indonesia
-
Usai Habiskan Rp13 T Demi Bangun Bandara Dhoho Kediri, Kini Gudang Garam PHK Massal Buruh Pabriknya
-
Bandara Ahmad Yani Semarang Kembali Buka Rute Internasional
-
Trik Dapat Tiket Pesawat Murah untuk Liburan Akhir Pekan
Terpopuler
- Bak Bumi dan Langit, Adu Isi Garasi Menkeu Baru Purbaya Yudhi vs Eks Sri Mulyani
- Kata-kata Elkan Baggott Jelang Timnas Indonesia vs Lebanon Usai Bantai Taiwan 6-0
- Menteri Keuangan RI Sri Mulyani Dicopot
- Mahfud MD Terkejut dengan Pencopotan BG dalam Reshuffle Kabinet Prabowo
- Viral Murid SD Kompak Tolak Makan Gratis, Anak-Anak Jujur Masalahnya di Menu?
Pilihan
-
3 Kontroversi Purbaya Yudhi Sadewa di Tengah Jabatan Baru sebagai Menteri
-
Indonesia di Ujung Tanduk, Negara Keturunan Jawa Malah Berpeluang Lolos ke Piala Dunia 2026
-
5 Rekomendasi HP Murah Rp 1 Jutaan Memori 256 GB, Terbaru September 2025
-
IHSG Jeblok Hingga 1 Persen di Sesi I Perdagangan Selasa Setelah Sertijab Menteri Keuangan
-
19 Tewas di Aksi Demo Anti Korupsi, Eks Persija Jakarta: Pemerintah Pembunuh!
Terkini
-
7 Bedak untuk Usia 40 Tahun ke Atas, Terbaik Samarkan Tanda Penuaan
-
Makeup Anti Luntur Seharian, 5 Setting Spray Terbaik untuk Hadapi Cuaca Panas
-
5 Sepatu Lari Wanita Usia 40 ke Atas yang Bikin Modis, Bantalan Super Empuk
-
Adu Pendidikan Uya Kuya Vs Eko Patrio: Gaya Komunikasinya Tuai Kritikan
-
Padel dan Tren Social Sport: Olahraga Kini Jadi Gaya Hidup Komunitas Urban
-
5 Rekomendasi Obat Totol Jerawat di Alfamart Paling Ampuh dan Murah Meriah!
-
Apa Itu Beras Fortifikasi? Ini Bedanya dengan Beras Biasa
-
Ketika Pantai, Budaya, dan Kuliner Jadi Panggung Diplomasi Indonesia
-
Agar Generasi Muda Makin Melek Perawatan Rambut, Edukasi Jadi Faktor Utama
-
Parfum Gak Sekadar Wangi: Ini Cara Anak Muda Ekspresikan Diri Lewat Aroma