Suara.com - Tak banyak yang tahu bahwa perairan Gorontalo menyimpan potensi obyek wisata laut yang menjanjikan selain keindahan gugusan terumbu karangnya. Sama halnya dengan Tulamben Bali, Gorontalo juga memiliki sebuah obyek kapal kargo Jepang (Japanese Cargo Wreck) yang tenggelam pada masa penjajahan.
Lokasi tersebut hanya diketahui oleh masyarakat setempat maupun para penyelam lokal, namun tidak oleh masyarakat umum. Literatur maupun sejarah tenggelamnya kapal tersebut juga tidak bisa ditemukan dengan mudah melalui penelusuran di internet maupun buku.
Kecuali kendaraan khas Gorontalo yakni bentor (becak motor), tidak ada sarana angkutan umum lain yang tersedia untuk mencapai lokasi tersebut. Pengunjung juga tak akan menemukan papan informasi maupun penunjuk arah.
Para penyelam lokal biasanya turun ke tempat bangkai kapal dengan masuk melalui pantai (beach entry). Selain spotnya tak jauh dari bibir pantai, beach entry juga tidak mengeluarkan banyak biaya seperti halnya menggunakan kapal (boat entry).
Pada kedalaman 15 meter, penyelam dapat menemukan serpihan bangkai tiang kapal dengan mudah bila ditemani pemandu. Baling-baling kapal dapat ditemukan pada kedalaman 28 meter, dengan bentuk yang masih utuh dan jelas. Sementara bagian haluan kapal terletak di 47 meter dari permukaan laut.
Meski termasuk situs kapal tua, namun terumbu karang yang hidup di badan kapal tersebut tidak tumbuh dengan baik.
"Hanya ada beberapa jenis soft coral atau karang lunak yang tumbuh. Diduga kapal masih menyimpan bahan bakar minyak di dalamnya sehinga menghambat pertumbuhan karang," kata salah seorang penyelam lokal, Kusbian Indradi yang sering menyelam di lokasi itu.
Mulai Diteliti Setelah memperoleh informasi mengenai bangkai kapal di Gorontalo, para peneliti dari Loka Penelitian Sumberdaya dan Kerentanan Pesisir Kementrian Kelautan dan Perikanan mulai menelitinya dalam sebulan terakhir.
Salah seorang peneliti, Nia Naelul Hasanah mengatakan Japanese Cargo Wreck di daerah tersebut dapat ditetapkan sebagai situs cagar budaya bawah air. Untuk mempertegas perlindungan terhadap situs tersebut, pemerintah juga dapat menetapkannya sebagai Kawasan Konservasi Maritim.
"Kapal tenggelam merupakan sumberdaya arkeologi laut yang potensial menjadi kawasan wisata bahari. Identifikasi serta penelitian mengenai kondisi lingkungan fisik perairan di lokasi kapal penting untuk mendukung rencana ini," katanya. (Antara)
Berita Terkait
Terpopuler
- Breaking News! PSSI Resmi Umumkan Pelatih Timnas Indonesia
- 5 HP Murah RAM 8 GB Memori 256 GB untuk Mahasiswa, Cuma Rp1 Jutaan
- Timnas Indonesia: U-17 Dilatih Timur Kapadze, Nova Arianto Tukangi U-20, Bojan Hodak Pegang Senior?
- 5 Sunscreen Terbaik Mengandung Kolagen untuk Usia 50 Tahun ke Atas
- 8 Lipstik yang Bikin Wajah Cerah untuk Ibu Rumah Tangga Produktif
Pilihan
-
Timnas Indonesia: U-17 Dilatih Timur Kapadze, Nova Arianto Tukangi U-20, Bojan Hodak Pegang Senior?
-
Harga Minyak Dunia Melemah, di Tengah Upaya Trump Tekan Ukraina Terima Damai dengan Rusia
-
Indonesia jadi Raja Sasaran Penipuan Lowongan Kerja di Asia Pasifik
-
Kisah Kematian Dosen Untag yang Penuh Misteri: Hubungan Gelap dengan Polisi Jadi Sorotan
-
Kisi-Kisi Pelatih Timnas Indonesia Akhirnya Dibocorkan Sumardji
Terkini
-
Anti Boros, 5 Rekomendasi Cushion dengan Kemasan Refill Murah untuk Si Budget Terbatas
-
5 Rangkaian Skincare Murah untuk Remaja, dari Sabun Cuci Muka sampai Sunscreen
-
5 Contoh Doa Hari Guru Nasional 2025 untuk Upacara di Sekolah
-
7 Rekomendasi Lipstik Warna Soft untuk Guru, Tidak Mencolok di Sekolah
-
7 Fakta Menarik Fatima Bosch, Pemenang Miss Universe 2025 Asal Meksiko
-
5 Ucapan Hari Guru Islami yang Menyentuh Hati, Lengkap dengan Doanya
-
13 Tahun Pencarian, Peneliti Menangis Tersedu-sedu Menemukan Bunga Rafflesia Mekar di Hutan Sumatra
-
5 Sepatu Senam Murah untuk Ibu Rumah Tangga, Nyaman dan Stylish
-
15 Poster Hari Guru yang Bisa Diunduh Gratis, untuk Story Instagram dan WhatsApp
-
Libur Desember 2025 Tanggal Berapa Saja? Ada Long Weekend Menanti, Cek di Sini