Suara.com - Batik dengan teknik tulis atau cap mungkin sudah biasa dan lazim digunakan di Indonesia, namun jika dibuat dengan teknik sibori rasanya masih terdengar asing di telinga masyarakat Indonesia.
Pada dasarnya teknik ini diadaptasi dari negara Jepang. Teknik sibori sendiri terdiri dari dua macam, yaitu sibori ikat dan sibori lipat.
Untuk jenis sibori ikat, di Indonesia sudah banyak dijumpai produknya, seperti kain songket, namun untuk sibori lipat masih sangat jarang.
Di Indonesia, salah satu desainer yang pertama mengenalkan dan memproduksi batik dengan teknik sibori adalah Rini Kartika, desainer muda dan pemilik butik Kembang Tjelup di Yogyakarta.
Menurut Rini, awalnya dia mengenal melalui media internet.
Bermodal kecintaan yang besar pada batik serta keinginan yang kuat untuk melestarikan budaya serta tetap ramah lingkungan, Rini mulai merintis usaha.
"Awalnya saya hanya menerima permintaan desain baju namun awal tahun 2014 saya mulai mengembangkan batik dengan teknik sibori," kata Rini saat dijumpai di kediamannya, Kamis (26/3/2015).
Rini mengatakan tertarik dengan metode itu karena bentuknya menarik dan masih sangat jarang dijumpai di Nusantara.
"Kalau kita membatik dengan teknik sibori ini maka hasil yang akan didapat adalah pola - pola geometri, seperti segitiga, segilima, segi empat dan banyak lagi," tambah Rini.
Menurut Rini, pada dasarnya membatik dengan teknik ini memiliki tingkat kesulitan lebih tinggi, sebab kain harus dilipat dengan cara tertentu, lalu berkali - kali dicelupkan ke pewarna untuk dapat menghasilkan pola tertentu.
Selain itu, waktu pengerjaannya juga jauh lebih lama. Untuk mendapatkan hasil maksimal, sebuah kain membutuhkan waktu tiga minggu hingga satu bulan.
Lamanya waktu pengerjaan ini, selain karena rumit, juga bahan pewarna yang digunakan adalah pewarna alam.
"Prosesnya memang lama, karena kami menggunakan pewarna alami, prinsipnya saya tak ingin menghasilkan produk yang baik tapi merusak alam," tambah Rini.
Biasanya Rini akan mengombinasikan sebuah kain batik dengan teknik tulis sehingga hasil yang didapat lebih indah.
Sementara itu, untuk harga jual, Rini mengaku kain batik karyanya masih sangat terjangkau, yaitu berkisar antara lima ratus ribu rupiah untuk kombinasi batik sibori dan batik tulis, sementara untuk baju harganya antara empat ratus ribu hingga satu juta rupiah.
Tag
Terpopuler
- 2 Cara Menyembunyikan Foto Profil WhatsApp dari Orang Lain
- Omongan Menkeu Purbaya Terbukti? Kilang Pertamina di Dumai Langsung Terbakar
- Selamat Tinggal Timnas Indonesia Gagal Lolos Piala Dunia 2026, Itu Jadi Kenyataan Kalau Ini Terjadi
- Jemput Weekend Seru di Bogor! 4 Destinasi Wisata dan Kuliner Hits yang Wajib Dicoba Gen Z
- DANA Kaget Jumat Berkah: Klaim Saldo Gratis Langsung Cair Rp 255 Ribu
Pilihan
-
Getol Jualan Genteng Plastik, Pria Ini Masuk 10 Besar Orang Terkaya RI
-
BREAKING NEWS! Maverick Vinales Mundur dari MotoGP Indonesia, Ini Penyebabnya
-
Harga Emas Terus Meroket, Kini 50 Gram Dihargai Rp109 Juta
-
Bursa Saham 'Pestapora" di Awal Oktober: IHSG Naik, Transaksi Pecahkan Rekor
-
165 Kursi Komisaris BUMN Dikuasai Politisi, Anak Buah Prabowo Merajai
Terkini
-
Cara Buat Akun SIAPKerja untuk Magang Nasional 2025, Simak Syarat dan Ketentuannya
-
Satu Kain, Sejuta Kisah: Intip Perayaan Hari Batik Nasional di Thamrin City!
-
3 Rekomendasi Krim Malam Wardah untuk Hilangkan Flek Hitam, Bangun Tidur Auto Glowing
-
Kronologi Ashanty Dilaporkan Atas Dugaan Perampasan Aset: Berawal dari Aduan Eks Karyawan
-
Salah Pilih Sepatu, Lari Jadi Gak Enak? Ini Beda Nike dan Adidas yang Wajib Dipahami
-
5 Rekomendasi Toner untuk Menghilangkan Flek Hitam, Mulai Rp30 Ribuan
-
Profil Atika Algadrie, Ibu Nadiem Makarim Aktivis Antikorupsi
-
Berapa Kekayaan Ashanty? Dilaporkan Eks Karyawan Atas Dugaan Perampasan Aset
-
Menag Yakin Tepuk Sakinah Bakal Tekan Angka Cerai di Indonesia, Bagaimana Lirik dan Apa Maknanya?
-
6 Serum Mengandung Peptide untuk Usia 40 Tahun ke Atas, Bisa Atasi Flek Hitam