Suara.com - Pertunjukan Wayang Orang Kautaman dengan lakon Yudakala Tresna bakal memeriahkan Dies Natalis Kampus Institut Seni Indonesia di Solo, Jawa Tengah, Jumat (31/7/2015) malam. Pertunjukan Wayang Orang Kautaman akan memadukan sisi artistik dan pencahayaan sehingga pertunjukan wayang orang ini tidak akan membuat penonton menjadi bosan.
Pertunjukan wayang orang diprakarsai oleh Gedung Pewayangan Kautaman Taman Mini Indonesia Indah diperankan seniman-seniman terpilih dari berbagai kelompok Wayang Orang dan Karawitan di Solo dan Jakarta, termasuk Wayang Orang Bharata dan Wayang Orang Sriwedari.
Seperti Wahyu Santoso Prabowo, Ali Marsudi, Ahmad Dipoyono, Elly D Luthan, Sidik Suradi, Teguh Amphiranto, Nanang Ruswandi, dan Sahita.
Produser Wayang Orang Kautaman, Retno Irawati Surono, mengatakan pertunjukan Wayang Orang Kautaman merupakan bagian dari Program Wayang Kautaman yang digelar setiap tahun. Program ini tidak hanya menampilkan seni pertunjukan wayang orang saja, namun juga wayang kulit.
Dia menambahkan Wayang Kautaman mempersembahkan sebuah pagelaran wayang orang tradisi yang dikemas sedemikian serupa sesuai jamannya agar tidak membuat bosan penonton. Melainkan dapat memahami dan menikmati jalannya cerita tanpa kehilangan keindahan, keagungan dan nilai-nilai yang terkandung dalam atmosfer wayang.
“Wayang Kautaman ini adalah bentuk pembaharuan bukan hanya terletak pada kemasan atau skill, namun juga pada pengelolaan, mindset dan attitude,” kata Irawati kepada wartawan di Teater Besar Kampus ISI Solo.
Sutradara Wayang Orang Kautaman, Nanang Hape, menambahkan lakon Yudakala Tresna diambil dari cerita pewayangan Mahabarata. Dimana menceritakan pertemuan antara Arjuna dengan Adipati Karna dalam peperangan.
“Mereka bertemu dalam peperangan antara Pandawa melawan Kurawan. Namun karena masih dalam ikatan persaudaraan mereka dapat bersatu dalam ikatan cinta di tengah peperangan besar itu,” kata dia.
Wayang Kauataman ini, imbuh Nanang, tidak jauh berbeda dengan pertunjukan wayang orang pada umumnya. Tetap memadukan gending, musik, sulukan dan lainnya. Tapi, lebih menunjukkan pembaharuan tradisi sehingga dalam pementasannya menggunakan Bahasa Jawa. (Labib Zamani)
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- Breaking News! PSSI Resmi Umumkan Pelatih Timnas Indonesia
- 8 City Car yang Kuat Nanjak dan Tak Manja Dibawa Perjalanan Jauh
- 5 Rekomendasi Cushion Mengandung Skincare Anti-Aging Untuk Usia 40 Ke Atas
- Djarum Buka Suara soal Pencekalan Victor Hartono dalam Kasus Dugaan Korupsi Tax Amnesty
- 5 Smartwatch Terbaik untuk Olahraga dan Pantau Detak Jantung, Harga Mulai Rp300 Ribuan
Pilihan
-
Timnas Indonesia: U-17 Dilatih Timur Kapadze, Nova Arianto Tukangi U-20, Bojan Hodak Pegang Senior?
-
Harga Minyak Dunia Melemah, di Tengah Upaya Trump Tekan Ukraina Terima Damai dengan Rusia
-
Indonesia jadi Raja Sasaran Penipuan Lowongan Kerja di Asia Pasifik
-
Kisah Kematian Dosen Untag yang Penuh Misteri: Hubungan Gelap dengan Polisi Jadi Sorotan
-
Kisi-Kisi Pelatih Timnas Indonesia Akhirnya Dibocorkan Sumardji
Terkini
-
Elegansi Waktu: Jam Tangan Perhiasan 2025 dengan Horologi Tinggi dan Seni
-
5 Pilihan Merek Bedak Padat yang Tahan Lama untuk Guru Usia 40 Tahun ke Atas
-
4 Jam dari Jakarta, Pesona Air Terjun Citambur Setinggi 100 Meter yang Bikin Terpana
-
5 Serum Mengandung Kolagen untuk Usia 50 Tahun, Kulit Jadi Kencang dan Awet Muda
-
4 Zodiak Paling Beruntung Besok 22 November 2025: Dompet Tebal, Asmara Anti Gagal
-
5 Contoh Amanat Pembina Upacara Hari Guru Nasional 2025, Sarat Makna dan Menggugah Jiwa
-
5 Rekomendasi Bedak Two Way Cake untuk Kondangan, Tahan Lama Seharian
-
7 Rekomendasi Parfum Wangi Ringan yang Fresh di Indomaret untuk Guru
-
5 Serum Vitamin C untuk Ibu Rumah Tangga, Bye-bye Kusam dan Tanda Penuaan Kulit
-
Lompatan Baru Wisata Jakarta: Destinasi Terintegrasi dari Pantai, Mangrove, hingga Outbound