Lifestyle / Food & Travel
Selasa, 01 September 2015 | 15:25 WIB
Pura Maospahit di Jalan Sotomo, Denpasar, Bali, Selasa (1/9/2015) [suara.com/Luh Wayanti]

Suara.com - Pura Maospahit peninggalan Mahapatih Kebo Iwa kini menjadi cagar budaya. Pura yang terletak di Jalan Sotomo, Denpasar, ini merupakan peninggalan abad 14.

Di depan pura terdapat papan nama berukuran besar dan bertuliskan cagar budaya nasional Pura Maospahit Grenceng, Denpasar, dan di bawahnya terdapat tulisan suaka peninggalan sejarah purbakala Bali.

"Saya juga tidak tahu sejak kapan pura ini dijadikan sebagai cagar budaya," kata penjaga pura, Jro Mangku Ketut Gede Sudiasna kepada Suara.com, Selasa (1/9/2015).

"Saya sampai saat ini masih berupaya mencari tahu tentang ini, siapa yang menjadikan pura ini sebagai cagar budaya dan tahun berapa dijadikan sebagai cagar budaya," Jro Mangku menambahkan.

Menurut Jro Mangku yang menjadikan pura ini sebagai cagar budaya ialah bangunannya. Arsitektur pura sama dengan ketika Kerajaan Majapahit masih jaya-jayanya.

Di pura ada Candi Raras yang dibangun dengan bata merah dan memiliki mangkok-mangkok kuno yang menempel di depan candi. Sayangnya, sekarang mangkok-mangkok tersebut sudah tidak ada .

Selain itu juga terdapat candi-candi berukuran sekitar tiga meter lebih.

Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Bali Dewa Brata juga tidak tahu persis kapan Pura Maospahit dijadikan cagar budaya nasional.

"Saya juga kurang tahu persisnya sejak kapan pura Maospahit dijadikan sebagai cagar budaya," katanya.

Pura Maospahit sekarang dipakai untuk upacara keagamaan oleh umat Hindu.

Pura ini juga selalu dikunjungi turis. Setiap hari banyak wisatawan dari Amerika, Jepang, Brasil, Swiss, Belanda, Prancis, dan Selandia Baru.

"Mereka berkunjung ke sini ada yang sekedar melihat-melihat, ada juga yang meneliti. Tapi mereka ke sini lebih banyak untuk riset," ujarnya.

"Wisatawan lokal ada sedikit yang datang ke sini. Mereka berkunjung ke pura juga untuk penelitian," katanya. (Luh Wayanti)

Load More