Melindungi buah hati menjadinaluri semua ibu. Namun tak jarang langkah yang diambil justru membuat si anak menjadi generasi “Home service". Yakni generasi yang selalu minta dilayani.
Ini terjadi pada anak-anak yang hidupnya selalu dilayani oleh orangtuanya atau orang yang membantunya. Menurut psikolog Bertha Sekunda, hal ini terjadi sejak lahir generasi sudah diurus baik oleh pembantu ataupun babysitter yang selama 24 jam siap di samping sang anak.
Dalam keseharian generasi Home service ini tak dilibatkan dalam kegiatannya. Semua pekerjaan rumah tangga dikerjakan orang lain. Saat si anak membuat kamarnya berantakan, asisten langsung dipanggil untuk merapihkan kembali. Anak menumpahkan air di lantai, di lap sendiri oleh ibunya. Anak membuang sampah sembarangan, dibiarkan saja menunggu ART menyapu nanti.
"Dalam hal belajar saat anak sulit belajar, orangtua telpon guru les untuk privat di rumah. Bahkan ketika si anak melanggar hukum, seperti misalnya menabrak orang, orangtuanya turun tangan agar si anak tidak diperkarakan dan dipenjarakan," ujar Psikolog lulusan Fakultas Psikologi UGM ini.
Jadi selama ada orang tua, maka semua urusan anak menjadi masalah orang tuanya. Bertha mengingatkan, generasi seperti inilah yang nantinya akan melahirkan orang dewasa yang tidak bertanggungjawab.
"Badannya dewasa tapi pikirannya selalu anak-anak, karena tak pernah bisa memutuskan sesuatu yang terbaik buat dirinya," tegasnya.
Lalu bagaimana mencegah hal ini terjadi? Bertha memeberikan tipsnya: Ajaklah anak bermain pada tujuh tahun pertama, disiplinkanlah anak pada tujuh tahun kedua dan bersahabatlah pada anak usia tujuh tahun ketiga.
Jadi, jelasnya, anak umur 7 tahun ke bawah memang dididik sambil bermain. Berikan tanggungjawab pada mereka meski masih harus didampingi seperti misalnya mandi sendiri, membereskan mainan, makan sendiri, membuang sampah dan lain-lain.
Untuk anak usia 7-14 tahun mulailah mengajarkan disiplin. Misalnya menyuruhnya shalat tepat waktu, belajar berpuasa, mengerjakan PR sepulang sekolah, menyiapkan buku untuk esok pagi, membantu mencuci piring yang kotor, menyapu halaman rumah dan sebagainya.
"Apabila anak umur 7 sd 14 tahun itu tidak melakukan kewajibannya maka perlu diingatkan agar dia menjadi terbiasa dan disiplin," ujar Bertha.
Sedangkan untuk anak usia 14 sd 21 tahun maka orangtua harusnya bisa bersikap sebagai sahabat atau teman akrab. Orang tua perlu menolong anak untuk belajar bagaimana menggunakan waktunya, dan mengajari anak tentang skala prioritas.
Dalam hal ini terkadang orangtua sering merasa kasihan. Semakin besar usia anak, maka semakin banyak sibuk dia dengan kegiatan akademiknya. Anak ikut les ini dan itu, kerja kelompok, kegiatan ekstrakulikuler yang menyita waktu dan sebagianya.
"Merasa anaknya tidak punya waktu, banyak orang tua, membebaskan anak dari pekerjaan rumah tangga. Padahal skill yang terpenting dalam kehidupan itu bukan hanya dari sisi akademik saja tapi bagaimana dia menghadapi rutinitas yang ada dengan segala keterbatasan waktunya," ujar Bertha mengingatkan.
Ia menambahkan, mereka yang sudah menjadi orangtua pasti merasakan bagaimana seorang Ibu harus membagi waktunya yang hanya 24 jam itu untuk bisa mengelola sebuah rumah tangga. Pekerjaan yang tiada habisnya. Jadi penting bagi orang tua untuk menanamkan kepada anak untuk mengelola waktu dengan baik.
Mengutip perkataan seorang Psikolog dari Stanford University, Carol Dweck, Bertha mengatakan “Hadiah terpenting dan terindah dari orangtua pada anak-anaknya adalah tantangan”.
Jadi ketimbang membanjiri si kecil dengan berbagai hadiah yang belum tentu bermanfata bagi si anak, mulai sekarang mulailah memberi tantangan dan tangung jawab untuk menghindarkan anak dari generasi home service ini.
Berita Terkait
-
Anak Percaya Diri, Sukses di Masa Depan! Ini yang Wajib Orang Tua Lakukan!
-
Apa Itu Parenting VOC? Ramai Dikaitkan dengan Soimah, Ternyata Punya Dampak Negatif
-
Anak Asyik Duduk Manis Saat Ibunya Nyapu Kelas, Netizen Heran: Ini Mendidik Raja?
-
Peringatan Hari Pramuka 2025, Pertamina Dukung Pendidikan Anak Indonesia Lewat SESAMA
-
Makna Co-Parenting di Balik Kabar Perceraian Acha Septriasa, Apa Artinya?
Terpopuler
- Selamat Datang Mees Hilgers Akhirnya Kembali Jelang Timnas Indonesia vs Arab Saudi
- Seret Nama Mantan Bupati Sleman, Dana Hibah Pariwisata Dikorupsi, Negara Rugi Rp10,9 Miliar
- Ini 5 Shio Paling Beruntung di Bulan Oktober 2025, Kamu Termasuk?
- Rumah Tangga Deddy Corbuzier dan Sabrina Diisukan Retak, Dulu Pacaran Diam-Diam Tanpa Restu Orangtua
- 5 Promo Asus ROG Xbox Ally yang Tidak Boleh Dilewatkan Para Gamer
Pilihan
-
Bahlil Vs Purbaya soal Data Subsidi LPG 3 Kg, Pernah Disinggung Sri Mulyani
-
3 Rekomendasi HP 1 Jutaan Baterai Besar Terbaru, Pilihan Terbaik Oktober 2025
-
Menkeu Purbaya Pernah Minta Pertamina Bikin 7 Kilang Baru, Bukan Justru Dibakar
-
Dapur MBG di Agam Dihentikan Sementara, Buntut Puluhan Pelajar Diduga Keracunan Makanan!
-
Omongan Menkeu Purbaya Terbukti? Kilang Pertamina di Dumai Langsung Terbakar
Terkini
-
Harta Deddy Corbuzier Nyaris Rp1 T, Nafkah Bulanan untuk Sabrina Chairunnisa Tak Terduga
-
Rekam Jejak Niluh Djelantik, Anggota DPD Bali 'Kawal' Pembongkaran Tembok di Kawasan GWK
-
4 Rekomendasi Sepatu Jalan Kaki Terbaik untuk Lansia, Nggak Bikin Lecet dan Nyeri
-
Tak Cuma Hamburger, Ini 10 Menu Kuliner Amerika Serikat Populer yang Menarik Dicoba
-
Rayyanza Malik Ahmad Sekolah di Mana? Sudah Pandai Mengaji Al-Fatihah
-
5 Rekomendasi Moisturizer untuk Orang Tua: Kulit Jadi Lembap, Sehat, dan Awet Muda
-
4 Cara Membedakan Sepatu New Balance 2002R Ori vs KW, Segini Harga Aslinya
-
Peta Digital Buatan Anak Bangsa Raih Pengakuan Global di Asia Pasifik, Ini Kata Sosok di Baliknya
-
4 Rekomendasi Bat Ping Pong Murah Mulai 80 Ribu per Oktober 2025
-
Pinkan Mambo Sewa Tempat Tinggal di Kawasan Elite, Ngaku Terinspirasi Atta Halilintar