Lifestyle / Food & Travel
Selasa, 20 September 2016 | 13:56 WIB
Masjid Baiturrahman di Naggroe Aceh Darussalam. [shutterstock]

“Tidak. Pariwisata akan menjadi penyumbang Produk Domestik Bruto (PDB), penyumbang devisa, dan menciptakan lapangan kerja yang paling mudah, cepat dan murah,” hipotesis Arief.

Ia menjelaskan, pariwisata menyumbangkan 10 persen PDB nasional, dengan nominal tertinggi di ASEAN. PDB pariwisata nasional tumbuh 4,8 persen, dengan tren naik sampai 6,9 persen, jauh lebih tinggi daripada industri agrikultur, manufaktur otomotif, dan pertambangan.

“Devisa pariwisata sebesar US$ 1 juta menghasilkan PDB sebesar US$ 1,7 juta, atau 170 persen. Jumlah ini tertinggi dibandingkan industri lainnya. Ini yang sering disebut para pejabat bahwa pariwisata menciptakan multiple effect,” jelas laki-laki asal Banyuwangi, yang mengenakan kemeja putih berlogo Wonderful Indonesia itu.

Soal devisa, menpar menjelaskan, pariwisata berada di peringkat ke-4 sebagai penyumbang devisa nasional, yaitu sebesar 9,3 persen dibandingkan industri lainnya. Pertumbuhan penerimaan devisa pariwisata tertinggi, yaitu 13 persen dibandingkan industri minyak dan gas bumi, batubara, dan minyak kelapa sawit, yang rata-rata negatif.

“Biaya marketing yang diperlukan hanya 2 persen dari proyeksi devisa yang dihasilkan. Jadi tinggal diatur saja, mau devisa berapa, diambil 2 persen dari proyeksi itu,” kata Marketeer of The Year 2013 versi MarkPlus itu.

Soal pengangguran atau ketenagakerjaan, pariwisata menyumbang 9,8 juta lapangan pekerjaan, atau sebesar 8,4 persen secara nasional dan menempati urutan ke-4 dari seluruh sektor industri. Dalam penciptaan lapangan kerja, sektor pariwisata tumbuh 30 persen dalam waktu 5 tahun.

“Pariwisata menciptakan lapangan kerja termurah, yaitu US$ 5.000/satu pekerjaaan, dibanding rata-rata industri lainnya sebesar US$ 100.000/satu pekerjaan,” jelasnya.

 

 

 

Load More