Suara.com - Mendaki gunung kini menjadi tren di kalangan anak muda. Mendapatkan pemandangan yang indah saat berada di atas gunung menjadi salah satu hal yang diinginkan para pendaki.
Sayangnya meningkatkan animo untuk mendaki gunung belum diiringi dengan peningkatan kesadaran untuk menjaga kebersihan lingkungan. Banyak para pendaki gunung yang masih meninggalkan jejak sampah di gunung.
Komunitas peduli sampah gunung dan hutan Indonesia, Trashbag Community (TC) mencatat setidaknya 2,4 ton sampah berhasil dikumpulkan dari gelaran operasi bersih bertajuk Sapu Jagad yang dihelat 2015.
Gerry Patra Prawira, Ketua Pelaksana Sapu Jagad 2017, mengatakan sampah plastik mendominasi dengan presentase 36 persen atau sekitar 769 kilogram, disusul sampah botol plastik sekira 23 persen atau mencapai 491 kilogram dan sampah puntung rokok sebesar 10 persen atau sekira 213 kilogram.
"Banyak pendaki gunung yang belum memiliki kesadaran untuk membawa sampahnya kembali sepulang mendaki. Bahkan mereka juga kerap tidak menganggap sampah kecil seperti bungkus permen dan puntung rokok sebagai sampah. Padahal efeknya bagi lingkungan sangat besar," ujarnya pada temu media, baru-baru ini.
Menurut Gerry, di antara gunung yang pernah ia daki, gunung yang paling banyak sampah adalah Rinjani yang berlokasi di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat. Ia menilai hal ini terjadi karena kurangnya edukasi dari pengelola untuk mengingatkan pendaki agar membawa kembali sampahnya saat turun gunung.
"Pengelolanya sendiri juga hanya jaga di satu titik saja. Titik luar nggak ada pengawas. Ketika di titik pertama mengisi form sampah lalu keluar di titik kedua, tapi nggak ada pengawas. Akhirnya sampah menumpuk," tambah dia.
Selain itu Gerry berpendapat bahwa stamina pendaki yang menurun juga menjadi penyebab mereka meninggalkan sampahnya di atas gunung. Padahal, kata dia, konservasi paling sederhana yang bisa dilakukan para pecinta alam ini adalah dengan membawa sampah turun kembali.
Sementara itu, ketika ditanyai gunung mana yang paling bersih dari sampah, Gerry menjawab Gunung Salak dan Ciremai.
"Karena mayoritas di Gunung Salak berkaitan dengan figur mistisnya, kalau di Ciremai ada tim Trashbag Community di sana. Jadi, kami sudah bekerja sama dengan pihak balai taman nasional untuk membersihkan gunung dari sampah," pungkas dia.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Motor Matic Paling Nyaman & Kuat Nanjak untuk Liburan Naik Gunung Berboncengan
- 5 Mobil Bekas yang Perawatannya Mahal, Ada SUV dan MPV
- 5 Perbedaan Toyota Avanza dan Daihatsu Xenia yang Sering Dianggap Sama
- 5 Mobil SUV Bekas Terbaik di Bawah Rp 100 Juta, Keluarga Nyaman Pergi Jauh
- 13 Promo Makanan Spesial Hari Natal 2025, Banyak Diskon dan Paket Hemat
Pilihan
-
Live Sore Ini! Sriwijaya FC vs PSMS Medan di Jakabaring
-
Strategi Ngawur atau Pasar yang Lesu? Mengurai Misteri Rp2.509 Triliun Kredit Nganggur
-
Libur Nataru di Kota Solo: Volume Kendaraan Menurun, Rumah Jokowi Ramai Dikunjungi Wisatawan
-
Genjot Daya Beli Akhir Tahun, Pemerintah Percepat Penyaluran BLT Kesra untuk 29,9 Juta Keluarga
-
Genjot Konsumsi Akhir Tahun, Pemerintah Incar Perputaran Uang Rp110 Triliun
Terkini
-
4 Pilihan Mouth Spray untuk Perokok, Murah dan Ampuh Hilangkan Bau Rokok
-
3 Rangkaian Anti-Aging Olay, Diklaim Mampu Buat Wajah 10 Tahun Lebih Muda
-
4 Paket Skincare Anti-Aging Rp 100 Ribuan, Bisa Cegah Penuaan Dini di Usia 30-an
-
Solidaritas untuk Sumatera, 14 Daerah Larang Pesta Kembang Api Malam Tahun Baru 2026
-
5 Tempat Sewa Alat Grill & BBQ di Jogja, Murah Mulai Rp 100 Ribuan
-
Apa Itu Cancel Culture: Ujian Reputasi di Era Serba Viral
-
8 Rekomendasi Moisturizer Olay untuk Perawatan Anti Aging Usia 30-an
-
Belanja Sampai Tengah Malam, Jakarta Premium Outlets Gelar Midnight Sale dan Diskon Akhir Tahun
-
7 Sepatu Adidas Diskon hingga 60% di Sneakers Dept, Cocok Buat Tahun Baru
-
6 Rekomendasi Moisturizer SKIN1004, No 3 untuk Perawatan Anti Aging Usia 30-an