Suara.com - Guyonan Seksis Masih Dibawa Bercanda, Padahal Itu Kekerasan Verbal Lho.
Semua ada batasnya, termasuk bercandaan yang mengandung guyonan seksis.
Pasalnya tidak sedikit di kalangan masyarakat kita yang menganggap guyonan seksis bisa mengocok perut dan mencairkan suasana. Padahal tidak sedikit perempuan yang tersinggung karena candaan itu, hal itu termasuk bentuk pelecehan secara verbal lho.
Mari kita memulainya dengan sebuah percakapan ringan yang (harapannya) cuma fiktif ini. Jumat pagi, seorang pekerja perempuan baru saja sampai di lobi kantor saat dua rekan pria menyapanya. Penampilan si perempuan sebenarnya biasa saja, sopan selayaknya untuk pergi bekerja. Namun, dua rekannya itu langsung salah fokus dengan rambut si perempuan yang masih setengah basah.
''Abis keramas, nih? Semalem main apa, nih?'' tanya pria A.
''Abis digarap berapa kali sama suami? Capek banget pasti,'' timpal pria B yang kemudian tertawa bersama pria A.
Reaksi si perempuan? Dia merasa tidak nyaman dan tersinggung. Baginya, walaupun tujuannya hanya basa-basi, pertanyaan ambigu semacam itu benar-benar tidak perlu.
''Harus banget bahas kayak begitu sepagi ini?'' balas si perempuan, lalu segera meninggalkan dua rekannya itu.
''Bercanda kali! Gitu aja marah!''
Baca Juga: Agar Tak Ada Lagi Kasus Audrey, Sosiolog : Tanamkan Nilai Anti Kekerasan
Seandainya Anda adalah si perempuan, apakah Anda bisa menerimanya sebagai bercanda saja?
Sulitnya memaklumi cara berpikir seksis
Banyak orang tidak menyadari betapa banyaknya ucapan dan candaan sehari-hari yang masuk dalam kategori pelecehan verbal. Kita menganggapnya biasa, padahal itu muncul dari pikiran dan perilaku seksis.
Bisa jadi karena bentuk pelecehan verbal memang sangat banyak sehingga bikin malas mengingatnya, semacam karena jadi tidak merasa tidak bebas bertindak. Kenyataannya, ini memang mencakup mengomentari kondisi fisik, bersiul dengan tujuan menggoda, cat calling, merendahkan orang lain dengan membawa gendernya, hingga guyonan seksis.
Guyonan yang paling populer belakangan ini mungkin soal perangai golongan 'emak-emak'. Seseorang bisa dengan entengnya berkata, ''Kamu ini kayak emak-emak, sign kiri beloknya ke kanan.''
Lucu, sih. Jarang yang menyadari jika itu maksudnya adalah mengatai seseorang sangat plin-plan, tidak bisa fokus, tidak konsisten, sebagaimana stigma yang selama ini dilekatkan kepada perempuan.
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Mobil Bekas Sekelas Honda Jazz untuk Mahasiswa yang Lebih Murah
- 7 Rekomendasi Body Lotion dengan SPF 50 untuk Usia 40 Tahun ke Atas
- 26 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 13 November: Klaim Ribuan Gems dan FootyVerse 111-113
- 5 Pilihan Bedak Padat Wardah untuk Samarkan Garis Halus Usia 40-an, Harga Terjangkau
- 5 Rekomendasi Sepatu Lokal Senyaman New Balance untuk Jalan Kaki Jauh
Pilihan
-
Bobibos Ramai Dibicarakan! Pakar: Wajib Lolos Uji Kelayakan Sebelum Dijual Massal
-
Video Brutal Latja SPN Polda NTT Bocor, Dua Siswa Dipukuli Senior Bikin Publik Murka
-
Rolas Sitinjak: Kriminalisasi Busuk dalam Kasus Tambang Ilegal PT Position, Polisi Pun Jadi Korban
-
Menkeu Purbaya Ungkap Ada K/L yang Balikin Duit Rp3,5 T Gara-Gara Tak Sanggup Belanja!
-
Vinfast Serius Garap Pasar Indonesia, Ini Strategi di Tengah Gempuran Mobil China
Terkini
-
4 Adu Potret Gusti Purbaya vs KGPH Mangkubumi: Rebutan Jadi Raja Solo PB XIV
-
5 Rekomendasi Sampo Terbaik untuk Kulit Kepala Dermatitis Seboroik
-
Diam-diam Berjuang Keras, 5 Shio Diprediksi Bakal Hoki Besar di Akhir 2025
-
Siapa Saja Mantan Boiyen? Intip Perjalanan Cintanya Sebelum Jadi Istri Rully Anggi Akbar
-
10 Cushion Tahan Lama dan Tidak Oksidasi untuk Kondangan, Flawless!
-
Studi Baru Ungkap Pola Makan yang Bisa Menurunkan Berat Badan
-
Boiyen Lulusan Apa? Resmi Dinikahi Dosen Sekaligus Pengusaha Muda
-
Ramalan Zodiak 16 November 2025: Panduan Lengkap Asmara, Karier, & Keuangan
-
Terpopuler: Latar Belakang Suami Boiyen yang Mentereng, Bedak Padat Awet untuk Kondangan
-
Mengapa Fun Run Kini Jadi Senjata Ampuh Tanamkan Empati pada Generasi Muda?