Suara.com - Perayaan Tahun Baru China atau Imlek sarat dengan gelaran berbagai adat dan kebudayaan Tionghoa, mulai dari barongsai hingga wayang Potehi. Wayang Potehi sendiri merupakan salah satu kesenian khas Tionghoa yang berasal dari China bagian selatan. Dari bentuknya, wayang Potehi tidak seperti wayang kulit yang dikenal di budaya Jawa, melainkan berbentuk seperti boneka dengan riasan dan pakaian tradisional Tionghoa.
Pertunjukkan wayang ini diiringi dengan alunan musik tradisional khas Tionghoa. Lantunan musik menjadi pertanda wayang-wayang segera muncul dari balik tirai merah di panggung.
Dan seperti halnya wayang yang kita kenal, wayang Potehi pun memiliki seorang dalang yang bertugas membawakan cerita. Salah satunya adalah Sugiyo Waluyo, atau yang lebih akrab disapa Dalang Subur, yang sudah 45 tahun menggeluti profesi sebagai dalang wayang Potehi. Dalang Subur sudah mulai belajar memegang wayang sejak dirinya berusia 12 tahun.
Awalnya karena tidak punya hiburan
Ditemui beberapa waktu lalu dalam pementasan wayang potehi di Mal Ciputra, Jakarta Barat, saat perayaan imlek, Dalang Subur bercerita masa kecilnya saat tinggal di Surabaya. Dikatakannya bahwa ia berasal dari keluarga tidak mampu. Bahkan untuk menonton televisi sekali pun, ia harus menumpang ke tetangga.
"Kita harus ke tetangga untuk menonton televisi, orang China begitu nonton, ada tamu dimatiin," ungkap Dalang Subur.
Lokasi rumahnya saat itu dekat dengan bangunan klenteng yang aktif setiap hari. Ya, lingkungan rumahnya saat itu memang didominasi oleh mereka yang beretnis China.
Klenteng dekat rumahnya, selain sebagai tempat beribadah, juga dijadikan sebagai tempat pementasan hiburan, termasuk wayang potehi. Dari sanalah kemudian Dalang Subur mendapat hiburan di masa kecilnya.
Merasa tertarik, lelaki yang kini berusia 58 tahun itupun mulai tertarik belajar memainkan wayang-wayang potehi itu. Tidak perlu bersekolah, ia belajar langsung dari para dalang dan kru yang mementaskan wayang.
Baca Juga: Sambut Imlek, Ini Ritual Unik Sebelum Pementasan Wayang Potehi
"Kita di tahun 1974, waktu kecil saya diperbolehkan ke panggung pertunjukkan, di situ ada personil pemain. Jadi nggak ada sekolah, jadi saya lihat begini caranya, ketukannya salah, dibenerin, setiap hari, akhirnya saya bisa," ceritanya.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Sepatu Running Lokal Paling Juara: Harga Murah, Performa Berani Diadu Produk Luar
- 8 Mobil Bekas Sekelas Alphard dengan Harga Lebih Murah, Pilihan Keluarga Besar
- 7 Bedak Padat yang Awet untuk Kondangan, Berkeringat Tetap Flawless
- 5 Rekomendasi Tablet dengan Slot SIM Card, Cocok untuk Pekerja Remote
- 5 Pilihan HP Snapdragon Murah RAM Besar, Harga Mulai Rp 1 Jutaan
Pilihan
-
Pertemuan Mendadak Jusuf Kalla dan Andi Sudirman di Tengah Memanasnya Konflik Lahan
-
Cerita Pemain Keturunan Indonesia Han Willhoft-King Jenuh Dilatih Guardiola: Kami seperti Anjing
-
Mengejutkan! Pemain Keturunan Indonesia Han Willhoft-King Resmi Pensiun Dini
-
Kerugian Scam Tembus Rp7,3 Triliun: OJK Ingatkan Anak Muda Makin Rawan Jadi Korban!
-
Ketika Serambi Mekkah Menangis: Mengingat Kembali Era DOM di Aceh
Terkini
-
Daftar Universitas dengan Jurusan IT Terbaik di Indonesia, PTN dan PTS
-
Dorongan Implementasi Bangunan Hijau untuk Infrastruktur Berkelanjutan di Indonesia
-
Cara Klaim Kacamata Gratis Pakai BPJS Kesehatan, Ini Syarat dan Alurnya
-
7 Barang MR DIY di Bawah Rp50 Ribu yang Cocok Jadi Kado Natal
-
Hubungan Kepemilikan Kucing dengan Kesehatan Mental, Benarkah Bisa Picu Gangguan Skizofrenia?
-
6 Rekomendasi Cushion Lokal yang Awet untuk Pekerja Kantoran, Makeup Anti Luntur!
-
Ramalan Zodiak 17 November 2025: Peluang, Cinta, Keberuntungan dan Keuangan Hari Ini
-
10 Rekomendasi Skincare Wardah untuk Atasi Flek Hitam Usia 40 Tahun ke Atas
-
Adu Pendidikan Gusti Purbaya vs KGPH Mangkubumi yang Berebut Tahta Raja Solo
-
Sunscreen Scora Cocok untuk Tipe Kulit Apa? Ini Kandungan dan Harganya