Namun bagi Abah Bongkeng, menjadi mahasiswa seni rupa sebenarnya masih bisa dipadukan dengan kegiatan pendakian gunung.
"Itu kan untuk mencari ide-ide dari alam. Artinya pendaki gunung sebenarnya seniman," kata Abah Bongkeng yang telah mendaki Gunung tertinggi di Indonesia Cartenz sebanyak lima kali itu.
Selama 50 tahun menggeluti pendakian, ia tak pernah merasa salah memilih. Keyakinannya untuk hidup dari berkegiatan di gunung dipertanggungjawabkan kepada orangtuanya.
Abah Bongkeng menegaskan kepada dirinya sendiri bahwa ia harus bisa hidup dan menghidupi dari kegiatan yang digemarinya itu. Ia membuktikan hal tersebut ketika akhirnya berani menikahi kekasihnya saat usia 27 tahun.
"Saya bisa hidup seperti ini. Menghidupi keluarga, mengkuliahkan anak-anak sampai selesai. Walaupun hidup apa adanya saya terima. Saya tidak terlalu ambisi buat jadi orang, apalagi jadi pejabat, itu saya jauh ke sana. Karena untuk sampai jadi kaya mereka, berat tantangannya sangat tinggi," tuturnya.
Gunung di Indonesia jadi Favorit
Puluhan gunung telah disambanginya, bukan hanya di Nusantara, tapi mencapai mancanegara. Karenanya, ia selalu kesulitan saat ditanya gunung yang paling berkesan baginya.
Sebab, Abah Bongkeng meyakini setiap pendakian akan selalu memiliki kesan dan cerita masing-masing.
"Semua spesial. Setiap datang pasti berbeda kondisi dan suasana. Kesan lain terus. Khususnya gunung Indonesia semua favorit. Karena tidak akan cukup satu kali untuk pergi ke satu gunung. Jadi rindu lagi ke sana yang akhirnya kesannya lain. Saya belum mendapat kesan. Kecuali kalau saya sudah stop, mungkin titik terakhir saya akan di situ," tuturnya.
Gunung-gunung di Indonesia jadi favorit bagi Abah Bongkeng lantaran memiliki ciri khas yang tak dimiliki negara lain. Jika saat mendaki di luar negeri, khususnya pegunungan salju, baginya pendakian terasa monoton. Berbeda dengan di Indonesia.
Baca Juga: Rencana Mendaki Gunung? Begini Protokol Kesehatan yang Wajib Dilakukan!
"Monoton. Harus melewati medan salju, di mana-mana putih, salju. Namun itu mental sangat dikuras karena jenuh. Kalau mendaki di kita (Indonesia), jutaan rasa atau pandangan mata bisa dirasakan. Melihat tumbuhan, pohon, suara binatang itu sangat indah Indonesia itu," ucap Abah.
Sebelum ada pandemi Covid-19, ia mengaku selalu mendaki gunung setiap bulan. Kegiatan itu tak pernah membuatnya bosan barang satu kali pun. Abah Bongkeng mengaku justru merasa penat saat terlalu lama berdiam diri di kota.
"Yang pasti bosan kalau ada di sini, di kota, di kantor. Pokoknya kalau seminggu atau sepuluh hari ada di sini, ada aja yang terasa. Nanti pusing, itu bahaya saya. Makanya kalau di sini sudah pusing, lari ke gunung, sembuh," katanya sambil tertawa.
Rindu Gunung yang Bersih
Lima dekade terus aktif dalam kegiatan alam terbuka, Abah Bongkeng merasakan betul perkembangan yang terjadi. Mulai dari bantuan teknologi yang memudahkan proses pendakian, hingga makin ramainya pendaki yang datang ke gunung.
Satu sisi, ia senang lantaran cita-citanya dahulu agar pendakian gunung juga turut digemari orang lain telah tercapai. Sisi lain, kondisi itu justru mengundang dampak buruk bagi gunung itu sendiri. Abah Bongkeng menyayangkan kondisi gunung di Indonesia yang saat ini banyak sampah juga berita-berita kecelakaan yang dialami pendaki.
"Kalau dia punya wawasan tentang teknik hidup di alam terbuka atau tergabung di organisasi mungkin tidak akan seperti ini jadinya. Mungkin ini karena ada masalah teknologi yang masuk ke dunia ini. Khususnya media tayang seperti film tentang pendakian yang tidak edukasi. Dicontoh orang akhirnya diikuti," tuturnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- 2 Cara Menyembunyikan Foto Profil WhatsApp dari Orang Lain
- Omongan Menkeu Purbaya Terbukti? Kilang Pertamina di Dumai Langsung Terbakar
- Selamat Tinggal Timnas Indonesia Gagal Lolos Piala Dunia 2026, Itu Jadi Kenyataan Kalau Ini Terjadi
- Jemput Weekend Seru di Bogor! 4 Destinasi Wisata dan Kuliner Hits yang Wajib Dicoba Gen Z
- 6 Ramalan Shio Paling Beruntung di Akhir Pekan 4-5 Oktober 2025
Pilihan
-
Getol Jualan Genteng Plastik, Pria Ini Masuk 10 Besar Orang Terkaya RI
-
BREAKING NEWS! Maverick Vinales Mundur dari MotoGP Indonesia, Ini Penyebabnya
-
Harga Emas Terus Meroket, Kini 50 Gram Dihargai Rp109 Juta
-
Bursa Saham 'Pestapora" di Awal Oktober: IHSG Naik, Transaksi Pecahkan Rekor
-
165 Kursi Komisaris BUMN Dikuasai Politisi, Anak Buah Prabowo Merajai
Terkini
-
Apa Pekerjaan Guinandra Jatikusumo? Rumah Tangganya dengan Putri Tanjung Dikabarkan Retak
-
Kisah Keluarga Syifa Hadju, Ibunya Sempat Berjuang Jadi Single Parent
-
OTW Jadi Mantu Maia Estianty, Pendidikan Syifa Hadju Tak Kalah Mentereng dari El Rumi
-
Profil Toni Permana: Pembuat Paving Block dari Sampah, Kini Dilirik Ferry Irwandi
-
Harta Kekayaan Putri Tanjung Pernah Terungkap di LHKPN, Capai Rp 5 M Tanpa Utang
-
Suami Tuntut Chikita Meidy Kembalikan Mahar, Memangnya Boleh dalam Islam?
-
Siapa Ayah Kandung Syifa Hadju? Dibesarkan Ibu Single Parent, Sempat Tak Yakin dengan Pernikahan
-
Apa Itu Magang Nasional 2025? Ini Syarat, Cara Daftar SIAPKerja, Jadwal dan Gajinya
-
Syifa Hadju Keturunan Mana? Dilamar El Rumi, Kisah Ayah Kandungnya Jadi Misteri
-
Yai Mim yang Konflik dengan Sahara Punya Bisnis Apa? Baju Branded, Ngaku Haji Lebih dari 9 Kali