Mungkin berbeda dengan semangat atau gerakan politik saat ini di mana politik dijadikan objek dimana mereka-mereka yang melabeli dirinya sebagai politikus menjadi subjek. Namun bisa jadi ini hanya dipandang sebagai stigma.
Tidak sedikit juga mereka yang mengabdikan dirinya di dunia politik untuk kepentingan bangsa yang lebih besar. Namun pertanyaannya apakah gerakan politik itu hanya melalui partai politik. Menurut penulis, segala sesuatu yang melibatkan pengambilan keputusan yang dampaknya luas itulah politik.
Tahun 90an, seorang Menteri Agama yang berlatarbelakang dokter dapat mengambil keputusan untuk menggunakan dana bantuan dari Kerajaan Arab Saudi untuk mendirikan beberapa Rumah Sakit Haji di lima kota besar yang mayoritas pengelolaannya kemudian diserahkan kepada pemerintah provinsi.
Pasca reformasi, jabatan Jaksa Agung pernah dipegang oleh seorang yang berlatar belakang dokter, yaitu Marsilam Simanjuntak. Namun pada intinya bukan jabatan apa yang dipegang oleh dokter, namun semangat para dokter untuk tetap mendedikasikan dirinya bagi kemajuan bangsa, tidak hanya sibuk dalam rutinitas di ruang praktek belaka.
Penulis banyak kenal dokter-dokter yang juga sibuk dalam aktivitas sosial, aktivitas pendidikan, aktivitas budaya, aktivitas pengembangan ekonomi kecil. Nama-nama mereka mungkin tidak banyak disorot oleh kamera atau catatan media mainstream, tapi dedikasi mereka untuk perbaikan bangsa saat ini selayaknya mendapat apresiasi.
Semangat yang dimunculkan oleh para dokter seyogyanya lebih banyak dimunculkan oleh banyak profesi lain. Selain rutinitas aktivitas profesinya, namun dedikasi bagi bangsa melalui jalur apapun dapat dilakukan.
Mungkin bisa melalui aktivitas yang merupakan hobi atau minat diri masing-masing. Semangat dan dedikasi generasi di awal kebangkitan bangsa haruslah tetap menjadi contoh dan pelajaran berharga bagi generasi bangsa ini. “Janganlah melihat ke masa depan dengan mata buta. Masa yang lampau sangat berguna sebagai kaca benggala daripada masa yang akan datang” - Sukarno.
Penulis: Mahesa Paranadipa Maikel (Staf Pengajar FK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Ketua Umum Masyarakat Hukum Kesehatan Indonesia dan Wakil Ketua MPPK Ikatan Dokter Indonesia).
Baca Juga: Mendagri Sebut Tempat Masak di IPDN Kotornya Melebihi Toilet
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- Breaking News! PSSI Resmi Umumkan Pelatih Timnas Indonesia
- 8 City Car yang Kuat Nanjak dan Tak Manja Dibawa Perjalanan Jauh
- 5 Rekomendasi Cushion Mengandung Skincare Anti-Aging Untuk Usia 40 Ke Atas
- Djarum Buka Suara soal Pencekalan Victor Hartono dalam Kasus Dugaan Korupsi Tax Amnesty
- 5 Smartwatch Terbaik untuk Olahraga dan Pantau Detak Jantung, Harga Mulai Rp300 Ribuan
Pilihan
-
Timnas Indonesia: U-17 Dilatih Timur Kapadze, Nova Arianto Tukangi U-20, Bojan Hodak Pegang Senior?
-
Harga Minyak Dunia Melemah, di Tengah Upaya Trump Tekan Ukraina Terima Damai dengan Rusia
-
Indonesia jadi Raja Sasaran Penipuan Lowongan Kerja di Asia Pasifik
-
Kisah Kematian Dosen Untag yang Penuh Misteri: Hubungan Gelap dengan Polisi Jadi Sorotan
-
Kisi-Kisi Pelatih Timnas Indonesia Akhirnya Dibocorkan Sumardji
Terkini
-
Elegansi Waktu: Jam Tangan Perhiasan 2025 dengan Horologi Tinggi dan Seni
-
5 Pilihan Merek Bedak Padat yang Tahan Lama untuk Guru Usia 40 Tahun ke Atas
-
4 Jam dari Jakarta, Pesona Air Terjun Citambur Setinggi 100 Meter yang Bikin Terpana
-
5 Serum Mengandung Kolagen untuk Usia 50 Tahun, Kulit Jadi Kencang dan Awet Muda
-
4 Zodiak Paling Beruntung Besok 22 November 2025: Dompet Tebal, Asmara Anti Gagal
-
5 Contoh Amanat Pembina Upacara Hari Guru Nasional 2025, Sarat Makna dan Menggugah Jiwa
-
5 Rekomendasi Bedak Two Way Cake untuk Kondangan, Tahan Lama Seharian
-
7 Rekomendasi Parfum Wangi Ringan yang Fresh di Indomaret untuk Guru
-
5 Serum Vitamin C untuk Ibu Rumah Tangga, Bye-bye Kusam dan Tanda Penuaan Kulit
-
Lompatan Baru Wisata Jakarta: Destinasi Terintegrasi dari Pantai, Mangrove, hingga Outbound