Suara.com - Bunuh diri kerap dianggap sebagai solusi bagi mereka yang putus asa. Mengerikannya, belakangan kerap terjadi fenomena bunuh diri yang disiarkan secara langsung atau live streaming di media sosial.
Yang terbaru, pada 2 September 2021 lalu, seorang lelaki berinisial SS (29) di Jatinegara, Jakarta Timur, nekat mengakhiri hidupnya dengan cara gantung diri, seraya aksinya disiarkan langsung lewat akun aplikasi Tik-Tok miliknya.
Pertanyannya, bagaimana fenomena bunuh diri live streaming ini begitu marak dan ditiru banyak orang?
Dijelaskan Ketua Umum Ikatan Psikologi Klinis Indonesia (IPK), Dr. Indria Laksmi Gamayanti, pelaku bunuh diri biasanya identik dengan emosinya yang kesepian dan tidak diperhatikan, atau tidak dimengerti orang lain.
Psikolog yang akrab disapa Gama itu mengatakan, fenomena bunuh diri live streaming merupakan bentuk mengekspresikan diri untuk terakhir kalinya kepada orang lain, dan secara tidak langsung menyiratkan pesan bahwa mereka butuh bantuan.
"Karena sebetulnya banyak yang merasa kesepian dan sendirian. Sehingga ini adalah cara-cara yang mungkin dilakukan tanpa disadarinya untuk mendapatkan perhatian," ujar Gama dalam acara peluncuran website dan tools pencegahan bunuh diri, Sabtu (11/9/2021).
Hal senada juga disampaikan peneliti kesehatan mental dalam pencegahan bunuh diri, dr. Sandersan Onie, yang menyebutkan bahwa aksi bunuh diri live streaming menyiratkan pesan bahwa pelaku mengalami penderitaan yang dalam, dan ingin orang lain mengerti keadaannya.
"Mereka ingin orang lain mengerti, karena orang yang punya dorongan bunuh diri atau mereka sebenarnya tidak ingin mati, tetapi penderitaan sudah begitu berat bagi mereka," jelas lelaki yang akrab disapa Sandy itu.
Meski mereka tidak ingin mengakhiri hidupnya, tapi kata Sandy, akibat merasa penderitaannya sangat berat, akhirnya menganggap bahwa ia tidak memiliki jalan keluar lain.
Baca Juga: Seorang Pemuda di Jatinegara Nekat Akhiri Hidup Sambil Live di Medsos
"Jadi bagi mereka yang live streaming, alasannya banyak. Mungkin ada yang ngikutin tren, sayangnya mereka ingin orang lain merasakan penderitaan mereka," pungkas Sandy.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Motor Bekas di Bawah 10 Juta Buat Anak Sekolah: Pilih yang Irit atau Keren?
- Dua Rekrutan Anyar Chelsea Muak dengan Enzo Maresca, Stamford Bridge Memanas
- 5 Mobil Bekas 3 Baris Harga 50 Jutaan, Angkutan Keluarga yang Nyaman dan Efisien
- Harga Mepet Agya, Intip Mobil Bekas Ignis Matic: City Car Irit dan Stylish untuk Penggunaan Harian
- 10 Mobil Bekas Rp75 Jutaan yang Serba Bisa untuk Harian, Kerja, dan Perjalanan Jauh
Pilihan
-
6 HP Memori 512 GB Paling Murah untuk Simpan Foto dan Video Tanpa Khawatir
-
Pemerintah Bakal Hapus Utang KUR Debitur Terdampak Banjir Sumatera, Total Bakinya Rp7,8 T
-
50 Harta Taipan RI Tembus Rp 4.980 Triliun, APBN Menkeu Purbaya Kalah Telak!
-
Agensi Benarkan Hubungan Tiffany Young dan Byun Yo Han, Pernikahan di Depan Mata?
-
6 Smartwatch Layar AMOLED Murah untuk Mahasiswa dan Pekerja, Harga di Bawah Rp 1 Juta
Terkini
-
5 Manfaat Minuman Elektrolit untuk Kulit, Rahasia Tiffany SNSD Tetap Awet Muda di Usia 36 Tahun
-
5 Koleksi Tato Tiffany SNSD, yang Segera Jadi Nyonya Byun Yo Han
-
5 Inspirasi OOTD Nongkrong ala Tiffany SNSD yang Wajib Ditiru
-
10 Ide Kado Natal di Miniso: Multifungsi dan Tetap Terjangkau
-
Mengintip Tren Terbaru: Mengapa Perjalanan Mewah Kini Makin Diminati Wisatawan Indonesia?
-
5 Pilihan Sepatu Vans Ori yang Diskon di Foot Locker, Harga Jauh Lebih Murah
-
Sensasi Musim Dingin di Jakarta! IDD Sulap Liburan Akhir Tahun dengan Salju dan Pohon Natal Raksasa
-
5 Cushion dengan Formula Skincare untuk Usia 50-an, Bantu Samarkan Keriput
-
5 Sunscreen Tahan Air dan Keringat untuk Pelari agar Kulit Tidak Belang
-
7 Sunscreen Anti Aging untuk Ibu Rumah Tangga agar Wajah Awet Muda