Suara.com - Pembahasan tentang kesehatan mental di sektor pendidikan menurut praktisi masih belum memadai. Apalagi, terjadinya pandemi Covid-19 mengubah kebiasaan dan pola pengajaran yang dilakukan sekolah.
Menurut praktisi pendidikan dari Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM) Novi Chandra, belum diperhatikannya isu kesehatan mental terlihat dari suveri yang dilakukannya.
“Sehingga, ketika PJJ diwarnai dengan kondisi emosi negatif yang lebih besar, yakni 66 persen dirasakan siswa selama PJJ, dibuktikan dari hasil survei GSM bulan lalu, sulit bagi guru-guru untuk mendapatkan keterampilan mengajar yang dapat menyelesaikan permasalahan tersebut,” ujar Novi dalam keterangan resmi.
Dia menambahkan guru-guru juga mengalami perasaan yang sama atau emosi negatif karena ketidaktahuan strategi belajar yang baru, dan tidak adanya perubahan kurikulum yang mendasar dari pemerintah untuk mengatasi permasalahan emosi.
Oleh karena itu, pihaknya mencoba hadir untuk menyampaikan materi tentang praktik sederhana namun fundamental yaitu pentingnya penalaran dan kesadaran diri.
“GSM ingin mengkritisi narasi pendidikan Indonesia dari hanya sebatas pencapaian PISA, yang mana menjadi kepentingan negara, bergeser ke pencapaian kepentingan anak muda di masa depan, yaitu kompetensi penalaran dan kesadaran diri. Materi-materi yang disampaikan di Kelas Sekolah Menyenangkan akan terkait dengan hal itu,” lanjut Novi.
Pendiri GSM, Muhammad Nur Rizal, mengatakan dunia pendidikan perlu merespon situasi itu dengan pendekatan yang tepat. Pendidikan tidak boleh hanya menjejalkan konten pengetahuan dengan kurikulum yang padat kepada siswa. Pendidikan harus diarahkan justru untuk membangun daya kritis agar siswa mampu membedakan mana informasi yang bermutu, berguna, dan benar.
Generasi milenial dan generasi Z dianggap sebagai generasi cerdas karena mudah mendapatkan akses informasi yang berlimpah dari internet.
“Hanya saja, mereka dikhawatirkan memiliki pandangan yang semakin sempit akibar algoritma eco chamber yang dimiliki sosial media,” tambah Nur Rizal.
Baca Juga: Duh, Ahli sebut Kekurangan Zat Besi Bisa Bikin Kesehatan Mental Memburuk
Nur Rizal menegaskan bahwa permasalahan anak muda di masa depan tersebut dapat diminimalisir dengan mendapatkan keterampilan kompetensi penalaran dan kesadaran diri serta memperbanyak ruang perjumpaan lintas generasi, sehingga, cara pandang dan perilaku generasi muda dapat meluas.
Ia menjelaskan, anak muda memiliki kesempatan untuk mengalami proses yang panjang selama induksi pendampingan sehingga mereka belajar untuk lebih sabar dan tidak instan dalam berpikir, bekerja atau berinteraksi.
“Tujuan pendidikan seharusnya melibatkan anak muda dengan dunia yang dirasakannya juga dunia di sekelilingnya. Maka anak muda perlu menghormati akan keberagaman dan mengapresiasi akar budayanya sendiri,” terang Nur Rizal.
Oleh karena itu, pihaknya menyelenggarakan Kelas Sekolah Menyenangkan secara serentak ke 34 provinsi yang terbagi ke dalam 16 kelas secara daring.
Kelas Sekolah Menyenangkan itu diisi oleh sekitar 100 anak muda yang telah dilatih oleh GSM berkolaborasi dengan puluhan guru penyimpang. Guru penyimpang adalah guru yang memiliki perilaku menyimpang dalam mengajar, namun memberikan dampak positif pada karakter dan hasil belajar siswa.
“Melalui kolaborasi ini diharapkan dapat mengundang gerakan dari anak muda agar semakin peduli dan berkontribusi terhadap masa depan bangsanya, serta semakin menggerakkan guru untuk membangun pengembangan praktik bersama agar kompetensi dan profesionalismenya semakin meningkat,” harap dia.
Berita Terkait
-
Jejak Karier Bupati Aceh Selatan, Pilih Umrah saat Wilayahnya Habis Diterjang Bencana
-
Revolusi Senyap Melawan Kebisingan: Mengapa Kita Mendambakan Slow Living?
-
Cantik Luar Dalam: Bagaimana Perawatan Holistik Kecantikan dan Mental Jadi Solusi Baru?
-
5 Fakta Tentang LPDP: Kenapa Ada Jalur Kurang Mampu dan Jalur Umum?
-
Kunjungi Yogyakarta, PM Timor Leste Xanana Gusmao Bertemu Sri Sultan HB X
Terpopuler
- 7 Mobil Bekas Murah untuk Aktivitas Harian Pemula, Biaya Operasional Rendah
- 51 Kode Redeem FF Terbaru 8 Desember 2025, Klaim Skin Langka Winterlands dan Snowboard
- Shio Paling Hoki pada 8-14 Desember 2025, Berkah Melimpah di Pekan Kedua!
- 7 Rekomendasi Bedak Padat Anti Dempul, Makeup Auto Flawless dan Anti Cakey
- Sambut HUT BRI, Nikmati Diskon Gadget Baru dan Groceries Hingga Rp1,3 Juta
Pilihan
-
Rekomendasi 7 Laptop Desain Grafis Biar Nugas Lancar Jaya, Anak DKV Wajib Tahu!
-
Harga Pangan Nasional Hari Ini: Cabai Sentuh Rp70 Ribu
-
Shell hingga Vivo sudah Ajukan Kuota Impor 2026 ke ESDM: Berapa Angkanya?
-
Kekhawatiran Pasokan Rusia dan Surplus Global, Picu Kenaikan Harga Minyak
-
Survei: Kebijakan Menkeu Purbaya Dongkrak Optimisme Konsumen, tapi Frugal Spending Masih Menguat
Terkini
-
6 Lip Scrub untuk Bikin Bibir Sehat, Halus, dan Lembap, Harga Mulai Rp19 Ribuan
-
Bahaya Sinar UVA di Lapangan Indoor: Mengapa Sunscreen Wajib Saat Main Padel?
-
5 Body Lotion Mengandung Vitamin C untuk Mencerahkan Kulit Kusam, Mulai Rp20 Ribuan
-
7 Rekomendasi Lipstik yang Tidak Bikin Bibir Kering untuk Usia 50 Tahun ke Atas
-
5 Sabun Mandi untuk Menyembuhkan Jerawat Punggung, Bikin Kulit Mulus
-
7 Cara Mengatasi Sepatu Suede Jika Terkena Air Agar Tetap Awet
-
5 Rekomendasi Vitamin Kulit Biar Glowing Luar Dalam, Mulai Rp 40 Ribuan
-
5 Lip Balm Mengandung Peptide untuk Tampilan Bibir Lebih Halus dan Sehat
-
6 Rangkaian Skincare Natur-E Advanced untuk Lawan Penuaan, Bye-bye Kerutan!
-
Apakah Masker Emas dan Bubuk Berlian Efektif untuk Kulit Anda?