Suara.com - Mengikuti tren tantangan di media sosial mungkin terasa menyenangkan. Salah satunya tren di media sosial yang sedang digandrungi yakni challange 'add yours' di Instagram berupa stiker balasan untuk berinteraksi dengan teman lainnya.
Melalui fitur itu memungkinkan pengguna untuk memilih topik yang disediakan Instagram atau membuat sendiri topik untuk bahan berbagi. Tapi dibalik keseruan challange itu nyatanya bisa berisiko tindak kriminal jika yang dibagikan termasuk identitas diri.
Seperti cerita dari pegiat media sosial Dita Moechtar. Lewat akun Twitter, Dita bercerita kalau temannya telah menjadi korban penipuan setelah melakukan challenge Instagram add yours yang menantang 'variasi panggilan nama kamu'.
Temannya menelepon sambil menangis dan bercerita telah menjadi korban penipuan yang meminta transfer uang.
Ternyata sang teman langsung percaya dan mentransfer sejumlah uang karena penipu memanggilnya dengan sapaan akrab yang biasanya hanya dilakukan orang terdekatnya. Cerita Dita langsung ramai dijagat Twitter.
Fenomena tersebut sebenarnya disebut juga social engineering alias rekayasa sosial yang merupakan teknik manipulasi psikologi agar individu maupun grup mau melakukan sesuatu atau menyerahkan informasi tertentu, seperti data pribadi, secara sukarela. Padahal tindakan itu bisa merugikan dirinya.
Menurut Kasubdiv digital Aat-Risk SAFEnet Ellen Kusuma, fenomena itu biasa terjadi dengan mempertimbangkan kondisi seseorang yang tidak sadar penuh, seperti sedang mengantuk, capek.
Maupun merasa emosi berlebihan, misalnya marah dan panik. Atau juga tidak paham konsekuensinya seperti mengikuti tantangan atau ajakan di media sosial yang terdengar sepele dan tidak berbahaya.
"Digunakan untuk profile link atau tindakan mengumpulkan dan menyusun informasi atas individu atau grup berdasarkan karakteristik tendensi atau informasi data pribadi dengan tujuan tertentu. Bisa juga untuk tujuan yang merugikan," kata Ellen dikutip dari unggahan akun @awaskbgo, Selasa (23/11/2021).
Baca Juga: Heboh, Bersih-bersih Pantai, Seorang Pria Temukan Benda Mirip Jenglot
Aksi profiling bisa dilakukan dengan mengumpulkan data-data pribadi yang bisa jadi tanpa sadar disebar secara terbuka kepada pengguna lain di media sosial.
Ellen menyebutkan, dengan mengikuti tantangan atau ajakan di media sosial seperti berbagi variasi nama panggilan sebenarnya termasuk mengumbar data pribadi.
Contoh lainnya, seperti menjawab pertanyaan dari unggahan akun tertentu dengan menyusun kalimat berdasarkan angka tanggal kelahiran.
"Kamu memang nggak pernah posting tanggal lahir atau Kapan ulang tahun secara blak-blakan tapi tetap ketahuan karena ikutan ini," kata Ellen.
Dampak dari perbuatan tersebut salah satunya bisa dimanfaatkan untuk melakukan penipuan pada orang-orang di sekitar.
Melalui profiling yang dilakukan secara sukarela itu, pelaku bisa beraksi seolah-olah telah mengenal korbannya dengan dekat.
Bahkan dalam konteks kekerasan berbasis gender online, informasi atau data pribadi atas korban yang ditemukan di media sosial bisa digunakan untuk intimidasi lebih lanjut, kata Ellen.
Ia mengingatkan, para pengguna media sosial harus memahami apa saya identitas diri yang sebaiknya tidak diumbar sembarangan. Selain nama dan tanggal lahir, berikut berbagai identitas yang sebaiknya tidak sembarangan dibagikan di media sosial.
1. Data pribadi: nama lengkap, nama masa kecil, nama ibu, nama alias.
2. Nomor identitas: NIK, NPWP, SIM, nomor paspor, plat nomor kendaraan, nomor kartu anggota Rumah Sakit, rekening bank, nomor kartu kredit.
3. Alamat pribadi: alamat rumah, alamat Email.
4. Nomor kontak personal: ponsel pribadi, telepon rumah.
5. Karakteristik personal data biometrik: scan retina, tanda suara, sidik jari, geometri wajah.
6. Informasi atas properti pribadi: nomor kendaraan, akta tanah dan bangunan.
7. Informasi aset teknologi: alamat internet protokol (IP address) atau alamat media access control yang secara konsisten terhubung pada satu individu tertentu.
8. Data lainnya: tanggal dan tempat lahir, nomor telepon bisnis, alamat email atau surat-menyurat untuk keperluan bisnis, ras, agama, indikator geografis, dan informasi terkait pekerjaan, kesehatan, edukasi, maupun finansial.
Berita Terkait
Terpopuler
- Dana Operasional Gubernur Jabar Rp28,8 Miliar Jadi Sorotan
- Viral Video 7 Menit Ahmad Sahroni dan Nafa Urbach, Praktisi Hukum Minta Publik Berhati-hati
- Prabowo Dikabarkan Kirim Surat ke DPR untuk Ganti Kapolri Listyo Sigit
- Tutorial Bikin Foto di Lift Jadi Realistis Pakai Gemini AI yang Viral, Prompt Siap Pakai
- Prabowo Incar Budi Gunawan Sejak Lama? Analis Ungkap Manuver Politik di Balik Reshuffle Kabinet
Pilihan
-
Ketika Politik dan Ekonomi Turut Membakar Rivalitas Juventus vs Inter Milan
-
Adu Kekayaan Komjen Suyudi Ario Seto dan Komjen Dedi Prasetyo, 2 Calon Kapolri Baru Pilihan Prabowo
-
5 Transfer Pemain yang Tak Pernah Diduga Tapi Terjadi di Indonesia
-
Foto AI Tak Senonoh Punggawa Timnas Indonesia Bikin Gerah: Fans Kreatif Atau Pelecehan Digital?
-
Derby Manchester Dalam 3 Menit: Sejarah, Drama, dan Persaingan Abadi di Premier League
Terkini
-
5 Fakta Primus Yustisio Bongkar Borok LPDP: Beasiswa Hanya untuk Kalangan Tertentu?
-
Berapa Gaji PPPK Lulusan S1, Beneran Beda dengan Lulusan D3?
-
Bukan Hanya Paru-Paru Dunia: Indonesia Sumber Kepemimpinan Hijau Global
-
Kumpulan Prompt Gemini AI Edit Foto Bareng Pasangan, Obat Rindu untuk Pejuang LDR
-
Terpopuler: Gaji PMO Koperasi Merah Putih hingga Biaya Berobat di Mount Elizabeth
-
Hari Literasi Internasional: Gubernur Jakarta Ajak Anak-Anak Cinta Membaca Sejak Dini
-
Intip 13 Properti Eko Patrio di LHKPN yang Tembus Rp166 M, Pilih Ngontrak usai Rumah Dijarah
-
5 Artis Berobat di Mount Elizabeth Singapura, Ada yang Bayar Rp195 Juta per Malam!
-
Menteri Ekonomi Kreatif: Dukungan Swasta Vital untuk Industri Kreatif Indonesia Go Global!
-
8 Website Edit Foto AI Gratis Selain Gemini, Gak Perlu Repot-Repot Instal Aplikasi