Suara.com - Bagi sebagian orang telur gabus barangkali hanya sebuah jajanan biasa. Tapi, di tangan Furiyanti, merek Telur Gabus Kata Oma meraih ‘The Best UMKM’ dengan mencatatkan pembelian tertinggi di antara puluhan ribu UMKM lainnya dalam ajang pameran Industri Kreatif & UMKM ‘Brilianpreneur’ di tahun 2020.
Lalu bagaimana sebenarnya perjalanan Furiyanti mengerek nama jajanan telur gabus? Dalam keterangannya, jauh sebelum berbisnis, Furiyanti adalah sosok perempuan karier yang banyak malang-melintang di dunia korporat.
Sejumlah jabatan mentereng pun pernah disandangnya, mulai level eksekutif hingga direksi. Furiyanti, mengaku bahwa ia merupakan tipikal orang yang mudah bosan dan selalu ingin mencari tantangan baru.
Salah satu langkah ‘radikal’ yang pernah dia lakukan adalah saat Furiyanti memutuskan untuk kembali ke Australia, mencoba peruntungan di sana namun takdir berkata lain. Furiyanti hanya bertahan 6 bulan dan dia memutuskan kembali ke Tanah Air.
Sekembalinya ke Indonesia, Furiyanti yang sempat bekerja sebagai direktur komunikasi di salah satu konglomerasi ternama tetiba kepikiran untuk mendirikan usaha.
Hal ini karena Furiyanti merasa sosoknya kerap dicurhati oleh orang lain terkait masalah hidupnya, dan kebetulan dia juga tipikal seorang pendengar yang baik.
Akhirnya Furiyanti memutuskan meninggalkan dunia korporat dan memulai usaha perusahaan coaching usai disarankan oleh temannya. Lantas dari situlah perjalanan hidup membawanya
kepada inspirasi untuk mendirikan ‘Kata Oma’.
Saat bekerja sebagai direktur dan sedang merintis Dream Centre (re : nama perusahaan coaching miliknya), Furiyanti terkadang membawa telur gabus buatan ibunya dan melihat rekan-rekannya suka sekali ngemil jajanan telur gabus. Tak disangka telur gabus tersebut banyak menuai antusiasme dari orang-orang di sekitarnya.
Seiring berjalannya waktu, Furiyanti semakin serius menekuni bisnis rintisannya tersebut hingga akhirnya di tahun 2018, dia mantap menggunakan brand ‘Kata Oma’. Adapun asal-muasal pemilihan nama ‘Kata Oma’ dilandasi pada fakta, telur gabus racikan Furiyanti berasal dari ‘resep rahasia’ sang ibunda, yang sudah berstatus nenek alias oma-oma.
“'Kata Oma’, yang pasti kita itu we want to honour oma. Karena memang ini resepnya dari seorang oma yang autentik. Selain itu Oma adalah kependekan dari ‘Otentik Masakan Alami’. Makanya value DNA Kata Oma ini autentik. Ya resepnya dibikin dari seorang oma yang dia racik sedemikian rupa, hanya menggunakan bahan-bahan alami supaya jadi camilan yang terbaik buat anak cucunya," ujar Furiyanti.
Ide nama ‘Kata Oma’ sendiri tidak muncul begitu saja. Furiyanti mengaku, hal itu melalui proses riset yang panjang, kita banyak bertanya kepada teman-teman dan calon konsumen apa arti Oma bagi mereka dan mendapatkan kalau kita itu banyak dengar dan percaya apa kata Oma karena Oma itu sayang sekali sama cucu-cucunya, akhirnya kami gunakan "Kata Oma" sebagai brand Telur Gabus warisan Oma tersebut.
Dalam membangun bisnis, proses jatuh-bangun adalah hal yang biasa. Hal itu juga dialami Furiyanti bersama dengan ‘Kata Oma’. Diakuinya, tantangan itu terus ada, terlebih terkait aspek terpenting dalam bisnis yakni 4P (Production, Price, Promotion dan Place) serta distribusi.
Untuk mengatasi hal tersebut, Furiyanti menerapkan sejumlah strategi yang cukup cemerlang sehingga bisa membuat ‘Kata Oma’ sukses seperti saat ini. Dia mencontohkan, untuk menjaga kualitas produk, ‘Kata Oma’ senantiasa menggunakan bahan yang segar dengan menerapkan standar tinggi.
“Produk itu ga mudah ya, apalagi Kata Oma hanya menggunakan bahan alami, tanpa pengawet, jadi apabila kualitas bahan dasar tidak stabil, pasti kualitas keseluruhan produk akan terpengaruh. Padahal untuk satu produk komponen bahan dasar alaminya begitu banyak, jadi kompleks. Misalnya untuk produk unggulan varian gula aren, ada kegagalan panen aren, nah pengaruh semua ke rasa produk," kata Furiyanti menjelaskan betapa pentingnya sebuah bahan dalam proses produksi.
Lalu terkait promosi, ‘Kata Oma’ awalnya menggunakan sistem reseller karena menurut Furiyanti, teknik tersebut jauh lebih murah dan efektif untuk memasarkan produk. Selain itu, Furiyanti mengungkapkan, bisnis yang baik adalah yang menjawab suatu ‘permasalahan’ konsumen. Dia mencontohkan bagaimana produk ‘Kata Oma’ menyasar target
audiensnya yakni ibu-ibu muda.
Berita Terkait
Terpopuler
- Breaking News! PSSI Resmi Umumkan Pelatih Timnas Indonesia
- 8 City Car yang Kuat Nanjak dan Tak Manja Dibawa Perjalanan Jauh
- 5 Rekomendasi Cushion Mengandung Skincare Anti-Aging Untuk Usia 40 Ke Atas
- Djarum Buka Suara soal Pencekalan Victor Hartono dalam Kasus Dugaan Korupsi Tax Amnesty
- 5 Smartwatch Terbaik untuk Olahraga dan Pantau Detak Jantung, Harga Mulai Rp300 Ribuan
Pilihan
-
Timnas Indonesia: U-17 Dilatih Timur Kapadze, Nova Arianto Tukangi U-20, Bojan Hodak Pegang Senior?
-
Harga Minyak Dunia Melemah, di Tengah Upaya Trump Tekan Ukraina Terima Damai dengan Rusia
-
Indonesia jadi Raja Sasaran Penipuan Lowongan Kerja di Asia Pasifik
-
Kisah Kematian Dosen Untag yang Penuh Misteri: Hubungan Gelap dengan Polisi Jadi Sorotan
-
Kisi-Kisi Pelatih Timnas Indonesia Akhirnya Dibocorkan Sumardji
Terkini
-
5 Moisturizer Anti-Aging Mengandung Kolagen, Kulit Tetap Kencang dan Elastis
-
5 Rekomendasi Exfoliating untuk Usia 40 Tahun Efektif Angkat Sel Kulit Mati
-
Presiden Prabowo Usul Menu MBG Telur Ayam Diganti Telur Puyuh, Nutrisinya Lebih Oke Mana?
-
5 Manfaat Kolagen untuk Wajah, Rahasia Kulit Sehat dan Awet Muda
-
5 Sunscreen Murah yang Sudah BPOM untuk Ibu Rumah Tangga, Mulai Rp12 Ribuan
-
Diperingati Setiap 22 November, Ini Sejarah Hari Perhubungan Darat Nasional
-
7 Rekomendasi Lipstik Warna Natural untuk Anak Sekolah, Harga Mulai Rp9 Ribuan
-
5 Bedak Padat Lokal yang Bisa Menyamarkan Ketidaksempurnaan Kulit
-
Ramalan Zodiak 22 November 2025: Taurus Akan Berbuah Manis, Virgo Lembutlah Pada Pasangan
-
5 Shio Paling Beruntung 22 November 2025, Rezeki dan Asmara Beriringan