Suara.com - Mengatasi dampak perubahan iklim tidak bisa dilakukan hanya oleh satu kelompok atau satu organisasi saja. Butuh kerja sama dan kolaborasi untuk bisa sukses.
Hal ini diungkap oleh praktisi sekaligus aktivis lingkungan di Lembaga Pembangunan Internasional Amerika Serikat (USAID), Hung Vo.
"Fokus pada kemitraan yang kolaboratif sangat penting bagi upaya pembangunan yang rendah karbon (ramah lingkungan)," katanya dalam seminar bertajuk Climate Change, The Pandemic and Economic Recovery, yang disiarkan secara daring.
Hung Vo menyatakan bahwa kolaborasi, terutama antara pemerintah daerah, sangat penting untuk dilakukan mengingat bahwa perubahan iklim sering kali memunculkan pertanyaan dan sejumlah permasalahan yang perlu diatasi bersama-sama.
Perubahan iklim, kata dia, bukan sekadar fenomena yang terkait dengan batas wilayah. Oleh karena itu, aksi kolaborasi dapat membantu sejumlah daerah untuk menyuarakan kekhawatiran mereka terhadap isu lingkungan di tingkat global.
"Kolaborasi bisa membantu menyelesaikan masalah bersama," kata dia lebih lanjut.
Dalam kesempatan itu, Hung Vo juga mengatakan bahwa dengan kolaborasi, pemerintah daerah bisa mewujudkan target yang lebih besar yang pada akhirnya bermanfaat bagi masyarakat secara keseluruhan.
"Itulah alasan mengapa kolaborasi antara daerah yang satu dengan daerah lainnya sangat penting untuk dilakukan," katanya.
Hung Vo mengakui bahwa setiap kolaborasi memerlukan kapasitas sumber daya yang berkualitas, selain juga komitmen, investasi dan waktu. Kolaborasi juga memerlukan aturan dan regulasi yang ketat di antara pihak-pihak yang terkait.
Meski demikian, kolaborasi, kata dia, tetap perlu dilakukan untuk menciptakan kondisi lingkungan yang diharapkan, sehingga isu perubahan iklim yang menjadi tantangan bersama dapat diatasi bersama-sama. [ANTARA]
Berita Terkait
-
Menteri Hanif: RI Naik Pangkat, Resmi Pimpin 'Gudang Karbon Raksasa' Dunia
-
Peneliti: Pemanasan Arktik dan Antartika Bisa Picu Gelombang Penyakit di Dunia
-
COP30 Brasil: Indonesia Dorong 7 Agenda Kunci, Fokus pada Dana dan Transisi Energi
-
Lonjakan Kasus Flu di Perkotaan, Benarkah Dipicu Perubahan Iklim?
-
Greenpeace Ingatkan Pemerintah: COP30 Jangan Jadi Panggung Retorika Iklim
Terpopuler
- 7 Body Lotion di Indomaret untuk Usia 50 Tahun ke Atas, Rawat Garis Penuaan
- 7 Rekomendasi Lipstik Transferproof untuk Pekerja Kantoran, Mulai Rp20 Ribuan
- 27 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 14 November: Ada Beckham 111, Magic Curve, dan Gems
- 5 Sepatu Running Lokal Paling Juara: Harga Murah, Performa Berani Diadu Produk Luar
- 6 Tablet RAM 8 GB Paling Murah untuk Pekerja Kantoran, Mulai Rp2 Jutaan
Pilihan
-
Pertemuan Mendadak Jusuf Kalla dan Andi Sudirman di Tengah Memanasnya Konflik Lahan
-
Cerita Pemain Keturunan Indonesia Han Willhoft-King Jenuh Dilatih Guardiola: Kami seperti Anjing
-
Mengejutkan! Pemain Keturunan Indonesia Han Willhoft-King Resmi Pensiun Dini
-
Kerugian Scam Tembus Rp7,3 Triliun: OJK Ingatkan Anak Muda Makin Rawan Jadi Korban!
-
Ketika Serambi Mekkah Menangis: Mengingat Kembali Era DOM di Aceh
Terkini
-
Cara Klaim Kacamata Gratis Pakai BPJS Kesehatan, Ini Syarat dan Alurnya
-
7 Barang MR DIY di Bawah Rp50 Ribu yang Cocok Jadi Kado Natal
-
Hubungan Kepemilikan Kucing dengan Kesehatan Mental, Benarkah Bisa Picu Gangguan Skizofrenia?
-
6 Rekomendasi Cushion Lokal yang Awet untuk Pekerja Kantoran, Makeup Anti Luntur!
-
Ramalan Zodiak 17 November 2025: Peluang, Cinta, Keberuntungan dan Keuangan Hari Ini
-
10 Rekomendasi Skincare Wardah untuk Atasi Flek Hitam Usia 40 Tahun ke Atas
-
Adu Pendidikan Gusti Purbaya vs KGPH Mangkubumi yang Berebut Tahta Raja Solo
-
Sunscreen Scora Cocok untuk Tipe Kulit Apa? Ini Kandungan dan Harganya
-
7 Sepatu Lokal Cocok Buat Karyawan WFA di Cafe Rp 100 Ribuan
-
5 Lip Crayon yang Praktis dan Nyaman Dipakai di Bibir, Mulai Rp17 Ribuan