Suara.com - Milenial kerap dianggap sebagai generasi yang boros dan tak bisa mengelola keuangan, lantaran memiliki gaya hidup yang cenderung mengikuti arus kota besar. Padahal, seiring dengan meningkatnya biaya hidup, milenial pun perlu belajar mengelola keuangan sejak dini.
Co-Founder MiPOWER by Sequis and Registered Financial Planner Edwin Limanta menyarankan agar para milenial memiliki pengetahuan perencanaan keuangan dan disiplin menjalankannya sebab masa mendatang penuh ketidakpastian.
“Milenial perlu memiliki pengetahuan mengenai perencanaan keuangan dan mulai menjalankannya meski baru penghasilan pertama atau belum memiliki tanggungan. Kebutuhan akan berubah dan bertambah seiring meningkatnya karir, bertambahnya usia, dan saat mewujudkan rencana berumah tangga. Biaya hidup juga akan meningkat seiring meningkatnya inflasi sehingga jika kita tidak melatih diri dan mulai disiplin dalam perencanaan keuangan maka mustahil akan memiliki simpanan yang cukup untuk persiapan masa depan. Lagipula, berkarir ada batasan usia dan bisa jadi kemungkinan terjadi risiko gagal pensiun dengan nyaman, “ sebut Edwin.
Berikut tips perencanaan keuangan dari Edwin yang patut dicoba oleh milenial, mengutip siaran pers yang diterima Suara.com:
- Berhasil pada usia muda tentu membanggakan tapi juga penuh godaan karena pengaruh gaya hidup dan circle pertemanan. Biasanya, pengeluaran aktualisasi diri cenderung membengkak. Untuk itu, hal pertama dalam perencaan keuangan adalah mampu membedakan keinginan dan kebutuhan.
- Utamakan kebutuhan harkat hidup saat ini dan masa depan, yakni sandang, pangan, dan papan karena biaya hidup cenderung tidak stabil bahkan naik seiring inflasi.
- Bergaya sederhana tidak akan menurunkan derajat. Misalnya, mereka yang bekerja di area Jl. Jend Sudirman dan kawasan SCBD, Jakarta dapat memanfaatkan fasilitas MRT atau Trans Jakarta ketimbang memaksakan diri membeli mobil pribadi demi gengsi.
- Jika sudah memiliki penghasilan, sebaiknya alokasikan pendapatan yang diperoleh dengan konsep keuangan. Bisa menggunakan rumus 40-30-20-10, yaitu 40% pendapatan dianggarkan untuk keperluan sehari-hari, 20% cicilan produktif, 10% cicilan konsumtif, 20% aset rencana jangka panjang, serta 10% untuk keperluan sosial.
- Hiburan dan jalan-jalan adalah khas milenial, tapi bukan berarti karena pendapatan bertambah lalu wajar berfoya-foya. Biaya tersier semacam ini bisa dipersiapkan dari penghasilan non rutin, seperti dari bonus tahunan, THR, atau pendapatan tambahan. Jadi, jika ingin berlibur ke tempat impian, maka tabunglah pendapatan non rutin sebanyak mungkin.
- Hindari berutang jika belum memiliki alokasi dana darurat. Terutama jika utang tidak direncanakan. Misalnya, membeli ponsel mahal dengan kartu kredit, kemudian cicilan belum juga lunas lalu membeli tiket konser, dll. Utang perlu dikelola dengan baik karena menumpuk utang akan berisiko terjadi defisit neraca keuangan pribadi atau usaha. Padahal memulihkannya perlu waktu yang panjang bahkan bisa sampai tahunan. Jika merasa perlu mencicil maka usahakan barang tersebut memiliki manfaat lebih banyak daripada biaya kepemilikannya
- Seiring kenaikan pendapatan dan luasnya pergaulan, sah saja jika gaya hidup ikut naik kelas asalkan tidak lebih besar dari kenaikan gaji. Buatlah skala prioritas pengeluaran dan pendapatan non rutin demi mencegah pengeluaran tidak terkendali.
- Kenaikan pendapatan berarti saatnya menaikan aset rencana jangka panjang. Tingkatkan jumlah dana darurat, tabungan, dan asuransi serta investasi.
- Mengingat hidup tidak lepas dari risiko kehidupan, seperti sakit, kecelakaan, atau meninggal dunia maka penting memiliki asuransi jiwa dan asuransi kesehatan untuk menjaga finansial dan aset masa depan.
- Selagi masih muda dan banyak kesempatan berkarya, dapat memanfaatkan waktu dan bakat untuk mencari pendapatan tambahan dengan money mindset “multiple stream of income”. Dengan memiliki pendapatan tambahan, akan membantu meningkatkan simpanan dan memenuhi kebutuhan saat ini. Salah satu kesempatan pekerjaan tambahan yang dapat ditekuni milenial yang memiliki banyak waktu luang adalah menjadi agen asuransi sebab memungkinkan mendapatkan pendapatan tambahan dengan nilai tak terbatas dari komisi yang nilainya bisa 10-30% dari pendapatan premi tahunan yang dicapai serta meningkatkan atau mengasah skill jiwa entrepreneur pada masa muda. Menjadi agen asuransi juga relatif bisa dijalankan bagi milenial yang memiliki pekerjaan tetap sebab dapat dijalankan saat libur atau saat ada waktu luang.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Rekomendasi Motor Matic untuk Keluarga yang Irit BBM dan Murah Perawatan
- 58 Kode Redeem FF Terbaru Aktif November 2025: Ada Item Digimon, Diamond, dan Skin
- 5 Rekomendasi Mobil Kecil Matic Mirip Honda Brio untuk Wanita
- Liverpool Pecat Arne Slot, Giovanni van Bronckhorst Latih Timnas Indonesia?
- 5 Sunscreen Wardah Untuk Usia 50 Tahun ke Atas, Bantu Atasi Tanda Penuaan
Pilihan
-
Trofi Piala Dunia Hilang 7 Hari di Siang Bolong, Misteri 59 Tahun yang Tak Pernah Tuntas
-
16 Tahun Disimpan Rapat: Kisah Pilu RR Korban Pelecehan Seksual di Kantor PLN
-
Harga Pangan Nasional Hari Ini: Cabai Makin Pedas
-
FIFA Atur Ulang Undian Piala Dunia 2026: 4 Tim Unggulan Dipastikan Tak Segrup
-
Pengusaha Sebut Ketidakpastian Penetapan UMP Bikin Investor Asing Kabur
Terkini
-
3 Rekomendasi Basic Skincare Kemasan Saset Rp15 Ribu di Indomaret, Cocok untuk Pemula!
-
Intip Rumah Masa Depan Pratama Arhan: Bak Museum Pribadi Penuh Trofi dan Deretan Jersey
-
Kisi-Kisi CAT Tes Petugas Haji 2026, Apa Saja Materi yang Wajib Dipelajari?
-
3 Sunscreen Brand Tiongkok Terbaik untuk Kulit dengan Harga Terjangkau
-
Pinkfong Baby Shark Run 2025 Hyundai dan Dipha Barus: Lebih 1.600 Orang Tua dan Anak Berpartisipasi
-
Apakah Malam Perlu Pakai Sunscreen? Ini Kesalahan yang Sering Dilakukan Banyak Orang
-
5 Rekomendasi Stroller Bayi Lipat Under Rp250 Ribuan, Cocok Dibawa saat Motoran
-
Promo Superindo Hari Ini: Cek Katalog Super Hemat 26 November 2025 Beras hingga Daging
-
Apakah Boleh Pakai Toner Eksfoliasi Setiap Hari?
-
Indomaret Jual Bedak Apa Saja? Ini 5 Rekomendasi yang Murah dan Bagus