Suara.com - Selain aktif berolahraga hampir setiap hari, artis Fanny Ghassani juga selalu menjaga pola makannya sebisa mungkin konsumsi makanan sehat.
Fanny Ghassani membocorkan kalau dirinya saat ini lebih sering menyantap nasi merah dan hanya mau konsumsi makanan yang dimasak dengan minyak kelapa.
"Makanan yang aku hindari, aku lagi gak makan nasi putuh, hanya makan nasi merah. Aku hanya makan yang dimasak dengan coconut oil. Terus makan sayur dan buah dan aku kurang suka daging merah," ungkap Fanny ditemui di Jakarta, Senin (7/11/2022).
Sebisa mungkin ia juga menghindari makanan apa pun yang digoreng dan menggunakan tepung. Sebab menurutnya, makanan seperti itu yang membuat tubuh jadi cepat gemuk juga tidak sehat untuk tubuh.
"Yang penting itu hindari makanan minyak-minyakan dan terigu, itu kan sebenarnya yang bahaya, buat aku ya, gak tau kalau buat badan orang lain. Jadi bukan cuma diperhatiin porsinya, tapi apa sih yang ada di dalam porsi itu," ujarnya.
Minyak kelapa atau coconut oil memang memiliki nutrisi berbeda dari kebanyakan minyak goreng lainnya. Dikutip dari Healthline, minyak kelapa mengandung komposisi asam lemak sekitar 90 persen jenuh.
Hal itu membuat minyak kelapa sangat tahan terhadap oksidasi pada panas tinggi. Sehingga, sangat cocok untuk metode memasak panas tinggi seperti menggoreng. Minyak kelapa juga relatif kaya akan asam lemak rantai menengah, mengandung sekitar 7 persen asam kaprilat dan 5 persen asam kaprat.
Pasien epilepsi dengan diet ketogenik sering menggunakan lemak tersebut untuk menginduksi ketosis. Namun, minyak kelapa tidak cocok untuk tujuan ini karena memiliki efek ketogenik yang relatif buruk.
Minyak kelapa juga mengandung sekitar 40 persen asam laurat. Sebagai perbandingan, sebagian besar minyak goreng lainnya hanya mengandung sedikit saja. Asam laurat adalah perantara antara asam lemak rantai panjang dan rantai menengah.
Baca Juga: Pecahkan Telur ke Ramen, Cewek Ini Malah Ngakak Begitu Tahu Isinya
Studi menunjukkan bahwa asam laurat meningkatkan kadar kolesterol darah, tetapi ini sebagian besar disebabkan oleh peningkatan kolesterol yang terikat pada lipoprotein densitas tinggi (HDL).
Peningkatan kolesterol HDL, relatif terhadap kolesterol total, telah dikaitkan dengan penurunan risiko penyakit jantung.
Berita Terkait
Terpopuler
- Media Belanda Heran Mauro Zijlstra Masuk Skuad Utama Timnas Indonesia: Padahal Cadangan di Volendam
- Pengamat Desak Kapolri Evaluasi Jabatan Krishna Murti Usai Isu Perselingkuhan Mencuat
- Anak Wali Kota Prabumulih Bawa Mobil ke Sekolah, Padahal di LHKPN Hanya Ada Truk dan Buldoser
- Profil Ratu Tisha dan Jejak Karier Gemilang di PSSI yang Kini Dicopot Erick Thohir dari Komite
- Harta Kekayaan Wali Kota Prabumulih, Disorot usai Viral Pencopotan Kepala Sekolah
Pilihan
-
Kemiskinan dan Ketimpangan Ekonomi RI Seperti Lingkaran Setan
-
Core Indonesia Sebut Kebijakan Menkeu Purbaya Suntik Rp200 Triliun Dinilai Salah Diagnosis
-
When Botanies Meets Buddies: Sporadies Meramban Bunga Jadi Cerita
-
Ternyata Ini Rahasia Kulit Cerah dan Sehat Gelia Linda
-
Kontras! Mulan Jameela Pede Tenteng Tas Ratusan Juta Saat Ahmad Dhani Usulkan UU Anti Flexing
Terkini
-
Menilik Jabatan Rizky Irmansyah, Ikut Turun Tangan Kasus Wali Kota Prabumulih
-
Di Balik Kontroversi Ijazah Gibran Rakabuming Raka, Ini Profil Kampus MDIS Singapura
-
Gak Pake Mahal! 5 Rekomendasi Bedak Gatal Anti Jamur Mengandung Salicylic Acid
-
5 Urutan Skincare Malam dari Wardah untuk Menghilangkan Flek Hitam, Harga Mulai Rp40 Ribuan
-
5 Fakta Menarik M Qodari, Penggagas Jokowi 3 Periode Kini Jadi Kepala Staf Kepresidenan Prabowo
-
7 Rekomendasi Skincare Pria Alfamart yang Efektif Mengatasi Wajah Kusam
-
Adu Kekayaan Hendrar Prihadi dan Sarah Sadiqa: Mantan vs Kepala LKPP Baru
-
Ajang Manhattan Photo Competition 2025 Umumkan Para Fotografer Terbaik
-
Profil Khaby Lame: Dari Pekerja Pabrik ke Bintang TikTok Dunia
-
Sering Dibilang Redflag, Ini 5 Sifat Unik Gemini yang Bikin Penasaran