Suara.com - Menumis dengan margarin biasa dijadikan opsi untuk menambahkan aroma pada masakan. Sayangnya, hal tersebut menurut dokter berpotensi meningkatkan risiko penyakit jantung. Kok bisa?
Margarin berbahan dasar dari minyak nabati yang kemudian melalui proses hidrogenasi. Hidrogenasi adalah proses mengubah lemak cair menjad lemak padat untuk mempertahankan stabillitas di suhu ruang.
Berdasarkan penuturan dr. Nadhira Nuraini Afifa melalui unggahan reels instagram, pemicunya karena adanya proses hidrogenasi pada margarin yang menghasilkan lemak trans.
“Proses hidrogenasi ini bisa menghasilkan lemak trans yang dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit jantung, yang lebih berbahaya dari lemak jenuh yang berada pada mentega,” ungkap dr. Nadhira, dikutip pada Jumat (28/4/2023).
Oleh karena itu, dr. Nadhira pun tidak menyarankan penggunaan margarin sebagai pengganti minyak untuk menumis. Lantaran margarin memiliki titik asap yang rendah sehingga mudah menghasilkan asap yang bisa berupa senyawa yang berbahaya.
Selain itu, margarin juga mengandung lebih tinggi air yang dapat meletup saat digunakan untuk proses pemasakan. Serta makanan menjadi lebih cepat gosong saat dimasak karena kandungan lemaknya yang tidak terlalu tinggi.
“Jadi kalau mau memasak atau menumis kita bisa pilih minyak dengan titik asap yang tinggi. Seperti minyak jagung, minyak kedelai, minyak canola, minyak kelapa dan minyak kelapa sawit,” tambahnya.
Jika diperuntukkan pada anak, dr. Nadhira lebih menyarankan untuk menggunakan mentega (butter) karena tidak melalui pemrosesan seperti margarin. Sehingga saat menumis mentega tidak berubah menjadi lemak trans layaknya margarin yang tidak baik untuk anak.
Namun akan lebih baik jika berkonsultasi lebih lanjut dengan dokter spesialis anak terlebih dulu.
Baca Juga: Dokter Boyke Ungkap Bahaya Gunakan Tisu Magic saat Berhubungan Seks
Kendati begitu, dr. Nadhira pun menuturkan sejatinya tidak ada makanan yang 100 persen baik atau pun buruk.
“Pasti sulit untuk kita untuk bertahan mengolah makanan sesehat mungkin. Jadi timbang-timbang aja risk dan benefit-nya setiap makanan yah,” pungkas dr. Nadhira. (Shilvia Restu Dwicahyani)
Berita Terkait
Terpopuler
- Kumpulan Prompt Siap Pakai untuk Membuat Miniatur AI Foto Keluarga hingga Diri Sendiri
- Terjawab Teka-teki Apakah Thijs Dallinga Punya Keturunan Indonesia
- Bakal Bersinar? Mees Hilgers Akan Dilatih Eks Barcelona, Bayern dan AC Milan
- Gerhana Bulan Langka 7 September 2025: Cara Lihat dan Jadwal Blood Moon Se-Indo dari WIB-WIT
- Geger Foto Menhut Raja Juli Main Domino Bareng Eks Tersangka Pembalakan Liar, Begini Klarifikasinya
Pilihan
-
Nomor 13 di Timnas Indonesia: Bisakah Mauro Zijlstra Ulangi Kejayaan Si Piton?
-
Dari 'Sepupu Raisa' Jadi Bintang Podcast: Kenalan Sama Duo Kocak Mario Caesar dan Niky Putra
-
CORE Indonesia: Sri Mulyani Disayang Pasar, Purbaya Punya PR Berat
-
Sri Mulyani Menteri Terbaik Dunia yang 'Dibuang' Prabowo
-
Surat Wasiat dari Bandung: Saat 'Baby Blues' Bukan Cuma Rewel Biasa dan Jadi Alarm Bahaya
Terkini
-
Inovasi Kafe Ini Tawarkan Pengalaman Ngopi Premium Ala Gen Z
-
5 Parfum Aroma Teh yang Bikin Hati Adem: Serasa Meditasi Seharian
-
Apa Perbedaan Doa Iftitah Shalat Fardu dan Shalat Sunah? Ini Jawabannya
-
7 Cara Agar Rumah Bebas Nyamuk: Tips Praktis yang Ampuh dan Alami
-
6 Cara Agar Rumah Bebas Tikus: Tips Ampuh dan Mudah Dilakukan
-
5 Rekomendasi Sunscreen Terbaik untuk Kulit Kusam, Harga Terjangkau dari Rp19 Ribuan
-
Jejak Kontroversi Abdul Kadir Karding: Viral Main Domino, Kini Kena Reshuffle
-
Latar Belakang Pendidikan Purbaya Yudhi Sadewa: Bergelar Doktor Ilmu Ekonomi, Gantikan Sri Mulyani
-
Deretan Bisnis Ashanty, Kini Toko Kue Lu'miere Bangkit Lagi
-
Gurita Bisnis Narji Cagur dan Istri, Hidup Makmur Jadi Juragan Sawah