Suara.com - Peran negara-negara Arab termasuk Mesir dipertanyakan ketika Palestina kembali diserang Israel sebagai aksi balasan setelah serangan Hamas pada awal Oktober 2023.
Kenapa negara-negara Arab tidak membantu Palestina menyerang Israel, membantu mendamaikan keduanya, atau menolong Palestina?
"Saya belum melihat negara Arab mana pun yang tidak menyatakan dukungan untuk Palestina pada tingkat retoris dan akan sangat sulit bagi mereka untuk mengatakan sebaliknya. Tapi apa yang mereka lakukan sangat berbeda, kata H.A. Hellyer, akademisi politik Timur Tengah dari Carnegie Endowment, Washington.
Konflik antara Israel dan Palestina sudah berlangsung sejak lama. Pasukan Zionis memulai serangan 'membersihkan' etnis di Palestina dan mendirikan negara Israel pada tahun 1948.
Mengutip dari Al Jazeera, saat itu negara-negara Arab masih membela Palestina. Negara-negara Arab marah besar dengan serangan Israel terhadap Palestina. Mereka bahkan mengangkat isu pembebasan Palestina menjadi perjuangan bersama.
Tapi ketika rezim negara-negara Arab baik republik maupun monarki semakin berkembang, ketertarikan mereka akan isu Palestina memudar. Ketergantungan terhadap Amerika Serikat justru semakin memperkuat pengabaian mereka terhadap Palestina. Seperti diketahui, Amerika adalah pendukung utama Israel dan segala proyek penjajahannya, termasuk soal teknologi senjata.
Kondisi Palestina juga semakin tak karuan ketika tahun 2007 Hamas mengambil alih pemerintahan di Jalur Gaza dari Otoritas Palestina (PA). Lebih parahnya, PA yang sudah diakui sebagai badan legal yang mengatur wilayah Palestina malah kehilangan legitimasinya di mata masyarakat Palestina.
Perpecahan di dalam tubuh Palestina ini bukan cuma menguntungkan Israel tapi juga membuat negara-negara Arab enggan melanjutkan perjuangan Palestina.
Di Mesir, pengungsi dari Palestina seolah tak lagi punya tempat berlindung. Pada tahun 1948 lalu, ketika Israel menyerang habis-habisan Palestina, 700 ribu warga terusir. Peristiwa ini disebut sebagai 'Nakba' yang berarti malapetaka.
Lalu pada Perang Timur Tengah tahun 1967, ketika Israel merebut Tepi Barat dan Jalur Gaza, sebanyak 300 ribu warga Palestina lain melarikan diri sebagian besar ke Yordania.
Sekitar 6 juta pengungsi dan keturunannya ini tinggal di kamp-kamp di Tepi Barat, Gaza, Lebanon, Suriah dan Yordania.
Setelah pertempuran terhenti di tahun 1948, Israel menolak para pengungsi kembali ke tanah mereka. Padahal, pengembalian pengungsi merupakan bagian dari perjanjian damai. Israel menolaknya dengan alasan bahwa kembalinya para pengungsi akan mengancam keberadaan warga Yahudi di negara tersebut.
Melihat konflik itu, Mesir khawatir ledakan sejarah Nakba akan terulang lagi dan pengungsi akan menetap selamanya di Gaza.
Mesir bingung dengan ketidakjelasan perang ini.
“Ketidakjelasan Israel mengenai niatnya di Gaza dan evakuasi penduduknya sendiri merupakan suatu permasalahan,” kata Riccardo Fabiani, Direktur Proyek Afrika Utara Crisis Group International.
Berita Terkait
-
Aksi Boikot Israel Meluas, Sejumlah Negara dan Ilmuwan Tolak Hadiah dari Zionis
-
Riuh Boikot Produk Pendukung Israel, Apa yang Bisa Dipelajari dari Kemenangan Gerakan 'Boycott Divestment Sanctions'?
-
Heboh Boikot Produk Israel, Seberapa Efektif Untuk Menekan?
-
Bela Palestina, China Putuskan Hapus Israel dari Peta!
-
Daftar Produk Pro Israel yang Ramai Diboikot, Ada Banyak di Indonesia
Terpopuler
- 5 Mobil Kencang, Murah 80 Jutaan dan Anti Limbung, Cocok untuk Satset di Tol
- 7 Rekomendasi Lipstik untuk Usia 40 Tahun ke Atas, Cocok Jadi Hadiah Hari Ibu
- PSSI Tunjuk John Herdman Jadi Pelatih, Kapten Timnas Indonesia Berikan Komentar Tegas
- Media Swiss Sebut PSSI Salah Pilih John Herdman, Dianggap Setipe dengan Patrick Kluivert
Pilihan
-
Sriwijaya FC Selamat! Hakim Tolak Gugatan PKPU, Asa Bangkit Terbuka
-
Akbar Faizal Soal Sengketa Lahan Tanjung Bunga Makassar: JK Tak Akan Mundur
-
Luar Biasa! Jay Idzes Tembus 50 Laga Serie A, 4.478 Menit Bermain dan Minim Cedera
-
4 Rekomendasi HP OPPO Murah Terbaru untuk Pengguna Budget Terbatas
-
Bank Sumsel Babel Dorong CSR Berkelanjutan lewat Pemberdayaan UMKM di Sembawa Color Run 2025
Terkini
-
Minions Run hingga Meet & Greet: Liburan Akhir Tahun Makin Seru Bareng Bob dan Tim
-
7 Bedak Tabur Terbaik untuk Sehari-Hari yang Awet, Bikin Wajah Natural Glowing
-
Bye Bye Luntur! 5 Lipstik Tahan Makan dan Minum yang Bikin Bibir On Point Seharian
-
5 Sepatu Lari Lokal Terbaik untuk Half Maraton, Bantalan Empuk Setara Brand Dunia
-
Transformasi Desa Bilebante: Dari Bekas Tambang Pasir Jadi Desa Wisata Hijau
-
8 Ide Menu Bakar-bakaran Malam Tahun Baru yang Menggugah Selera
-
Skin Tint dan Cushion Lebih Ringan Mana? Ini yang Cocok Dipakai Sehari-hari
-
Daftar Promo Wisata Natal dan Tahun Baru 2026 di Jabodetabek
-
Bolehkah Puasa Rajab Sekaligus Mengganti Utang Puasa Ramadan? Simak Hukum Lengkapnya
-
Rahasia Kecantikan Alami, Ini 4 Langkah Melakukan Perawatan Kulit yang Minimalis