Suara.com - Praktik Fast fashion yang memproduksi pakaian murah dalam jumlah besar untuk mengikuti tren terkini telah benyak mendapat kritik. Pendekatan ini menghasilkan pakaian yang dibuat dengan kualitas kurang baik dan tidak dirancang agar tahan lama, yang menyebabkan tingkat pergantian dan kebutuhan akan barang baru yang lebih tinggi.
Sedangkan produksi tekstil dan pakaian membutuhkan air, energi, dan bahan kimia dalam jumlah besar. Pembuangan produksinya berkontribusi besar terhadap polusi dan limbah, bahkan industri fesyen adalah salah satu pencemar terbesar di dunia.
Selain degradasi ekologi, fast fashion juga berkontribusi pada degradasi sosial yang signifikan. Praktik produksi di negara-negara berkembang untuk memangkas biaya telah menyebabkan kondisi kerja yang buruk dan eksploitasi pekerja.
Banyak perusahaan fast fashion dikritik karena tidak memberikan upah layak bagi pekerjanya dan gagal menyediakan lingkungan kerja yang aman dan sehat.
Material murah yang limbahnya tidak mudah terurai oleh bumi, sistem produksi yang tidak etis, ditambah lagi dengan pola konsumtif masyarakat dunia yang disengaja diciptakan oleh industri fast fashion, menjadikan fesyen sebagai masalah besar, namun sekaligus juga menjadi peluang bagi desainer yang mencari solusi atas masalah tersebut.
Inilah yang menjadi kepedulian SPOTLIGHT Indonesia yang diselenggarakan oleh Indonesian Fashion Chamber (IFC) untuk mengedepankan kampanye atau gerakan sustainable fashion.
Pelaksanaan SPOTLIGHT Indonesia tahun kedua pada tanggal 16-18 November 2023 di Pos Bloc Jakarta ini kembali menghadirkan karya dari desainer, jenama, maupun siswa sekolah mode yang menerapkan prinsip sustainable fashion termasuk penggunaan sumber daya lokal, seperti wastra, budaya, dan kerajinan.
Rangkaian fashion show pada hari terakhir gelaran SPOTLIGHT Indonesia 2023 – Culture: Then and Now menampilkan koleksi dari Telkom University, NYAWA x Bag by Zaharbiohazar, Neliyo by Neli Gunawan, Boldsession, Shaybee, Agnez Olivia x Dope Lab., Feymil Chang x Dekranasda Kota Payakumbuh, Enrico Ho, Rose.Ma.Lina x Sofie, JF Art School, Chikigo by Chiki Fawzi, JYK, dan The Theme by Novi Susanti.
Rancangan yang ditampilkan menunjukkan keragaman produk ready-to-wear berkonsep sustainable fashion atau penggunaan wastra dalam gaya modern kontemporer dan mengadaptasi tren fesyen global. Mengingat perkembangan pakaian pria di Indonesia belum sepesat pakaian wanita, perhelatan ini turut memberikan sorotan pada desainer dan jenama pakaian pria.
Baca Juga: Mengenali Perkembangan Sustainable Fashion: Solusi untuk Ramah Lingkungan
Kebaya merupakan salah satu pakaian kultural Indonesia. Revitalisasi kebaya digiatkan oleh Funky Kebaya Community yang bertujuan untuk mempopulerkan kebaya sebagai pakaian sehari-hari khususnya di kalangan muda. Selaras dengan kampanye bersarung wastra yang juga diangkat oleh SPOTLIGHT Indonesia, kebaya diharapkan dapat menjadi pakaian yang mengglobal.
Di runway SPOTLIGHT Indonesia 2023, Funky Kebaya Community menampilkan koleksi kebaya era baru – yang kerap disebut kebaya modern atau kebaya funky – dari 10 jenama fesyen, yaitu Lenny Agustin, Indische by Rengganis, Roemah Kebaya Vielga, Opie Ovie, Pinky Hendarto, Egni, Yani Halim, B’Gaya by Efie, Kebaya Jeng Sri by GaleriLiesna, Meemaa Style by Chaera Lee, Shaza by Adelina, Kayo x Polimedia, dan Darabaro.
SPOTLIGHT Indonesia 2023 memperkuat kolaborasi dengan banyak pihak untuk menggiatkan kampanye ekosistem fesyen yang berkelanjutan.
Seperti “kolaboraksi” antara IFC, Lois Jeans, dan Anindhaloka yang meluncurkan Indonesia Sustainable Fashion Movement (ISFM), gerakan sosial yang mengajak setiap orang untuk turut serta menciptakan ekosistem fesyen yang berkelanjutan melalui conscious living, dari hulu hingga hilir. Ekosistem yang meliputi budidaya bahan baku serat, produksi serat, produksi benang, produksi tekstil, produksi fashion dan aksesoris, hingga konsumen penggunanya.
Di perhelatan ini, kampanye ISFM diwujudkan dengan menghadirkan produk upcycling fashion dalam exhibition dan fashion show. Lois Jeans merupakan perusahaan garmen denim yang besar di Indonesia yang memiliki limbah produk jadi akibat cacat produksi (reject) dan sisa produk yang tidak dipasarkan lagi (dead stock).
Maka, Lois berkolaborasi dengan desainer IFC untuk menggunakan limbah tersebut menjadi produk fesyen yang lebih bernilai tambah sehingga dapat digunakan kembali.
Berita Terkait
Terpopuler
- Sunscreen untuk Usia 50-an Sebaiknya SPF Berapa? Cek 5 Rekomendasi yang Layak Dicoba
- Jusuf Kalla Peringatkan Lippo: Jangan Main-Main di Makassar!
- 5 Sunscreen Terbaik Harga di Bawah Rp30 Ribu agar Wajah Cerah Terlindungi
- 7 Mobil Sedan Bekas Mulai 15 Jutaan, Performa Legenda untuk Harian
- 24 Kode Redeem FC Mobile 4 November: Segera Klaim Hadiah Parallel Pitches, Gems, dan Emote Eksklusif
Pilihan
-
Comeback Dramatis! Persib Bandung Jungkalkan Selangor FC di Malaysia
-
Bisnis Pizza Hut di Ujung Tanduk, Pemilik 'Pusing' Berat Sampai Berniat Melego Saham!
-
Bos Pajak Cium Manipulasi Ekspor Sawit Senilai Rp45,9 Triliun
-
6 Kasus Sengketa Tanah Paling Menyita Perhatian di Makassar Sepanjang 2025
-
6 HP Memori 128 GB Paling Murah Terbaru 2025 yang Cocok untuk Segala Kebutuhan
Terkini
-
5 Rekomendasi Krim Retinol untuk Usia 50 Tahun, Ampuh Atasi Flek Hitam dan Kerutan
-
5 Rekomendasi Parfum Lokal Wangi Kue, Cocok untuk Wanita Penyuka Aroma Manis
-
Link Resmi Download Logo Hari Pahlawan 2025 Lengkap: PNG, AI, CDR, dan SVG
-
5 Sunscreen untuk Perlindungan dari Polusi, Cocok bagi Masyarakat Urban
-
5 Treatment Kecantikan untuk Menghilangkan Flek Hitam, Lebih Efektif dari Skincare
-
6 Shio Paling Bersinar di 7 November 2025, Keberuntungan dan Rezeki Menanti
-
3 Sunscreen untuk Mencegah Hiperpigmentasi bagi Wanita Usia 40-an
-
7 Rekomendasi Lipstik yang Bisa Buat Blush On: Praktis, Bikin Bibir dan Pipi Jadi Merona
-
Sunscreen SPF 35 Bisa Samarkan Flek Hitam? Ini 3 Rekomendasi Produknya yang Mencerahkan
-
Susunan Upacara Hari Pahlawan 2025 Lengkap Sesuai Pedoman dari Kemensos