Suara.com - Sustainable fashion, atau fashion berkelanjutan adalah praktek desain, produksi, distribusi, dan konsumsi pakaian yang meminimalisir dampak negatif terhadap lingkungan dan masyarakat.
Konsep ini memang tengah menjadi perhatian masyarakat yang kini sudah memiliki kesadaran yang tinggi akan hal-hal yang berkaitan dengan gaya hidup yang ramah lingkungan. Diharapkan kerusakan lingkungan karena limbah fashion dapat berkurang.
Untuk mencapai hal tersebut, kerjasama antara semua pihak yang terlibat dalam industri fashion tentu dibutuhkan. Hal inilah yang membuat PT. South Pacific Viscose (SPV), bagian dari Lenzing Group terus berinovasi dalam mewujudkan industri tekstil dan pakaian yang berkelanjutan, untuk pertumbuhan bisnis fashion lokal di Indonesia.
Kali ini Lenzing Group berkolaborasi dengan Sritex menggelar acara "Sourcing Day Vol. 1: From Fiber to Fabric - Redefining Fashion with Sustainability & Innovation" selama 2 hari pada 21 – 22 Juni 2024 di Sritex Bandung Office yang baru saja diresmikan.
Acara ini bertujuan untuk menampilkan berbagai pengembangan produk tekstil oleh Sritex dari mulai benang hingga kain yang terbuat dari serat sustainable Tencel dan Lenzing Ecovero yang diproduksi oleh Lenzing yang diikuti dengan berbagai kegiatan mulai dari talk show, diskusi panel dan networking session.
"Kerjasama ini adalah langkah konkret kami dalam mendukung industri tekstil dan fesyen di Indonesia. Dengan memanfaatkan bahan baku serat Tencel dan Lenzing Ecovero yang berkualitas tinggi dan keahlian produksi dari Sritex, kami berharap dapat memberikan solusi terbaik bagi para pemilik merek dan produsen kain di Indonesia," ujar Winston A. Mulyadi, Commercial Head TX, Lenzing SEA & Oceania PT. South Pacific Viscose.
Kolaborasi ini kata dia juga diharapkan dapat menginspirasi lebih banyak pelaku industri untuk memprioritaskan bahan baku lokal dan proses produksi yang berkelanjutan, sekaligus membangkitkan rasa bangga terhadap produk buatan anak bangsa.
Selain memberikan produk berkualitas tinggi, kolaborasi ini juga bertujuan untuk meningkatkan daya saing produk lokal di pasar internasional. Dengan mengedepankan kualitas dan keberlanjutan, kedua perusahaan ini berkomitmen untuk membantu para pelaku industri tekstil dan fashion Indonesia menghasilkan produk yang tidak hanya ramah lingkungan, tetapi juga dapat membanggakan label "Buatan Indonesia".
Iwan Kurniawan Lukminto, Direktur Utama Sritex mengatakan, selain kegiatan menarik seperti Talk show dengan expertise dari Lenzing dan Sritex, acara ini juga menyelenggarakan networking session.
Baca Juga: Ramai Bangkrut dan PHK Karyawan, Ini Daftar 5 Perusahaan Tekstil Terbesar di Indonesia
"Kami mengundang lebih dari 200 peserta yang terdiri dari pelaku usaha lokal, internasional, dan stakeholder lainnya di bidang fashion dan menyediakan kesempatan untuk networking dan mendorong kolaborasi di bidang fashion," tambah dia.
Bangga dengan buatan lokal adalah semangat yang ingin terus dibawa dalam setiap produk yang dihasilkan melalui kolaborasi ini. Pihaknya percaya bahwa produk lokal memiliki potensi besar untuk diterima di pasar global, dan kolaborasi dengan Lenzing ini adalah langkah nyata untuk mewujudkannya.
Lenzing merupakan produsen serat yang telah beroperasi lebih dari 80 tahun dan berpusat di Austria dan berdedikasi untuk menerapkan ekonomi sirkuler dan menciptakan industri tekstil yang lebih ramah lingkungan.
Hal ini dilakukan melalui produksi serat Tencel Modal dan Lyocell yang berbahan dasar kayu yang kini digunakan untuk membuat berbagai produk garmen dan tekstil rumah. Tencel diproses secara ramah lingkungan serta bertanggung jawab untuk menghasilkan serat yang nyaman di kulit dan serbaguna.
Bagian dari Lenzing Group, telah memproduksi Lenzing Ecovero yang menjadi terobosan utama lainnya dan mulai diproduksi di Indonesia sejak pertengahan tahun 2023. Ini merupakan serat viscose yang diproduksi dengan karbon emisi dan penggunaan air 50% lebih rendah dibandingkan dengan produk viscose generik pada umumnya.
Brand serat yang satu ini juga telah disertifikasi oleh EU Ecolabel karena ramah lingkungan. Serat ini bersifat biodegradable, yang berarti dapat terurai secara alami dan kembali ke alam setelah dibuang yang telah disertifikasi oleh TÜV Austria.
Berita Terkait
Terpopuler
- Penyerang Klub Belanda Siap Susul Miliano Bela Timnas Indonesia: Ibu Senang Tiap Pulang ke Depok
- 27 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 26 Oktober: Raih 18.500 Gems dan Pemain 111-113
- Gary Neville Akui Salah: Taktik Ruben Amorim di Manchester United Kini Berbuah Manis
- 7 Rekomendasi Sunscreen Mengandung Alpha Arbutin untuk Hilangkan Flek Hitam di Usia 40 Tahun
- 7 Pilihan Parfum HMNS Terbaik yang Wanginya Meninggalkan Jejak dan Awet
Pilihan
-
Menkeu Purbaya Tebar Surat Utang RI ke Investor China, Kantongi Pinjaman Rp14 Triliun
-
Dari AMSI Awards 2025: Suara.com Raih Kategori Inovasi Strategi Pertumbuhan Media Sosial
-
3 Rekomendasi HP Xiaomi 1 Jutaan Chipset Gahar dan RAM Besar, Lancar untuk Multitasking Harian
-
Tukin Anak Buah Bahlil Naik 100 Persen, Menkeu Purbaya: Saya Nggak Tahu!
-
Menkeu Purbaya Mau Tangkap Pelaku Bisnis Thrifting
Terkini
-
Kalender Jawa 29 Oktober 2025: Weton Rabu Wage, di Antara Sial dan Berkah Menurut Primbon
-
Kelezatan Kuliner Jawa Timur, Ini 5 Hidangan Terbaik yang Tak Boleh Terlewatkan
-
Ashanty Pakai LED Face Mask di Rutinitas Skincare Pagi, Apa Manfaatnya?
-
Fakta-fakta Pakaian Bekas Impor: Dari Mana Asal Negara Baju Thrifting?
-
7 Rekomendasi Day Cream dengan SPF: Melembapkan dan Lindungi Kulit dari Munculnya Flek Hitam
-
4 Shio Paling Beruntung Besok 29 Oktober 2025, Siapa Saja yang Hoki?
-
Urutan Skincare Scarlett untuk Atasi Flek Hitam dari Pagi hingga Malam
-
Cuaca Ekstrem Mengancam Kulit? Ini 4 Rahasia Perawatan Wajah
-
Pabrik Aqua Disidak KDM: Dituduh Penyebab Banjir, Padahal Dulu Dapat Penghargaan Ridwan Kami
-
Catatan Rekor Jadi Bahasa Diplomasi Baru: Inilah Inisiatif yang Mengubah Wajah Asia di Mata Dunia