Suara.com - Sebagai negara agraris, sektor pertanian merupakan sumber pangan dan perekonomian nasional. Tapi mirisnya, sektor ini juga merupakan penyumbang banyak emisi karbon dan rentan terhadap perubahan iklim. Itu sebabnya, di tengah tantangan tersebut, pertanian regeneratif muncul sebagai sebuah solusi inovatif.
Dalam media briefing Future Foods Forum (FFF) yang berlangsung di Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Indonesia, Salemba, Jakarta Pusat, Selasa (27/8/2024), disebutkan bahwa 28,61% pekerja Indonesia bekerja pada sektor pertanian. Dan di tengah tantangan perubahan iklim dan degradasi lahan, dibutuhkan transformasi sistem pangan untuk menjamin penghidupan petani sebagai pelaku utama sekaligus pihak yang rentan terhadap risiko perubahan iklim.
Apa itu Pertanian Regeneratif?
Pertanian regeneratif adalah sistem pertanian yang berfokus pada perbaikan dan pemulihan ekosistem. Tujuan utamanya adalah menciptakan sistem pertanian yang sehat, produktif, dan berkelanjutan. Konsep ini mengintegrasikan praktik-praktik pertanian tradisional dengan ilmu pengetahuan modern untuk memulihkan tanah, meningkatkan biodiversitas, dan mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan.
Konsep pertanian regeneratif ini didukung oleh PT Unilever Indonesia, Tbk. dalam upaya perusahaan melindungi keselarasan alam. Komitmen ini disampaikan perusahaan dalam ajang Future Foods Forum (FFF), sebuah wadah diskusi yang melibatkan para pemangku kepentingan lintas sektor untuk membahas upaya kolaborasi dalam transformasi sistem pangan nasional.
Acara yang digagas oleh Unilever Indonesia; Center for Transdisciplinary and Sustainability Sciences Institut Pertanian Bogor (CTSS IPB); Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB UI); dan Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) ini dihadiri oleh berbagai perusahaan, instansi kepemerintahan, komunitas dan akademisi.
”Sejalan dengan strategi keberlanjutan yang berfokus pada empat isu yaitu: iklim, alam, plastik, dan penghidupan (livelihood), Unilever Indonesia terus berupaya berkontribusi pada lingkungan dan masyarakat," kata Nurdiana Darus, Head of Corporate Affairs & Sustainability Unilever Indonesia di Jakarta, Selasa (27/8/2024).
Nurdiana melanjutkan bahwa pihaknya menyadari bahwa bisnis perusahaan tidak dapat bertahan tanpa ekosistem alam yang baik. Itu sebabnya, penting untuk turut mendukung upaya kolektif menuju sistem pangan yang lebih sehat dan berkelanjutan.
Dukungan ini sebenarnya bukanlah hal yang baru. Dalam mewujudkan kelestarian sistem pangan, menurut Nurdiana, pihaknya selama lebih dari satu dekade telah menggalakkan pertanian berkelanjutan guna memenuhi bahan baku dengan tetap menjaga kualitas lingkungan dan meningkatkan kesejahteraan petani kecil. Salah satu contohnya adalah melalui program Bango Pangan Lestari.
Sektor pertanian sebagai sumber pangan utama di Indonesia memiliki kontribusi besar terhadap perekonomian, yaitu rata-rata 13,22% terhadap PDB Nasional tahun 2018-2022. Selain itu, Sensus Pertanian BPS 2023 menunjukkan, jumlah pekerja pada sektor pertanian mencapai 28,61% dari total tenaga kerja nasional. Namun, di saat bersamaan, pertanian turut berkontribusi terhadap pemanasan global dan rentan terdampak perubahan iklim.
Baca Juga: Mentan Amran Minta Tambahan Anggaran Rp68 Triliun Demi Cetak Sawah Baru
Tantangan sistem pangan pun kian kompleks karena pertumbuhan penduduk semakin tinggi, degradasi lahan, hingga kurangnya regenerasi petani. Hal ini menimbulkan urgensi untuk mengonsepkan ulang upaya ketahanan pangan dan sistem pangan nasional dari hulu ke hilir.
“Upaya mitigasi dan adaptasi kami lakukan melalui penerapan Pertanian Regeneratif yang mempromosikan keselarasan dengan alam untuk membantu petani membangun sistem yang lebih tangguh dan bisnis yang lebih sehat dengan memastikan kesehatan tanah untuk produktivitas yang berkelanjutan, serta mengurangi emisi karbon,” terang Nurdiana yang juga menyebut bahwa Unilever secara global menargetkan penerapan Pertanian Regeneratif di 1 juta hektar lahan hingga 2030 nanti.
Manfaat Pertanian Regeneratif
Pertanian regeneratif menawarkan pendekatan yang lebih holistik dan berkelanjutan dalam pengelolaan lahan pertanian. Secara garis besar, disebutkan bahwa sistem pertanian ini memiliki beberapa manfaat, di antaranya:
- Meningkatkan Kesuburan Tanah: Praktik pertanian regeneratif secara signifikan meningkatkan kesuburan tanah, sehingga meningkatkan produktivitas tanaman dalam jangka panjang.
- Mitigasi Perubahan Iklim: Tanah yang sehat mampu menyerap lebih banyak karbon dioksida dari atmosfer, sehingga membantu mengurangi dampak perubahan iklim.
- Meningkatkan Keanekaragaman Hayati: Pertanian regeneratif menciptakan habitat yang lebih beragam bagi berbagai organisme, sehingga meningkatkan keseimbangan ekosistem.
- Meningkatkan Kualitas Air: Praktik konservasi air dalam pertanian regeneratif membantu menjaga kualitas air tanah dan permukaan.
- Meningkatkan Ketahanan Pangan: Sistem pertanian regeneratif yang lebih beragam dan tahan terhadap perubahan iklim dapat membantu menjamin ketersediaan pangan dalam jangka panjang.
Tantangan Beralih ke Pertanian Regeneratif
Tentunya, peralihan ke pertanian regeneratif membutuhkan kolaborasi multipihak. Itu sebabnya, dibutuhkan segenap rantai pasokan dan pemangku kepentingan lainnya guna memberikan dampak positif pada regenerasi alam, termasuk dalam hal meningkatkan kesejahteraan petani dan komunitas lokal, menjaga penggunaan sumber daya yang efisien, serta menghasilkan komoditas pangan yang berkualitas untuk pemenuhan pangan masa depan yang resilien (Future Foods).
Berita Terkait
Terpopuler
- Siapa Saja 5 Pelatih Tolak Melatih Timnas Indonesia?
- 5 Rekomendasi Bedak Cushion Anti Longsor Buat Tutupi Flek Hitam, Cocok Untuk Acara Seharian
- 10 Sepatu Jalan Kaki Terbaik dan Nyaman dari Brand Lokal hingga Luar Negeri
- 5 Pilihan Sunscreen Wardah dengan SPF 50, Efektif Hempas Flek Hitam hingga Jerawat
- 23 Kode Redeem FC Mobile 6 November: Raih Hadiah Cafu 113, Rank Up Point, dan Player Pack Eksklusif
Pilihan
-
Pandji Pragiwaksono Dihukum Adat Toraja: 48 Kerbau, 48 Babi, dan Denda 2 Miliar
-
4 HP 5G Paling Murah November 2025, Spek Gahar Mulai dari Rp 2 Jutaan
-
6 HP Snapdragon dengan RAM 8 GB Paling Murah, Lancar untuk Gaming dan Multitasking Intens
-
Harga Emas di Pegadaian Stabil Tinggi Hari Ini: Galeri 24 dan UBS Kompak Naik
-
PSSI Kalah Cepat? Timur Kapadze Terima Tawaran Manchester City
Terkini
-
13 Ide Kostum Hari Pahlawan 2025, Dari Soekarno hingga Gundala Putra Petir
-
5 Pelembap Mengandung Vitamin C Bagi yang Ingin Hempas Flek Hitam, Bikin Wajah Cerah
-
Hari Pahlawan 2025 Apakah Tanggal Merah? Cek Jawaban Resminya di Sini!
-
5 Cushion Mengandung SPF yang Cocok untuk Usia 30-an, Bantu Cegah Penuaan
-
7 Pilihan Eyeshadow Lokal yang Sudah BPOM: Harga Terjangkau dan Aman
-
7 Rekomendasi Parfum Lokal Aroma Citrus yang Segar, Tahan Lama dan Anti Bau Keringat
-
5 Rekomendasi Moisturizer Korea untuk Mencerahkan Wajah, Bisa Bantu Atasi Flek Hitam
-
Rahasia Kuah Medok dan Bening: 6 Resep Soto Ayam Khas Nusantara
-
Tujuh Parfum Premium dengan Aroma Lokal yang Kuat dan Karakter Berbeda-Beda
-
Menu Harian Favorit: 3 Variasi Resep Ayam Kecap yang Lezat dan Gampang