Suara.com - PT Sri Rejeki Isman Tbk., atau yang dikenal juga sebagai Sritex resmi mengakhiri operasional pabrik mereka pada 1 Maret 2025.
Hal ini membuat ribuan pegawai Sritex diberhentikan. Momen pemberhentian ini pun menjadi viral di media sosial karena suasana haru saat Direktur Utama Sritex Iwan Kurniawan Lukminto berbaur dengan para karyawannya.
Padahal Sritex merupakan perusahaan tekstil berskala besar yang telah mengukir banyak pencapaian sejak didirikan pada tahun 1960-an. Lalu seperti apa perjalanan Sritex hingga berakhir pailit pada Maret 2025?
Bermula dari Pasar Klewer
Bisnis ini pertama kali didirikan oleh Haji Muhammad (HM) Lukminto, pebisnis berdarah Tionghoa yang sebenarnya terlahir dengan nama Ie Djie Shien di Kertosono, Nganjuk, Jawa Timur pada 1 Juni 1946.
Di usianya yang ke-20 tahun alias pada tahun 1966, HM Lukminto mengawali kariernya dengan berdagang di Pasar Klewer Solo.
Laba dagangan ini dimanfaatkan oleh HM Lukminto untuk membangun pabrik tekstil bernama UD Sri Rejeki Isman di Sukoharjo, Jawa Tengah. Pabrik ini menghasilkan dua produk, yakni kain putih dan berwarna.
Pabrik Berkembang Lebih Besar
Skala bisnis perusahaan HM Lukminto semakin berkembang, hingga pada tahun 1978, perusahaan ini terdaftar di Kementerian Perdagangan sebagai Perseroan Terbatas (PT).
Baca Juga: Kekayaan Wamenaker Immanuel Ebenezer, Janji Lepaskan Jabatan Daripada PHK Pegawai Sritex Ditagih
Lalu pada tahun 1982, Sritex pertama kali mendirikan perusahaan tenun (weaving). Sepuluh tahun setelahnya, dilakukan ekspansi pabrik Sritex dengan 4 lini produksi, yaitu pemintalan (spinning), penenunan (weaving), sentuhan akhir (finishing), dan busana (garment), dalam satu atap.
Go International dengan Memproduksi Seragam NATO
Sritex terus mengembangkan jangkauan produknya, termasuk menjadi produsen seragam militer untuk NATO dan tentara Jerman setelah menerima sertifikat dari organisasi terkait. Hingga kini, Sritex sudah membuat pakaian militer untuk lebih dari 33 negara.
Bisnis Bertahan Melewati Banyak Naik dan Turun
Berdiri sejak tahun 1968, Sritex melewati sejumlah situasi. Seperti pada tahun 2001, Sritex dinyatakan berhasil melewati krisis moneter 1998, bahkan melipatgandakan pertumbuhannya sampai 8 kali lipat.
Sritex juga berhasil bersaing secara global, hingga pada tahun 2013, perusahaan ini resmi terdaftar sahamnya di BEI dengan kode emiten SRIL.
Berita Terkait
Terpopuler
- Media Belanda Heran Mauro Zijlstra Masuk Skuad Utama Timnas Indonesia: Padahal Cadangan di Volendam
- Pengamat Desak Kapolri Evaluasi Jabatan Krishna Murti Usai Isu Perselingkuhan Mencuat
- Anak Wali Kota Prabumulih Bawa Mobil ke Sekolah, Padahal di LHKPN Hanya Ada Truk dan Buldoser
- Profil Ratu Tisha dan Jejak Karier Gemilang di PSSI yang Kini Dicopot Erick Thohir dari Komite
- Harta Kekayaan Wali Kota Prabumulih, Disorot usai Viral Pencopotan Kepala Sekolah
Pilihan
-
Gelombang Keracunan MBG, Negara ke Mana?
-
BUMN Tekstil SBAT Pasrah Menuju Kebangkrutan, Padahal Baru IPO 4 Tahun Lalu
-
Kemiskinan dan Ketimpangan Ekonomi RI Seperti Lingkaran Setan
-
Core Indonesia Sebut Kebijakan Menkeu Purbaya Suntik Rp200 Triliun Dinilai Salah Diagnosis
-
When Botanies Meets Buddies: Sporadies Meramban Bunga Jadi Cerita
Terkini
-
Ratu Tisha Anak Siapa? Dicopot Erick Thohir dari Komite PSSI
-
5 Krim Anti Aging Terbaik untuk Kulit Glowing dan Awet Muda, Wajib Dicoba!
-
Perjalanan Cinta Yurike Sanger dengan Soekarno, Istri Termuda Sang Proklamator
-
Moisturizer dan Krim Siang Apakah Sama? Simak Penjelasan Dokter biar Gak Salah
-
Sifat Zodiak Leo Wanita yang Bikin Terkesan: Karismatik, Percaya Diri, tapi Susah Dibantah
-
Beda Pendidikan Anak Sri Mulyani dan Retno Marsudi yang Lulus Bareng di UI
-
Profil Adwin Haryo Indrawan, Anak Sri Mulyani Resmi Jadi Dokter Spesialis
-
Resep Pajeon Makanan Korea, Ramai Di-recook setelah Drama Bon Appetit Your Majesty
-
Cancer Tidak Cocok dengan Zodiak Apa? Ini 6 Zodiak yang Sebaiknya Dihindari
-
Siapa D4vd? Musisi yang Disorot usai Penemuan Jenazah Remaja di Tesla Miliknya