Suara.com - Gunung Bromo dan Semeru kembali menjadi sorotan publik, bukan karena keindahannya, melainkan karena temuan ladang ganja di kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS).
Berita ini semakin ramai diperbincangkan setelah pihak TNBTS mengumumkan penutupan sementara aktivitas wisata selama lima hari, dari 28 Maret hingga 1 April 2025.
Spekulasi liar pun bermunculan. Banyak netizen yang menduga bahwa penutupan ini ada kaitannya dengan skandal ladang ganja yang viral di media sosial.
Tak hanya itu, kebijakan ketat mengenai penerbangan drone di kawasan TNBTS juga menjadi sasaran kecurigaan, seolah-olah aturan tersebut dibuat untuk menutupi sesuatu.
"Yang melarang nerbangin drone & minta membayar patut diduga tahu," tulis akun @mur**** di media sosial.
Ada juga yang mengaitkan kebijakan ini dengan dugaan skenario tersembunyi.
"Dilarang drone: takut ketahuan. Wajib pemandu: takut nyasar ke ladang. Tutup sementara: masa panen. Perbaikan: masa tanam. Orang hilang: salah jalan masuk ladang," tulis akun @jan****.
Menanggapi berbagai tuduhan dan spekulasi yang beredar, Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (BBTNBTS) akhirnya memberikan klarifikasi resmi di akun Instagram resmi Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru.
Kronologi Penemuan Ladang Ganja
Kapala BBTN Bromo Tengger Semeru, Rudjianta Tjahja Nugraha menegaskan bahwa kasus penemuan ladang ganja ini merupakan pengembangan dari penyelidikan psikotropika yang sudah ditangani oleh Polres Lumajang sejak September 2024.
Hingga saat ini, polisi telah menetapkan empat tersangka yang diduga terlibat dalam penanaman ganja di dalam kawasan taman nasional. Dengan kata lain, kasus ini sudah berada dalam ranah hukum dan sedang dalam proses penyelidikan lebih lanjut.
Lokasi Ladang Ganja Tidak Berada di Area Wisata
Salah satu spekulasi yang beredar adalah dugaan bahwa ladang ganja ini tersembunyi di sekitar jalur pendakian Gunung Semeru atau kawasan wisata Gunung Bromo.
Namun, BBTN Bromo Tengger Semeru membantah keras tuduhan tersebut. Mereka menjelaskan bahwa lokasi ladang ganja sebenarnya berada lebih dari 11 kilometer dari jalur wisata utama, baik di Gunung Bromo maupun Gunung Semeru.
Dengan demikian, para wisatawan yang berkunjung ke TNBTS tidak akan menemukan atau bersinggungan dengan area tersebut.
Larangan Drone: Bukan untuk Menutupi Ladang Ganja
Salah satu isu yang paling ramai dibicarakan adalah larangan penggunaan drone di kawasan Gunung Bromo dan Semeru.
Banyak netizen berspekulasi bahwa aturan ini diberlakukan untuk menghalangi siapa pun yang ingin mengungkap keberadaan ladang ganja dari udara.
Menanggapi hal ini, BBTN Bromo Tengger Semeru menjelaskan bahwa larangan penerbangan drone di kawasan Gunung Semeru sudah diterapkan sejak tahun 2019.
Larangan ini dibuat untuk alasan keselamatan pengunjung serta untuk menghormati kearifan lokal masyarakat Suku Tengger, yang menganggap beberapa area sebagai tempat sakral.
"Pelarangan penggunaan drone ini dimaksudkan untuk menjaga keselamatan pengunjung dan juga pengaturan pelarangan lokasi pengambilan drone dilakukan pada tempat-tempat sakral bagi masyarakat Suku Tengger," kata dia.
Selain itu, aturan pemungutan biaya izin drone juga mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2024, yang diterapkan sejak Oktober 2024. Aturan ini tidak hanya berlaku di Bromo dan Semeru, tetapi di seluruh kawasan konservasi di Indonesia.
Kewajiban Pemandu Pendakian Semeru: Bukan untuk Mengontrol Akses
Kebijakan lain yang menjadi perbincangan adalah kewajiban menyewa pemandu bagi para pendaki Gunung Semeru. Beberapa netizen menduga aturan ini dibuat agar pendaki tidak tersesat ke ladang ganja.
Namun, BBTN Bromo Tengger Semeru menjelaskan bahwa kebijakan ini bertujuan untuk meningkatkan keselamatan pendaki serta memberdayakan masyarakat lokal.
Pemandu tidak hanya membantu navigasi, tetapi juga memberikan edukasi mengenai ekosistem dan budaya di kawasan taman nasional.
Penutupan Pendakian Semeru: Rutinitas Tahunan
Netizen semakin curiga setelah muncul pengumuman bahwa pendakian Gunung Semeru akan ditutup sementara. Beberapa orang menduga bahwa penutupan ini adalah strategi untuk "mengamankan" ladang ganja yang baru ditemukan.
Namun, BBTN Bromo Tengger Semeru menegaskan bahwa penutupan pendakian Gunung Semeru adalah kebijakan yang rutin dilakukan setiap tahun, biasanya antara Januari hingga Maret.
Alasan utama dari penutupan ini adalah faktor cuaca. Curah hujan yang tinggi di periode tersebut membuat jalur pendakian menjadi lebih berbahaya, sehingga demi keselamatan pendaki, jalur harus ditutup sementara.
"Biasanya penutupan ini dilakukan dari mulai bulan Januari hingga Maret. Dan ini juga berlaku di lokasi pendakian-pendakian gunung yang berada di kawasan konservasi lainnya," pungkasnya.
BBTN Bromo Tengger Semeru menegaskan bahwa kebijakan yang mereka terapkan di TNBTS memiliki dasar yang jelas dan tidak berkaitan dengan skandal ladang ganja.
Penutupan pendakian, larangan penggunaan drone, serta kewajiban menyewa pemandu semuanya bertujuan untuk menjaga keselamatan, kelestarian alam, dan menghormati budaya lokal.
Sementara itu, kasus ladang ganja sepenuhnya berada dalam proses hukum, dan lokasi penemuan jauh dari area wisata.
Berita Terkait
-
Viral 59 Titik Ladang Ganja di Gunung Bromo, Netizen Kaitkan dengan Larangan Penerbangan Drone
-
Lagi Jadi Omongan, Segini Tarif Terbangkan Drone di Kawasan Gunung Bromo
-
Jaringan Narkoba Sumatera-Jawa Dibongkar! Polda Metro Sita 34 Kg Ganja di Jakarta
-
Usai Disindir Nicky Tirta, Tasyi Athasyia Klaim Tak Menjatuhkan UMKM Demi Keuntungan Pribadi
-
Rocky Gerung Samakan 'Bayar Bayar Bayar' dengan 'Hidup Jokowi': Penyanyi Klarifikasi, Presiden Gimana?
Terpopuler
- 5 HP RAM 8 GB Memori 256 GB Harga Rp1 Jutaan, Terbaik untuk Pelajar dan Pekerja
- 7 Sepatu Adidas Diskon hingga 60% di Sneakers Dept, Cocok Buat Tahun Baru
- Diminta Selawat di Depan Jamaah Majelis Rasulullah, Ruben Onsu: Kaki Saya Gemetar
- Berapa Harga Mobil Bekas Toyota Yaris 2011? Kini Sudah di Bawah 90 Juta, Segini Pajaknya
- 5 Mobil Bekas yang Anti-Rugi: Pemakaian Jangka Panjang Tetap Aman Sentosa
Pilihan
-
Sesaat Lagi! Ini Link Live Streaming Final Futsal ASEAN 2025 Indonesia vs Thailand
-
Cerita 1.000 UMKM Banyuasin: Dapat Modal, Kini Usaha Naik Kelas Berkat Bank Sumsel Babel
-
Seni Perang Unai Emery: Mengupas Transformasi Radikal Aston Villa
-
Senjakala di Molineux: Nestapa Wolves yang Menulis Ulang Rekor Terburuk Liga Inggris
-
Live Sore Ini! Sriwijaya FC vs PSMS Medan di Jakabaring
Terkini
-
5 Sepatu Lokal Senyaman Skechers, Tanpa Tali untuk Jalan Kaki Lansia
-
Daftar Promo Makanan Spesial Akhir Tahun 2025, Hidangan Jepang hingga Kopi Kekinian
-
5 Rekomendasi Sheet Mask Kolagen untuk Samarkan Penuaan Usia 40 Tahun
-
4 Sepatu Lokal untuk Futsal dan Minisoccer yang Lebih Murah dari Adidas
-
Ide Hadiah Tukar Kado untuk Rekan Kerja di Kantor yang Pasti Disukai
-
5 Rekomendasi Moisturizer Hyaluronic Acid untuk Bikin Wajah Glass Skin
-
Bye Aslam! 7 Vitamin Daya Tahan Tubuh Dewasa di Apotek, Aman untuk Lambung
-
5 Sandal Jelly Lokal Mirip Brand Melissa, Anti Jepret Harga Lebih Terjangkau
-
9 Sepatu Running Lokal Full Black Kualitas Dewa: Nyaman Buat Lari, Stylish Buat Nongki
-
Ini Jalur Alternatif Puncak Naik Motor Hindari Car Free Night, Bebas Macet di Malam Tahun Baru