Suara.com - Di tengah meningkatnya kesadaran akan pentingnya hidup sehat dan berkelanjutan, tanaman apotek hidup atau tanaman obat keluarga (TOGA) kembali mendapat perhatian.
Tak hanya bermanfaat bagi kesehatan, TOGA juga berperan dalam menjaga kelestarian lingkungan. Menanam tanaman obat di halaman rumah menjadi langkah sederhana namun berdampak besar: mengurangi konsumsi obat sintetis, mengurangi limbah, dan menambah penghijauan di lingkungan urban.
Apotek Hidup: Tradisi, Kesehatan, dan Ekologi
Tanaman apotek hidup merujuk pada jenis tanaman yang memiliki khasiat sebagai obat tradisional. Menurut Kementerian Kesehatan RI dalam Petunjuk Teknis Pemanfaatan TOGA, tanaman ini berfungsi sebagai pelengkap pengobatan modern dan telah menjadi bagian dari budaya masyarakat Indonesia secara turun-temurun.
Berbagai jenis TOGA seperti temulawak, jahe, daun sirih, hingga daun salam telah dikenal luas karena manfaat kesehatannya. Namun lebih dari itu, keberadaan TOGA di pekarangan rumah juga menyumbang pada keberlanjutan lingkungan.
TOGA dapat mengurangi emisi karbon karena mampu menyerap CO dan menyediakan ruang hijau yang mendukung keanekaragaman hayati serangga dan burung kecil di sekitar rumah.
Ragam Tanaman dan Manfaatnya
Berikut adalah beberapa tanaman apotek hidup yang populer dan mudah dibudidayakan:
- Kumis Kucing (Orthosiphon aristatus): Berkhasiat untuk mengatasi infeksi saluran kemih, menurunkan kadar gula darah, dan mengatasi nefritis. Tanaman ini mengandung flavonoid dan senyawa kalium yang bersifat diuretik.
- Temulawak (Curcuma xanthorrhiza): Digunakan untuk mengatasi gangguan pencernaan, meningkatkan nafsu makan, dan sebagai antiinflamasi. Kandungan kurkuminoid dalam temulawak juga mendukung kesehatan hati.
- Lidah Buaya (Aloe vera): Selain bermanfaat untuk perawatan kulit, lidah buaya juga meningkatkan imunitas dan menjaga kesehatan jantung.
- Daun Sirih (Piper betle): Memiliki sifat antiseptik, antijamur, dan antioksidan yang berguna dalam menjaga kesehatan mulut dan kulit.
- Daun Dewa (Gynura divaricata): Meski belum setenar tanaman lain, daun ini bermanfaat untuk melancarkan peredaran darah dan menurunkan tekanan darah tinggi.
- Lengkuas (Alpinia galanga) dan Jahe (Zingiber officinale): Keduanya kaya antioksidan dan dikenal mampu meningkatkan daya tahan tubuh, meredakan mual, dan mengatasi peradangan.
- Bawang Merah: Tak hanya bumbu dapur, bawang merah juga memiliki efek antibakteri. Penelitian dalam Journal of Food and Drug Analysis (2016) menunjukkan bawang merah efektif melawan bakteri seperti E.coli dan Staphylococcus aureus.
- Daun Salam: Bermanfaat dalam menurunkan kadar gula darah, tekanan darah, dan sebagai antiinflamasi alami.
Menanam TOGA, Menjaga Bumi
Baca Juga: Dari Open Dumping ke Sanitary Landfill: Cirebon Tata Ulang Sistem Pembuangan Sampah
Pemanfaatan tanaman obat keluarga bukan hanya upaya penghematan pengeluaran medis, tetapi juga kontribusi kecil dalam pelestarian lingkungan.
Mengutip data dari World Health Organization (WHO), sekitar 80 persen penduduk di negara berkembang masih mengandalkan obat tradisional sebagai bagian dari layanan kesehatan utama.
Indonesia sebagai negara dengan keanekaragaman hayati yang tinggi, memiliki potensi besar untuk memperluas penggunaan tanaman obat dalam sistem kesehatan nasional dan lingkungan berkelanjutan.
Namun, untuk memastikan keberlanjutan TOGA, penting memperhatikan cara budidayanya. Penggunaan pupuk kimia sebaiknya dihindari karena dapat mencemari tanah dan air. Sebagai alternatif, kompos dari sisa dapur dan dedaunan kering dapat digunakan untuk menjaga kesuburan tanah.
Menurut Environmental Protection Agency (EPA), penggunaan pupuk kimia yang berlebihan dapat meningkatkan kadar nitrogen dalam tanah yang akhirnya mencemari sumber air tanah dan memicu pertumbuhan alga di sungai dan danau—sebuah masalah lingkungan yang serius.
Mengembangkan apotek hidup di rumah bukan hanya bagian dari gaya hidup sehat, tetapi juga bentuk kepedulian terhadap lingkungan. Dengan memanfaatkan TOGA, masyarakat bisa mendekatkan diri pada alam, merawat kesehatan dengan bahan alami, serta ikut menjaga keberlanjutan ekosistem sekitar.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Serum Vitamin C yang Bisa Hilangkan Flek Hitam, Cocok untuk Usia 40 Tahun
- Sunscreen untuk Usia 50-an Sebaiknya SPF Berapa? Cek 5 Rekomendasi yang Layak Dicoba
- 5 Mobil Diesel Bekas Mulai 50 Jutaan Selain Isuzu Panther, Keren dan Tangguh!
- Harta Kekayaan Abdul Wahid, Gubernur Riau yang Ikut Ditangkap KPK
- 5 Mobil Eropa Bekas Mulai 50 Jutaan, Warisan Mewah dan Berkelas
Pilihan
-
Jusuf Kalla Peringatkan Lippo: Jangan Main-Main di Makassar!
-
Korban PHK Masih Sumbang Ratusan Ribu Pengangguran! Industri Pengolahan Paling Parah
-
Cuma Mampu Kurangi Pengangguran 4.000 Orang, BPS Rilis Data yang Bikin Kening Prabowo Berkerut
-
Rugi Triliunan! Emiten Grup Djarum, Blibli PHK 270 Karyawan
-
Angka Pengangguran Indonesia Tembus 7,46 Juta, Cuma Turun 4.000 Orang Setahun!
Terkini
-
5 Sepatu dengan Desain Klasik dan Timeless, Nyaman Maksimal untuk Jalan Kaki
-
5 Bentuk Kacamata yang Cocok untuk Wajah Bulat, Bikin Lebih Tirus dan Tegas
-
Cuma Rp25 Ribuan, 7 Pilihan Lipstik Purbasari untuk Usia 40 Tahun dengan Kulit Sawo Matang
-
Pure Paw Paw untuk Apa Saja? Lebih dari Sekadar Pelembap Bibir, Ini 7 Manfaat Ajaibnya
-
6 Produk Anti Aging Sariayu agar Kulit Kencang dan Cerah, Cocok untuk 40 Tahun ke Atas
-
Urutan 12 Zodiak Paling Rawan Selingkuh, Siapa yang Hobi Permainkan Hati?
-
Apakah Tinted Sunscreen Bisa Memudarkan Flek Hitam? Cek 5 Pilihan yang Murah dan Bagus
-
Sosok Zohran Mamdani, Wali Kota Termuda dan Muslim Pertama dalam Sejarah New York
-
5 Body Lotion Mengandung SPF 50 untuk Mencerahkan, Cocok untuk Yang Sering Keluar Rumah
-
Profil dan Pendidikan Gusti Purbaya, Kukuhkan Diri sebagai Raja Baru Keraton Solo di Usia 22 Tahun