Suara.com - Dialog lintas agama sering menjadi bagian dari hidup keberagaman di Indonesia. Banyak tokoh telah mengupayakan hal ini, dengan harapan agar Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) menjadi negara yang damai dan sejahtera, walau berbagai suku dan agama.
Salah satu tokoh yang tak kenal lelah mengupayakan dialog lintas agama adalah Matius Ho, yang merupakan Direktur Eksekutif, Institut Leimena di Jakarta. Sejak tahun 2021, Institut Leimena memiliki program khusus yang ditujukan kepada para guru di seluruh Indonesia.
Program pelatihan ini disebut Cross-Cultural Religious Literacy (CCRL), yaitu Literasi Agama Lintas Budaya). Program ini didasarkan pada proposisi yang sangat sederhana, yaitu agar masyarakat multiagama, multietnis, dan multikultural dapat menjadi kohesif dan dapat berkolaborasi dengan damai, masyarakat perlu memiliki kompetensi tertentu yang memungkinkan mereka untuk hidup berdampingan dan bekerja sama secara damai dengan orang lain yang memiliki kepercayaan atau agama yang berbeda," ujarnya, belum lama ini.
Kerangka kerja CCRL fokus pada 3 kompetensi, yaitu personal, komparatif, dan kolaboratif. Kerangka ini merupakan rogram pelatihan bagi para guru madrasah dan sekolah dasar maupun menengah, agar mereka bisa memahami dan dapat mengaplikasikan prinsip-prinsip CCRL dalam kegiatan belajar-mengajar di sekolah.
Menurut Matius Ho, terkadang dialog hanya berhenti pada dialog, percakapan, tetapi tidak diterjemahkan ke dalam sebuah tindakan kolaboratif.
"Saat kita berkolaborasi bersama dengan saudara-saudara yang berbeda agama, maka kita belajar untuk fokus bekerja sama demi kebaikan bersama, sembari belajar untuk menghormati perbedaan kita yang mendalam. Kolaborasi, dapat membangun kepercayaan yang sangat penting untuk kohesi sosial. Oleh karena itu, selain dialog kita juga perlu melangkah lebih jauh ke arah kolaborasi," ujarnya.
Dalam ICCS, Matius Ho mempresentasikan Cross-Cultural Religious Literacy (CCRL).
"Tapi saya tidak sendiri. Suatu kebanggaan bagi saya untuk bisa berbagi panggung dengan dua orang guru dari program tersebut. Salah satunya adalah guru dari SMA Muhammadiyah di Magelang, dan yang lainnya dari Sekolah Kristen Tritunggal di Semarang. Mereka membagikan pengalaman dan menjelaskan bagaimana program tersebut membantu mereka memahami cara mendidik siswa agar dapat lebih baik dalam membangun hubungan dengan orang-orang dari agama dan kepercayaan lain," katanya.
"Saya ingin menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada penyelenggara ICCS - RSIS dan MCCY - karena telah mengundang kami untuk berbagi pelajaran yang kami peroleh dari Indonesia, saya yakin hal ini akan menjadi dorongan bagi ribuan guru di Indonesia yang telah bergabung dengan program kami dan karena ICCS merupakan forum internasional yang bergengsi. Saya berharap, hal ini juga dapat menginspirasi negara-negara lain," tambah Matius.
Baca Juga: Imbas Hapus PR Siswa, DPR Skakmat Dedi Mulyadi: Jangan sampai Kebijakan Populis Kebiri Guru
Menurutnya, dengan fokus pada kohesi sosial, maka ICCS akan mendorong pendekatan dialog tradisional untuk dapat berpikir lebih kritis, bagaimana dialog benar-benar dapat memperkuat kohesi sosial.
"ICCS sangat relevan dengan program Cross-Cultural Religious Literacy (CCRL) kami, karena setelah hampir 4 tahun, dengan lebih dari 10.000 guru lulus dari program ini, kami telah mulai menerima permintaan dari negara lain yang ingin mempelajari program ini dan bukan hanya untuk guru, tetapi juga untuk aplikasi lain dalam konteks nasional mereka masing-masing. ICCS secara cemerlang memberikan kesempatan bagi kita untuk melihat kolaborasi multiagama dan multikultural dalam perspektif yang lebih komprehensif dan internasional, dan pada saat yang sama terhubung dengan para tokoh kunci di terkait kohesi sosial, dari lokal hingga global," pungkasnya. ***
Berita Terkait
-
Tanggapi Protes Iuran, Ketua PGRI Minta Guru Baca AD/ART Organisasi: Gak Ada yang Maksa Kok!
-
Jusuf Kalla: AI Ubah Total Sistem Pendidikan, Guru Harus Siap
-
JK Sebut AI Bakal Ubah Total Sistem Pendidikan, Guru Siap?
-
Gus Ipul Harap Prabowo Beri Arahan Khusus kepada 4 Ribu Tenaga Pendidik Sekolah Rakyat
-
45 Contoh Catatan Wali Kelas untuk Kenaikan dan Tinggal Kelas Guru SD & SMP
Terpopuler
- 6 Ramalan Shio Paling Beruntung di Akhir Pekan 4-5 Oktober 2025
- DANA Kaget Jumat Berkah: Klaim Saldo Gratis Langsung Cair Rp 255 Ribu
- Fakta-Fakta Korupsi Bupati HSS Kalsel, Diduga Minta Dana Proyek Puluhan Miliar
- 20 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 4 Oktober 2025, Klaim Ballon d'Or dan 16.000 Gems
- 18 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 3 Oktober: Klaim Ballon d'Or 112 dan Gems
Pilihan
-
Formasi Bocor! Begini Susunan Pemain Arab Saudi Lawan Timnas Indonesia
-
Getol Jualan Genteng Plastik, Pria Ini Masuk 10 Besar Orang Terkaya RI
-
BREAKING NEWS! Maverick Vinales Mundur dari MotoGP Indonesia, Ini Penyebabnya
-
Harga Emas Terus Meroket, Kini 50 Gram Dihargai Rp109 Juta
-
Bursa Saham 'Pestapora" di Awal Oktober: IHSG Naik, Transaksi Pecahkan Rekor
Terkini
-
Dari Melepas Penat Hingga Pemberdayaan UMKM: Inilah Kekuatan Sentra Kuliner!
-
4 Rekomendasi Krim Malam untuk Usia 50 Tahun ke Atas, Bantu Samarkan Kerutan
-
Apa Saja Bisnis Putri Tanjung? Rumah Tangganya Dikabarkan Retak
-
Apa Saja Larangan untuk Wanita selama Masa Iddah? Azizah Salsha Diduga Mau Liburan ke Jepang
-
Fesyen Lokal Lawan Gempuran Barang Murah Impor: Bisakah Bertahan?
-
Taqy Malik Anak Siapa? Ramai soal Kasus Bangun Masjid di Tanah Sengketa
-
Transformasi Platform E-Commerce, Belanja Fashion Bakal Lebih Cepat, Mudah, dan Personal
-
Jadwal MotoGP Mandalika 2025, Simak Kejutan dan Dramanya!
-
Link Nonton Live MotoGP Mandalika 2025
-
5 Fakta Menarik Lauterbrunnen Swiss yang Indah, Lokasi El Rumi Lamar Syifa Hadju