Dewi Larasati membandingkan praktik pertanian modern dengan metode tradisional yang lebih ramah lingkungan, seperti penanaman bergilir yang dahulu sering dilakukan.
"Kalau sekarang itu kan memang penggunaan pokok yang sangat tinggi, kemudian pestisida, dan lain-lain, itu memang bisa menyebabkan kerusakan lahan," jelasnya.
Solusi yang diusulkan adalah mengurangi input bahan kimia dan kembali menerapkan praktik pertanian berkelanjutan yang berfokus pada perbaikan kesuburan tanah.
Bencana banjir di hilir dan tanah longsor di hulu telah menjadi rutinitas yang memprihatinkan di DAS Bodri. Suparno dari Forum DAS Jateng mengungkapkan bahwa kondisi DAS yang kritis, dengan tutupan lahan yang minim dan tanah yang rentan erosi, menjadi pemicu utama.
"Apapun yang diusahakan apabila terjadi bencana maka dengan seketika semuanya menjadi sia-sia," kata Suparno sambil, menekankan pentingnya tindakan preventif.
Suparno juga menyinggung hasil pengukuran daya dukung sungai yang menunjukkan ketidakmampuan sungai menampung debit air saat curah hujan ekstrem. Pada Januari 2025, misalnya, peningkatan kapasitas tanggul dan penerapan konsep Zero Delta G—memastikan air hujan meresap ke dalam tanah—menjadi solusi vital yang perlu segera diimplementasikan.
Hery Budiarto dari GEF SGP Indonesia menyoroti bahwa perubahan perilaku masyarakat akan efektif jika memberikan manfaat ekonomi langsung. "Perut, perut terisi itu yang penting," ujarnya.
Selain itu, Hery juga menjelaskan pentingnya pendekatan yang menyentuh kesejahteraan masyarakat. Ia mencontohkan keberhasilan kelompok petani kopi di Kendal yang menerapkan sistem pertanian agroforestri.
Dengan menanam kopi, menurut Hery, mereka tidak hanya mendapatkan keuntungan ekonomi, tapi juga turut dalam upaya konservasi lahan. Inisiatif ekonomi hijau semacam ini terbukti mampu menggerakkan masyarakat untuk peduli lingkungan secara sukarela karena selaras dengan kebutuhan hidup.
Sementara itu, isu pengelolaan sampah menjadi tantangan serius di empat kabupaten yang dilalui DAS Bodri. Perwakilan Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Kendal, Wasito, menyampaikan tempat pemrosesan akhir (TPA) di wilayah ini diawasi ketat Kementerian Lingkungan Hidup.
Ia menjelaskan, metode pengelolaan sampah yang selama ini dilakukan, yaitu hanya ditampung, diangkut, dan dibuang, tidak menyelesaikan masalah, malah cuma mengalihkan persoalan.
"Apabila ini berlangsung secara terus-menerus turun-temurun tentunya daerah pesisir sebagai hilir dari DAS Bodri akan menjadi tumpukan dari sampah tersebut," ungkap Wasito.
Solusi yang disepakati adalah mendorong pengelolaan sampah dari sumbernya, yaitu rumah tangga, melalui pemilahan sampah dan program bank sampah. Pendekatan ini tidak hanya mengurangi volume sampah, tetapi juga menciptakan nilai ekonomi dari sampah yang dapat didaur ulang.
Deklarasi Hijau Bodri 2025: Pijakan Aksi Nyata
Diskusi yang intensif dan produktif, yang melibatkan berbagai pemangku kepentingan dari sektor pemerintah, swasta, masyarakat sipil, hingga akademisi, telah mencapai puncaknya. Pertukaran ide dan gagasan yang dinamis, diiringi semangat kolaborasi yang kuat, telah membuahkan hasil yang signifikan dan monumental: terbentuknya Deklarasi Hijau Bodri 2025.
Berita Terkait
-
Bek Kendal Tornado FC Eks Barcelona Apungkan Motivasi Jelang Debut di Pegadaian Championsip
-
Dulu Nyaris ke Persib, Patrick Cruz Kini Gabung Kendal Tornado FC
-
Bawa Bhayangkara FC Promosi, Felipe Ryan Gabung Kendal Tornado FC
-
Punya Fasilitas Lengkap, Eks Andalan Shin Tae-yong Pilih Gabung Kendal Tornado FC
-
Catatan Lawan Persis Solo, Stefan Keeltjes Puji Karakter dan Kemauan Pemain
Terpopuler
- Media Belanda Heran Mauro Zijlstra Masuk Skuad Utama Timnas Indonesia: Padahal Cadangan di Volendam
- Pengamat Desak Kapolri Evaluasi Jabatan Krishna Murti Usai Isu Perselingkuhan Mencuat
- Anak Wali Kota Prabumulih Bawa Mobil ke Sekolah, Padahal di LHKPN Hanya Ada Truk dan Buldoser
- Profil Ratu Tisha dan Jejak Karier Gemilang di PSSI yang Kini Dicopot Erick Thohir dari Komite
- Harta Kekayaan Wali Kota Prabumulih, Disorot usai Viral Pencopotan Kepala Sekolah
Pilihan
-
Kemiskinan dan Ketimpangan Ekonomi RI Seperti Lingkaran Setan
-
Core Indonesia Sebut Kebijakan Menkeu Purbaya Suntik Rp200 Triliun Dinilai Salah Diagnosis
-
When Botanies Meets Buddies: Sporadies Meramban Bunga Jadi Cerita
-
Ternyata Ini Rahasia Kulit Cerah dan Sehat Gelia Linda
-
Kontras! Mulan Jameela Pede Tenteng Tas Ratusan Juta Saat Ahmad Dhani Usulkan UU Anti Flexing
Terkini
-
Menilik Jabatan Rizky Irmansyah, Ikut Turun Tangan Kasus Wali Kota Prabumulih
-
Di Balik Kontroversi Ijazah Gibran Rakabuming Raka, Ini Profil Kampus MDIS Singapura
-
Gak Pake Mahal! 5 Rekomendasi Bedak Gatal Anti Jamur Mengandung Salicylic Acid
-
5 Urutan Skincare Malam dari Wardah untuk Menghilangkan Flek Hitam, Harga Mulai Rp40 Ribuan
-
5 Fakta Menarik M Qodari, Penggagas Jokowi 3 Periode Kini Jadi Kepala Staf Kepresidenan Prabowo
-
7 Rekomendasi Skincare Pria Alfamart yang Efektif Mengatasi Wajah Kusam
-
Adu Kekayaan Hendrar Prihadi dan Sarah Sadiqa: Mantan vs Kepala LKPP Baru
-
Ajang Manhattan Photo Competition 2025 Umumkan Para Fotografer Terbaik
-
Profil Khaby Lame: Dari Pekerja Pabrik ke Bintang TikTok Dunia
-
Sering Dibilang Redflag, Ini 5 Sifat Unik Gemini yang Bikin Penasaran