Lifestyle / Food & Travel
Minggu, 21 September 2025 | 10:25 WIB
Ilustrasi penyu laut (Pexels/Pixabay)

Suara.com - Di Kabupaten Raja Ampat, Papua Barat Daya, terdapat Pulau Gag. Kawasan ini mulai mencuri perhatian, karena merupakan contoh baru tentang bagaimana aktivitas pertambangan tetap bisa menjaga keindahan alam.

PT Gag Nickel tercatat telah menyetor penerimaan negara (pajak dan non-pajak) sebesar Rp2,65 triliun pada periode 2018 hingga 2024, termasuk hampir Rp1 triliun royalti. Selain itu, perusahaan ini menjalankan program pemberdayaan masyarakat, seperti pelatihan pemandu wisata, pengembangan homestay, dukungan alat tangkap ikan, hingga pembangunan infrastruktur dasar.

Program konservasi pesisir, penangkaran penyu, dan rehabilitasi lahan bekas tambang juga digiatkan untuk menjaga keseimbangan ekologi.

Pulau Gag sendiri memiliki cadangan nikel yang melimpah, sekaligus berada di salah satu keindahan alam bawah laut terbaik di dunia.

Di tengah meningkatnya permintaan nikel untuk baterai kendaraan listrik, Pulau Gag menunjukkan bahwa eksploitasi sumber daya alam dan pelestarian ekosistem laut dapat dikelola secara berdampingan.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, sektor pertambangan dan penggalian menyumbang lebih dari 30 persen terhadap PDRB Kabupaten Raja Ampat, sedangkan sektor pariwisata menyumbang PAD sekitar Rp150 miliar per tahun melalui jasa akomodasi, makanan-minuman, dan aktivitas wisata lainnya. Dengan kombinasi ini, Raja Ampat menjelma sebagai laboratorium kebijakan yang memadukan pembangunan industri strategis dan ekowisata.

Komitmen tersebut sejalan dengan dorongan pemerintah untuk memanfaatkan sumber daya alam secara berkelanjutan. Pulau Gag pun berpotensi menjadi percontohan nasional tentang bagaimana pertambangan di pulau kecil dapat berjalan seiring dengan pengembangan wisata bahari.  ***

Load More