Bisnis / Inspiratif
Jum'at, 05 September 2025 | 09:33 WIB
Relawan kelompok konservasi penyu Nagaraja memindahkan tukik penyu lekang (Lepidochelys olivacea) dari penangkaran untuk dilepasliarkan di Pantai Sodong, Desa Karangbenda, Adipala, Cilacap, Jateng, Jumat (23/7/2021). [ANTARA FOTO/Idhad Zakaria]
Baca 10 detik
  • Konservasi Penyu Justru Jadi Ladang Cuan Baru untuk Warga Pesisir Barru
  • Program Ewako Lowita Tingkatkan Pendapatan Warga Hingga Serap Emisi Karbon
  • Program Ewako Lowita Berdayakan Warga Lokal untuk Ciptakan UMKM
[batas-kesimpulan]

Suara.com - Konservasi penyu di Pantai Lowita, Kabupaten Barru, Sulawesi Selatan, kini bukan lagi sekadar soal menjaga kelestarian alam. Melalui program Ewako Lowita (Eko-Eduwisata Berbasis Konservasi Penyu Pantai Lowita) yang digagas PLN Indonesia Power (PLN IP) UBP Barru, upaya penyelamatan satwa dilindungi itu justru berhasil membuka peluang ekonomi baru bagi masyarakat sekitar.

Pantai Lowita dulunya menghadapi masalah serius seperti perburuan telur penyu, kerusakan habitat, hingga sampah pesisir yang mencapai 1.890 kg per bulan. Namun, situasi itu berbalik setelah hadirnya program konservasi berbasis komunitas ini. Kini, warga lokal justru menjadikan penyu sebagai daya tarik wisata edukatif yang menghasilkan cuan.

Pendapatan kelompok pengelola wisata tercatat naik hingga Rp238,8 juta per tahun. Selain itu, lebih dari 6.000 telur penyu berhasil ditetaskan setiap tahunnya. Program ini juga memberi manfaat lingkungan lebih luas, misalnya lewat penanaman mangrove seluas 7,43 hektare yang mampu menyerap emisi karbon hingga 330.810 ton CO2.

Tukik Penyu Lekang (Lepidochelys olivacea) dari konservasi penyu Nagaraja dilepasliarkan di Pantai Sodong, Desa Karangbenda, Adipala, Cilacap, Jateng, Jumat (23/7/2021). [ANTARA FOTO/Idhad Zakaria]

"Kami percaya bahwa energi bukan hanya tentang listrik, tetapi tentang bagaimana kita mengalirkan semangat perubahan ke seluruh penjuru negeri. Ewako Lowita adalah bukti bahwa konservasi bisa menjadi gerakan sosial, ekonomi, dan edukatif yang menyatu dalam satu ekosistem," ujar Direktur Utama PLN Indonesia Power, Bernadus Sudarmanta seperti dikutip, Jumat (5/9/2025).

Masyarakat sekitar ikut diberdayakan melalui pengelolaan wisata, bank sampah, produksi souvenir daur ulang, hingga menjadi edukator lingkungan. Tercatat 15 warga lokal kini bekerja penuh dalam tim konservasi, sementara lebih dari 4.500 wisatawan setiap tahunnya ikut serta mendukung konservasi melalui tiket maupun donasi.

Tak hanya itu, inovasi teknologi juga diterapkan, mulai dari pemanfaatan Fly Ash Bottom Ash (FABA) untuk rumah penetasan, monitoring suhu inkubator, hingga panel surya mini di fasilitas konservasi. Program ini dijalankan dengan prinsip efisiensi energi dan keberlanjutan.

Dengan peta jalan lima tahun, Ewako Lowita menargetkan pembangunan balai edukasi, penyelenggaraan festival penyu, sertifikasi desa wisata, hingga replikasi ke pantai lain di Barru. Program ini pun mendapat dukungan kuat melalui kolaborasi dengan pemerintah, perguruan tinggi, CSO, dan sektor swasta.

Konservasi yang semula hanya dipandang sebagai upaya menjaga alam, kini terbukti bisa jadi sumber ekonomi baru yang memberdayakan masyarakat pesisir sekaligus menjaga keberlanjutan lingkungan.

Baca Juga: 5 Investasi yang Aman atau Safe Haven saat Kondisi Negara dan Ekonomi Bergejolak

Load More