Suara.com - Di tengah popularitas keragaman jenis kuliner Yogyakarta, ada satu hidangan sederhana yang kini kembali naik daun: sate kere. Dahulu dikenal sebagai makanan rakyat kecil, sate kere kini justru menjadi buruan wisatawan yang ingin merasakan cita rasa khas Jawa dengan sejarah panjang.
Sate kere berbeda dari sate pada umumnya. Jika sate biasa menggunakan daging ayam, kambing, atau sapi, sate kere dibuat dari bahan yang lebih sederhana.
Di Solo, sate kere berbahan dasar tempe gembus, yaitu hasil olahan ampas tahu, sementara di Yogyakarta umumnya menggunakan gajih atau lemak sapi. Potongan kecil tersebut dibumbui dengan bawang putih, merica, ketumbar, gula jawa, serta garam, lalu dibakar di atas arang hingga mengeluarkan aroma khas.
Satu porsi sate kere biasanya berisi lima tusuk dengan potongan kecil daging atau gajih. Hidangan ini makin nikmat dengan tambahan sambal cair bernama kuah rujak yang pedas manis, serta bisa disantap bersama ketupat sayur.
Asal-usul sate kere tidak lepas dari kondisi ekonomi masyarakat Jawa masa lalu. Kata “kere” dalam bahasa Jawa berarti miskin. Dulu, daging merupakan makanan mahal yang hanya bisa dinikmati kaum priyayi dan kalangan atas, termasuk kolonial.
Masyarakat kecil yang ingin mencicipi sate pun mencari alternatif bahan dengan harga terjangkau, yakni jeroan, gajih, dan tempe gembus.
Meski sederhana, rasa sate kere tetap mirip dengan sate daging. Kehadirannya bahkan dianggap sebagai simbol perlawanan budaya masyarakat kecil terhadap kolonial yang identik dengan kalangan elit dan berkuasa.
Kini, sate kere tidak lagi dipandang sebagai makanan kelas bawah. Justru, ia menjelma menjadi kuliner unik yang memperkaya ragam cita rasa Yogyakarta dan Solo.
Banyak wisatawan yang penasaran mencicipinya, apalagi dengan penyajian khas yang berbeda dari sate pada umumnya.
Baca Juga: Mengenal Adrem, Kuliner Unik Bantul yang Populer di Pasar Kangen Jogja
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) mencatat, tren wisata kuliner di Yogyakarta terus meningkat, di mana wisatawan tidak hanya mencari makanan ikonik seperti gudeg, tetapi juga makanan rakyat yang sarat cerita sejarah, termasuk sate kere.
Sejumlah pedagang sate kere kini mulai berinovasi. Ada yang menambahkan varian bumbu kacang atau kecap manis, bahkan mengganti bahan gajih dengan daging sapi untuk menarik konsumen yang kurang menyukai jeroan.
Namun, bagi sebagian penikmat kuliner tradisional, sate kere tetap istimewa karena mempertahankan cita rasa otentik dengan bahan sederhana.
Dengan sejarah panjang dan cita rasa unik, sate kere kini berdiri sejajar dengan kuliner legendaris lain dari Yogyakarta. Dari makanan rakyat jelata, ia menjelma menjadi ikon kuliner yang menyatukan kenangan sejarah, simbol perlawanan, sekaligus daya tarik pariwisata.
Kontributor : Gradciano Madomi Jawa
Berita Terkait
Terpopuler
- Terpopuler: Geger Data Australia Soal Pendidikan Gibran hingga Lowongan Kerja Freeport
- Sama-sama dari Australia, Apa Perbedaan Ijazah Gibran dengan Anak Dosen IPB?
- 5 Fakta SUV Baru Mitsubishi: Xforce Versi Futuristik, Tenaga di Atas Pajero Sport
- Bawa Bukti, Roy Suryo Sambangi Kemendikdasmen: Ijazah Gibran Tak Sah, Jabatan Wapres Bisa Gugur
- Mahasiswi IPB Jadi Korban Pengeroyokan Brutal Sekuriti PT TPL, Jaket Almamater Hangus Dibakar
Pilihan
-
Kapan Timnas Indonesia OTW ke Arab Saudi? Catat Jadwalnya
-
Danantara Buka Kartu, Calon Direktur Keuangan Garuda dari Singapore Airlines?
-
Jor-joran Bangun Jalan Tol, Buat Operator Buntung: Pendapatan Seret, Pemeliharaan Terancam
-
Kerugian Garuda Indonesia Terbang Tinggi, Bengkak Rp2,42 Triliun
-
Petaka Arsenal! Noni Madueke Absen Dua Bulan Akibat Cedera Lutut
Terkini
-
Cara Membedakan Sepatu Asics Ori dan KW, Lengkap dengan Rekomendasi Toko Resminya
-
Tasya Farasya Bawa Hermes Himalaya Tapi Cuma Minta Nafkah Rp100, Inikah Cara Balas Dendam Gemini?
-
7 Rekomendasi Skincare untuk Busui, Ada Anti Aging dan Mencerahkan Kulit
-
5 Koleksi Tas Hermes Tasya Farasya, dari yang Langka hingga Warna Menyala Tembus Miliaran Rupiah
-
Review dan Harga Makeup MOP Beauty Milik Tasya Farasya
-
Mengenal Adrem, Kuliner Unik Bantul yang Populer di Pasar Kangen Jogja
-
Butuh Sunscreen untuk Atasi Kulit Kusam? Ini 6 Rekomendasi yang Ampuh dan Murah
-
Sebelum Jadi Suami Tasya Farasya, Ahmad Assegaf Kerja Apa?
-
Jadi Pengacara Tasya Farasya, Berapa Tarif Riphat Senikentara?
-
Dijuluki Raja Badai Asia, Apa Dampak Topan Ragasa Hong Kong ke Indonesia?