Banyak anak melakukan bullying karena kesulitan mengendalikan emosi seperti marah, frustrasi, atau rasa tidak aman. Ajari anak strategi menenangkan diri seperti menarik napas, menjauh sejenak dari situasi panas, atau mengungkapkan perasaan dengan kata-kata. Bila anak terus kesulitan mengontrol amarah, bantuan profesional bisa menjadi opsi tepat.
7. Awasi Perilaku Anak di Rumah
Bullying seringkali berawal dari dinamika keluarga. Jika anak sering memukul, mengejek, atau meremehkan saudara kandung, segera hentikan sebelum menjadi kebiasaan. Aturan tentang saling menghormati harus diterapkan di rumah, bukan hanya di sekolah.
8. Jadilah Teladan yang Baik
Anak belajar langsung dari apa yang mereka lihat. Bila orang tua sering berteriak, mengejek, atau menunjukkan agresivitas, anak berisiko menirunya. Orang tua perlu menunjukkan cara menyelesaikan konflik dengan sehat serta memperlakukan semua orang—termasuk keluarga—dengan hormat.
9. Kerja Sama dengan Pihak Sekolah
Jika bullying terjadi di sekolah, orang tua perlu bekerja sama dengan guru dan staf sekolah untuk membuat rencana penanganan. Anak yang tahu bahwa komunikasi antara rumah dan sekolah berjalan baik akan lebih berhati-hati dan lebih mungkin memperbaiki perilakunya.
10. Cari Bantuan Ahli Jika Diperlukan
Jika anak menunjukkan pola perilaku agresif berulang, sulit mengontrol kemarahan, atau punya riwayat masalah perilaku, evaluasi dari psikolog atau terapis dapat membantu. Pendampingan profesional memungkinkan anak mempelajari cara baru dalam mengelola emosi dan memperbaiki keterampilan sosial.
Baca Juga: Menteri PPPA: Cegah Bullying Bukan Tugas Sekolah Saja, Keluarga Harus Turut Bergerak
Mencegah anak menjadi pelaku bullying membutuhkan kombinasi antara aturan jelas, komunikasi terbuka, dan keteladanan orang tua. Dengan bimbingan yang tepat, anak dapat belajar membangun hubungan yang sehat, memahami perbedaan, dan tumbuh menjadi individu yang empatik serta bertanggung jawab.
Bullying tidak akan berhenti dengan sendirinya — tetapi dengan tindakan yang tepat, orang tua dapat membuat perubahan besar sejak dini.
Kontributor : Gradciano Madomi Jawa
Berita Terkait
Terpopuler
- 6 Mobil Terbaik untuk Lansia: Fitur Canggih, Keamanan dan Kenyamanan Optimal
- 10 Mobil Mini Bekas 50 Jutaan untuk Anak Muda, Sporty dan Mudah Dikendarai
- 5 Tablet RAM 8 GB Paling Murah yang Cocok untuk Multitasking dan Berbagai Kebutuhan
- 6 Motor Paling Nyaman untuk Boncengan, Cocok buat Jalan Jauh Maupun Harian
- Jesus Casas dan Timur Kapadze Terancam Didepak dari Bursa Pelatih Timnas Indonesia
Pilihan
-
OJK Lapor Bunga Kredit Perbankan Sudah Turun, Cek Rinciannya
-
Profil PT Abadi Lestari Indonesia (RLCO): Saham IPO, Keuangan, dan Prospek Bisnis
-
Profil Hans Patuwo, CEO Baru GOTO Pengganti Patrick Walujo
-
Potret Victor Hartono Bos Como 1907 Bawa 52 Orang ke Italia Nonton Juventus
-
10 City Car Bekas untuk Mengatasi Selap-Selip di Kemacetan bagi Pengguna Berbudget Rp70 Juta
Terkini
-
7 Rekomendasi Bedak untuk Makeup Flawless di Kulit Sawo Matang Usia 40 Tahun
-
Apa Arti Mimpi Hamil tapi Belum Menikah Menurut Islam? Ternyata Ini Maknanya
-
Perjalanan Noera: Dari Produk Rumahan Jadi Brand Kecantikan Nasional yang Inovatif
-
5 Sepatu Hiking Terbaik dari Brand Lokal yang Empuk dan Tahan Banting
-
Ketika UMKM Kopi Jakarta Dapat Suntikan Ilmu untuk Naik Kelas
-
3 Tanggal Lahir Ini Sering Dicap Sombong tapi Aslinya Bijaksana, Cek Tanggal Lahirmu!
-
Industri Pangan dan Chef Profesional Dukung MBG, Pastikan Keamanan dari Hulu ke Hilir
-
Spot Baru di TMII: Tempat Asyik Buat Wisata Keluarga dengan Pilihan Makanan Sehat
-
4 Bulan Lahir Ini Konon Pancarkan Aura Lembut Bak Ibu Peri, Cek Apakah Kamu Salah Satunya?
-
Dari Lari hingga Yoga: Temukan Komunitas Baru dengan Pakaian Olahraga