Lifestyle / Female
Sabtu, 13 Desember 2025 | 10:18 WIB
Ilustrasi jerawatan.[pexels.com]

Di sisi lain, jerawat jamur disebabkan oleh pertumbuhan ragi yang berlebihan dan biasanya memiliki gejala gatal.

Stres juga dapat memicu timbulnya jerawat, disebut sebagai jerawat stres. Saat mengalami stres, kadar kortisol dan androgen meningkat, yang dapat merangsang produksi sebum. 

Namun, jerawat hormonal cenderung bersifat berkala, meningkat menjelang menstruasi, sementara jerawat karena stres lebih banyak terjadi dan dapat hilang seiring masa stres berlalu.

Cara Menangani Jerawat Hormonal

Mengetahui penyebab jerawat hormonal adalah langkah pertama untuk menangani masalah ini. Akhir-akhir ini, banyak wanita menemukan cara untuk mengelola kondisi ini dengan lebih baik. 

Di klinik, perawatan seperti medical facial dan pengelupasan kimia dapat membantu mengeksfoliasi kulit dan memperbaiki tekstur kulit. 

Terapi laser juga bisa digunakan untuk mengurangi ukuran kelenjar sebaceous dan meminimalkan produksi sebum.

Bagi yang mencari perawatan di rumah, penggunaan produk yang mengandung bahan aktif seperti benzoil peroksida, asam salisilat, dan retinoid dapat membantu meminimalkan peradangan dan merangsang pertumbuhan kulit baru. 

Pil kontrasepsi juga dapat menjadi pilihan untuk menyeimbangkan hormon dan mengontrol jerawat. 

Baca Juga: 5 Rangkaian Skincare Murah untuk Ibu Rumah Tangga Atasi Flek Hitam, Mulai Rp8 Ribuan

Spironolakton, obat yang biasa digunakan untuk menurunkan tekanan darah, juga efektif dalam mengurangi kadar androgen dan produksi sebum.

Apakah Jerawat Hormonal Akan Hilang?

Sayangnya, jerawat hormonal bisa menjadi masalah jangka panjang bagi sebagian besar wanita. 

Menurut Dr. Rachel Ho, hormon adalah salah satu pemicu utama semua jenis jerawat. 

Oleh karena itu, wanita mungkin terus berjuang melawan jerawat hormonal selama ada pengaruh hormonal yang mendasarinya. 

Namun, ada harapan. Hormon bisa pulih, yang berarti jerawat juga bisa membaik seiring berjalannya waktu.

Load More