Lifestyle / Komunitas
Kamis, 25 Desember 2025 | 06:05 WIB
Karya instalasi nativitas berjudul Waving Hope atau Menenun Pengharapan oleh Papermoon Puppet Theatre di Vatikan. (Dok: Istimewa).
Baca 10 detik
  • Karya instalasi nativitas Indonesia berjudul "Waving Hope" dari seniman Maria Tri Sulistyani dipamerkan di Vatikan.
  • Pameran internasional tersebut diadakan di Lapangan Santo Petrus, Vatikan, pada 8 Desember 2025 hingga 6 Januari 2026.
  • Karya tersebut menampilkan perjuangan ibu penenun NTT dan membawa pesan diplomasi budaya serta perdamaian Indonesia.

Mollo yang merupakan nama kecamatan di NTT, dapat berarti pula perempuan dari gunung atau orang-orang yang ditugaskan oleh leluhur untuk menjaga batu, mata air, dan hutan.

Dikisahkan Ria, perempuan Mollo menenun selama berbulan-bulan di bawah kaki Gunung Mutis yang ditambang sejak 1999.

Para perempuan Mollo maju ke garis depan, berjuang melawan tambang. Sebab bagi mereka merusak alam berarti mengganggu keseimbangan mereka menjalankan tugas menjaga ruang hidup dan sumber pengetahuan yang sekaligus identitas diri.

"Bagi saya kain tenun ini menjadi lambang perlawanan dan juga upaya manusia untuk melawan keserakahan manusia lain," ujarnya.

Karya instalasi nativitas berjudul Waving Hope atau Menenun Pengharapan oleh Papermoon Puppet Theatre di Vatikan. (Dok: Istimewa).

"Jika saya boleh menggambarkan peristiwa kelahiran Yesus dan melihatnya dengan peristiwa hari ini, Keluarga Kudus hari ini ditemani oleh Mama-mama penenun kain dari Mollo," katanya menambahkan.

Pengingat Bagi Indonesia

Lewat karya instalasinya pula, Ria menyisipkan pesan yang sangat korelatif dengan keadaan di Indonesia sekarang ini, terutama soal alih fungsi hutan.

Menurutnya, hutan yang sedianya menjadi tempat jutaan spesies makhluk hidup tinggal, kini justru dibabat habis dan hanya digantikan oleh tumbuhan satu jenis.

"Bumi yang kita tinggali hari ini, bukanlah tempat hidup yang sedang dalam kondisi baik-baik saja," tegas Ria.

Baca Juga: 8 Model Rambut Pria & Wanita untuk ke Gereja Saat Malam Natal 2025

Dia menyampaikan bahwa tak hanya Indonesia, lebih luas lagi, dunia yang ditinggali sekarang ini bukanlah dunia yang tengah dalam keadaan baik-baik saja.

"Hutan-hutan yang sedianya menjadi paru-paru dunia, pepohonan yang memampukan seluruh makhluk hidup untuk bernapas, ditebang habis, digantikan dengan kehadiran alat-alat berat yang membuat lubang ke dalam perut bumi," tuturnya.

Bawa Pesan Perdamaian

Lebih dari itu, momen kali ini terasa spesial mengingat bertepatan pula dengan 75 tahun Hubungan Diplomatik antara Indonesia dan Takhta Suci.

Papermoon Puppet Theatre tidak sendiri dalam menghasilkan karya dalam pameran itu. Ada Program Studi Kajian Budaya, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta pun turut berperan dalam pendalaman konseptual, riset budaya, serta kerangka teologis, dan sosial dari karya instalasi.

"Pilihan Maria untuk menggunakan kain mama-mama dari Mollo, untuk membungkus Keluarga Kudus sungguh merupakan sebuah simbol yang sangat kuat untuk sebuah solidiritas penjelmaan Yesus di Hari Natal," kata Ketua Program Doktor Kajian Budaya Universitas Sanata Dharma, G. Budi Subanar, SJ.

Load More