Penyebab kecelakaan pesawat AirAsia QZ8501 rute Surabaya-Singapura yang jatuh di Selat karimata, Kalimantan Selatan, Minggu lalu masih misterius. Berbagai dugaan dan kemungkinan muncul, menyusul telah ditemukan sejumlah puing dan korban yang sudah menjadi jasad terapung di tengah laut.
Dugaan paling banyak yang menyeruak adalah cuaca buruk menjadi penyebab utama pesawat mengalami kecelakaan. Namun, cuaca buruk tidak berdiri sendiri, mengingat hampir semua penerbangan sudah biasa menerjang badai.
Dugaan berikutnya disampaikan Kepala Litbang BMKG Prof Edvin Aldrian, yang menyebutkan saat pesawat melintas di wilayah tersebut, terjadi badai hebat disertai adanya butiran-butiran es yang dapat menyebabkan mesin pesawat mengalami kerusakan karena pendinginan.
Awan badai yang mengandung butiran-butiran es atau icing ini terjadi pada ketinggian mulai 30an ribu kaki sampai 48 ribu kaki. “Berdasarkan data yang tersedia di lokasi terakhir pesawat, cuaca jadi faktor pemicu kecelakaan,” kata Aldrian.
Analisis Meteorologi mengungkapkan citra satelit IR mengidentifikasikan awan konvektif pada jalur penerbangan yang dilewati AirAsia QZ8501, dan menunjukkan suhu puncak awan mencapai -80º sampai -85ºC dan berarti terdapat butiran-butiran es di dalam awan tersebut.
Sedangkan pada ketinggian 32 ribu kaki, suhu diperkirakan mencapai lebih dari -25 derajat celcius. "Bagaimanapun ini hanya satu analisis kemungkinan berdasarkan data meteorologis yang ada, dan bukan merupakan keputusan akhir penyebab kecelakaan itu," kata Aldrian kepada BBC.
Airbus A320-200 ini jatuh ke Laut Jawa, seminggu yang lalu membawa 162 penumpang. Saat ini tim SAR telah dikerahkan untuk menemukan para korban dan memburu kotak hitam untuk menyelidiki penyebab kecelakaan. Tim pencarian dari beberapa negara termasuk Amerika Serikat dan Rusia turut serta. Saat ini, 34 korban telah dievakuasi.
Hingga Senin (4/1/2015), Basarnas telah mengerahkan puluhan kapal dan pesawat untuk melakukan evakuasi. Tim penyelam juga sudah diterjunkan untuk mencari pesawat di dasar lau. Namun cuaca buruk menjadi penyebab upaya ini gagal, meski pihak SAR sudah mendeteksi beda logam ukuran sangat besar di dasar laut, yang diduga bagian dari pesaat airAsia. (bbc/theguardian)
Berita Terkait
Terpopuler
- 4 Link DANA Kaget Khusus Jumat Berkah: Klaim Saldo Gratis Langsung Cuan Rp 345 Ribu
- 7 Rekomendasi Parfum Terbaik untuk Pelari, Semakin Berkeringat Semakin Wangi
- Unggahan Putri Anne di Tengah Momen Pernikahan Amanda Manopo-Kenny Austin Curi Perhatian
- 8 Moisturizer Lokal Terbaik untuk Usia 50 Tahun ke Atas, Solusi Flek Hitam
- 15 Kode Redeem FC Mobile Aktif 10 Oktober 2025: Segera Dapatkan Golden Goals & Asian Qualifier!
Pilihan
-
Grand Mall Bekasi Tutup, Netizen Cerita Kenangan Lawas: dari Beli Mainan Sampai Main di Aladdin
-
Jay Idzes Ngeluh, Kok Bisa-bisanya Diajak Podcast Jelang Timnas Indonesia vs Irak?
-
278 Hari Berlalu, Peringatan Media Asing Soal Borok Patrick Kluivert Mulai Jadi Kenyataan
-
10 HP dengan Kamera Terbaik Oktober 2025, Nomor Satu Bukan iPhone 17 Pro
-
Timnas Indonesia 57 Tahun Tanpa Kemenangan Lawan Irak, Saatnya Garuda Patahkan Kutukan?
Terkini
-
Tiga Notaris Jadi Saksi Kunci, KPK 'Kuliti' Skema Mafia Tanah Tol Sumatera
-
Tragedi Ponpes Al Khoziny: Identifikasi Korban Terus Berlanjut, 53 Jenazah Teridentifikasi!
-
Nobel Perdamaian 2025 Penuh Duri: Jejak Digital Pro-Israel Penerima Penghargaan Jadi Bumerang
-
Birokrasi Jadi Penghambat Ambisi Ekonomi Hijau Indonesia? MPR Usul Langkah Berani
-
Jejak Korupsi SPBU Ditelusuri, KPK dan BPK Periksa Eks Petinggi Pertamina
-
'Tsunami' Darat di Meksiko: 42 Tewas, Puluhan Hilang Ditelan Banjir Bandang Mengerikan
-
Prajurit TNI Gagalkan Aksi Begal dan Tabrak Lari di Tol Kebon Jeruk, 3 Motor Curian Diamankan
-
Di The Top Tourism Leaders Forum, Wamendagri Bima Bicara Pentingnya Diferensiasi Ekonomi Kreatif
-
KPK Bongkar Akal Bulus Korupsi Tol Trans Sumatera: Lahan 'Digoreng' Dulu, Negara Tekor Rp205 M
-
Buntut Tragedi Ponpes Al Khoziny, Golkar Desak Pesantren Dapat Jatah 20 Persen APBN