Seorang tentara Israel membetulkan bendera Israel di atas tank di dekat perbatasan Gaza. (Antara/Reuters//Nir Elias)
Bicara soal Israel dan Pelestina tidak hanya berhubungan dengan perang dan perebutan wilayah. Ada masalah serius di sana, yaitu isu perburuhan yang melibatkan pekerja anak di bawah umur.
Seorang anak Palestina bernama Fulan - bukan nama sebenarnya - bercerita mendapatkan upah rendah selama bekerja di peternakan dan perkebunan di Israel. Lelaki berusia 13 tahun itu berasal dari sebuah desa miskin di tepi baat Jericho, al-Fasayil.
Sehari, Fulan bekerja dari pukul 05.00 pagi sampai 03.00 sore. Dia mendapatkan upah 50 shekel atau sekitar USD 12,50 perhari. Tapi, itu bukan hasil bersih, upahnya harus dipotong oleh seorang perantara. Maklum, Fulan bisa bekerja berkat jasa seseorang.
"Kerja lebih baik dari sekolah. Keluarga membutuhkan saya untuk bekerja," jelas Fulan seperti yang dikisahkan Al-Jazeera.
Fulan anak pertama, dia tulang punggung dari 5 adiknya. Selain Fulan, ayahnya juga bekerja.
Human Rights Watch (HRW) mencatat Fulan adalah salah satu anak yang bekerja di Israel dengan gaji rendah dan iklim kerja yang berbahaya. Fulan tumbuh tak seperti anak-anak. Dia harus tunduk kepada aturan keras, kerja atau tidak mendapatkan uang.
Dalam laporan HRW yang berkisan soal buruh anak Palestina yang bekerja di pemukiman pertanian Israel terlihat sisi lain dari dampak perang antara Israel dan Palestina. Korbannya adalah anak-anak.
Banyak anak-anak yang rata-rata berusia 11 tahun bekerja di peternakan dengan suhu udara yang tinggi. Mereka membawa alat berat dan terpapar zat kimia berbahaya seperti pestisida.
"Dalam beberapa kasus, mereka harus membayar sendiri untuk perawatan medis, dan luka karena pekerjaan itu," kata laporan HRW.
Kemiskinan dan membutuhkan uang untuk hidup menjadi alasan. Sehingga tak banyak anak-anak di Palestina yang bersekolah. Salah satunya, tingkat kemiskinan untuk Palestina di Lembah Yordan yang mencapai 33,5 persen. Itu salah satu yang tertinggi di Tepi Barat.
"Pemukiman Israel yang mengambil keuntungan dari pelanggaran hak asasi terhadap anak-anak Palestina," kata Aktivis HAM di Timur Tengah dan Afrika Utara, Sarah Leah Whitson, direktur kelompok Timur Tengah dan Afrika Utara.
Sementara PBB memperkirakan ada 24 persen dari semua pekerja Palestina di Area C Tepi Barat, termasuk Lembah Yordan, bekerja di permukiman. Lainnya, sekitar 15 persen pekerja Palestina di permukiman itu adalah anak-anak. Mereka berusia di bawah 16 tahun.
Fakta lain, anak-anak itu disuruh bekerja tanpa istirahat sepanjang hari. Bahkan untuk ke kamar mandi sekali pun untuk buang air.
"Jika Anda duduk saat Anda sedang bekerja, pengawas akan datang dan memberitahu Anda untuk berdiri dan tidak istirahat," kata salah satu pekerja anak lainnya di sana.
Situasi kerja di sana membuat anak-anak perlahan sakit. Mereka sering mual dan pusing karena terbersentuhan dengan pestisida. Kulit mereka rusak, mata mereka perih dan sulit bernafas. Bahkan jika anak-anak ada yang sakit, panasnya sampai melbih dari 40 derajat.
Seorang anak Palestina bernama Fulan - bukan nama sebenarnya - bercerita mendapatkan upah rendah selama bekerja di peternakan dan perkebunan di Israel. Lelaki berusia 13 tahun itu berasal dari sebuah desa miskin di tepi baat Jericho, al-Fasayil.
Sehari, Fulan bekerja dari pukul 05.00 pagi sampai 03.00 sore. Dia mendapatkan upah 50 shekel atau sekitar USD 12,50 perhari. Tapi, itu bukan hasil bersih, upahnya harus dipotong oleh seorang perantara. Maklum, Fulan bisa bekerja berkat jasa seseorang.
"Kerja lebih baik dari sekolah. Keluarga membutuhkan saya untuk bekerja," jelas Fulan seperti yang dikisahkan Al-Jazeera.
Fulan anak pertama, dia tulang punggung dari 5 adiknya. Selain Fulan, ayahnya juga bekerja.
Human Rights Watch (HRW) mencatat Fulan adalah salah satu anak yang bekerja di Israel dengan gaji rendah dan iklim kerja yang berbahaya. Fulan tumbuh tak seperti anak-anak. Dia harus tunduk kepada aturan keras, kerja atau tidak mendapatkan uang.
Dalam laporan HRW yang berkisan soal buruh anak Palestina yang bekerja di pemukiman pertanian Israel terlihat sisi lain dari dampak perang antara Israel dan Palestina. Korbannya adalah anak-anak.
Banyak anak-anak yang rata-rata berusia 11 tahun bekerja di peternakan dengan suhu udara yang tinggi. Mereka membawa alat berat dan terpapar zat kimia berbahaya seperti pestisida.
"Dalam beberapa kasus, mereka harus membayar sendiri untuk perawatan medis, dan luka karena pekerjaan itu," kata laporan HRW.
Kemiskinan dan membutuhkan uang untuk hidup menjadi alasan. Sehingga tak banyak anak-anak di Palestina yang bersekolah. Salah satunya, tingkat kemiskinan untuk Palestina di Lembah Yordan yang mencapai 33,5 persen. Itu salah satu yang tertinggi di Tepi Barat.
"Pemukiman Israel yang mengambil keuntungan dari pelanggaran hak asasi terhadap anak-anak Palestina," kata Aktivis HAM di Timur Tengah dan Afrika Utara, Sarah Leah Whitson, direktur kelompok Timur Tengah dan Afrika Utara.
Sementara PBB memperkirakan ada 24 persen dari semua pekerja Palestina di Area C Tepi Barat, termasuk Lembah Yordan, bekerja di permukiman. Lainnya, sekitar 15 persen pekerja Palestina di permukiman itu adalah anak-anak. Mereka berusia di bawah 16 tahun.
Fakta lain, anak-anak itu disuruh bekerja tanpa istirahat sepanjang hari. Bahkan untuk ke kamar mandi sekali pun untuk buang air.
"Jika Anda duduk saat Anda sedang bekerja, pengawas akan datang dan memberitahu Anda untuk berdiri dan tidak istirahat," kata salah satu pekerja anak lainnya di sana.
Situasi kerja di sana membuat anak-anak perlahan sakit. Mereka sering mual dan pusing karena terbersentuhan dengan pestisida. Kulit mereka rusak, mata mereka perih dan sulit bernafas. Bahkan jika anak-anak ada yang sakit, panasnya sampai melbih dari 40 derajat.
Komentar
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Serum Vitamin C yang Bisa Hilangkan Flek Hitam, Cocok untuk Usia 40 Tahun
- Sunscreen untuk Usia 50-an Sebaiknya SPF Berapa? Cek 5 Rekomendasi yang Layak Dicoba
- 5 Mobil Diesel Bekas Mulai 50 Jutaan Selain Isuzu Panther, Keren dan Tangguh!
- Harta Kekayaan Abdul Wahid, Gubernur Riau yang Ikut Ditangkap KPK
- 5 Mobil Eropa Bekas Mulai 50 Jutaan, Warisan Mewah dan Berkelas
Pilihan
-
Jusuf Kalla Peringatkan Lippo: Jangan Main-Main di Makassar!
-
Korban PHK Masih Sumbang Ratusan Ribu Pengangguran! Industri Pengolahan Paling Parah
-
Cuma Mampu Kurangi Pengangguran 4.000 Orang, BPS Rilis Data yang Bikin Kening Prabowo Berkerut
-
Rugi Triliunan! Emiten Grup Djarum, Blibli PHK 270 Karyawan
-
Angka Pengangguran Indonesia Tembus 7,46 Juta, Cuma Turun 4.000 Orang Setahun!
Terkini
-
KPK Lamban Ungkap Tersangka Korupsi Gubernur Riau, Apa Alasannya?
-
Wamenkomdigi: Pemerintah Harus Hadir untuk Memastikan AI Jadi Teknologi yang Bertanggung Jawab
-
Gubernur Riau Jadi Tersangka KPK! Kemendagri Siapkan Pengganti Sementara
-
Pramono Anung Rombak Birokrasi DKI: 1.842 Pejabat Baru, Janji Pelayanan Publik Lebih Baik
-
Gubernur Riau Jadi Tersangka, PKB Proses Status Kader Abdul Wahid Secara Internal
-
Raperda KTR DKI Disahkan! Ini Titik-Titik yang Dilarang untuk Merokok dan Jual Rokok
-
BNN Gerebek Kampung Bahari, 18 Orang Ditangkap di Tengah Perlawanan Sengit Jaringan Narkoba
-
KPK Kejar Korupsi Whoosh! Prabowo Tanggung Utang, Penyelidikan Jalan Terus?
-
Ahli Hukum Nilai Hak Terdakwa Dilanggar dalam Sidang Sengketa Tambang Nikel Halmahera Timur
-
Cak Imin Instruksikan BGN Gunakan Alat dan Bahan Pangan Lokal untuk MBG