Peneliti dari lembaga Founding Fathers House Dian Permata di ruangan Media Center gedung Bawaslu [suara.com/Nikolaus Tolen]
Peneliti dari Lembaga Founding Fathers House Dian Permata mengatakan politik uang dalam proses pemilihan kepala daerah sulit dihilangkan. Pasalnya, jarang warga yang menolak uang yang diberikan calon kepala daerah.
"Bagaimana ini, sangat sulit praktik politik uang dihilangkan, masih banyak warga kita, bahkan lebih dari 50 persen yang menerima uang yang diberikan oleh pasangan calon," kata Dian dalam diskusi bertajuk Menakar Aktifitas Politik Uang pada Pelaksanaan Kampanye Pasangan Calon dalam Pemilihan Gunernur, Bupati, dan Wali Kota di gedung Bawaslu, Jalan M. H. Thamirin, Jakarta Pusat, Kamis (5/11/2015).
Hasil survei yang dilakukan Founding Fathers House dari 12-29 Oktober 2015 di Kabupaten Lamongan dan Mojokerto, Jawa Timur, mewakili hal tersebut.
"Bayangkan 65 persen masyarakat kita yang tidak mau menolak, dan artinya mereka sangat mendukung model politik uang ini," kata mantan wartawan Jawa Pos.
Sementara warga yang berani menolak hanya 21 persen dari total responden yang diwawancara.
Dian mengatakan Jawa Timur merupakan parameter nasional untuk mengukur kadar situasi pemilu di Indonesia. Katanya, apapun yang terjadi di Jawa Timur, hampir pasti gejala yang sama terjadi di wilayah lain.
Dian mengungkapkan ada sejumlah alasan mengapa masyarakat mau menerima uang calon kepala daerah.
"Alasan menerimanya yang ada yang mengatakan, rejeki tidak perlu ditolak, untuk keperluan sehari hari, biasanya ibu-ibu, terima saja, ganti uang kerja, untuk jajan, karena tidak dapat paslon yang cocok, apresiasi terhadap yang memberikan, karena itu merupakan imbalan dari calon," kata Dian.
"Bagaimana ini, sangat sulit praktik politik uang dihilangkan, masih banyak warga kita, bahkan lebih dari 50 persen yang menerima uang yang diberikan oleh pasangan calon," kata Dian dalam diskusi bertajuk Menakar Aktifitas Politik Uang pada Pelaksanaan Kampanye Pasangan Calon dalam Pemilihan Gunernur, Bupati, dan Wali Kota di gedung Bawaslu, Jalan M. H. Thamirin, Jakarta Pusat, Kamis (5/11/2015).
Hasil survei yang dilakukan Founding Fathers House dari 12-29 Oktober 2015 di Kabupaten Lamongan dan Mojokerto, Jawa Timur, mewakili hal tersebut.
"Bayangkan 65 persen masyarakat kita yang tidak mau menolak, dan artinya mereka sangat mendukung model politik uang ini," kata mantan wartawan Jawa Pos.
Sementara warga yang berani menolak hanya 21 persen dari total responden yang diwawancara.
Dian mengatakan Jawa Timur merupakan parameter nasional untuk mengukur kadar situasi pemilu di Indonesia. Katanya, apapun yang terjadi di Jawa Timur, hampir pasti gejala yang sama terjadi di wilayah lain.
Dian mengungkapkan ada sejumlah alasan mengapa masyarakat mau menerima uang calon kepala daerah.
"Alasan menerimanya yang ada yang mengatakan, rejeki tidak perlu ditolak, untuk keperluan sehari hari, biasanya ibu-ibu, terima saja, ganti uang kerja, untuk jajan, karena tidak dapat paslon yang cocok, apresiasi terhadap yang memberikan, karena itu merupakan imbalan dari calon," kata Dian.
Komentar
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Mobil Bekas Keluarga 3 Baris Rp50 Jutaan Paling Dicari, Terbaik Sepanjang Masa
- JK Kritik Keras Hilirisasi Nikel: Keuntungan Dibawa Keluar, Lingkungan Rusak!
- Nikmati Belanja Hemat F&B dan Home Living, Potongan Harga s/d Rp1,3 Juta Rayakan HUT ke-130 BRI
- 5 Sepatu Running Lokal Selevel Asics Original, Kualitas Juara Harga Aman di Dompet
- Nikmati Segarnya Re.juve Spesial HUT ke-130 BRI: Harga Istimewa Mulai Rp13 Ribu
Pilihan
-
Peresmian Proyek RDMP Kilang Balikpapan Ditunda, Bahlil Beri Penjelasan
-
Resmi Melantai di Bursa, Saham Superbank Melambung Tinggi
-
Jadwal dan Link Streaming Nonton Rizky Ridho Bakal Raih Puskas Award 2025 Malam Ini
-
5 HP RAM 6 GB Paling Murah untuk Multitasking Lancar bagi Pengguna Umum
-
Viral Atlet Indonesia Lagi Hamil 4 Bulan Tetap Bertanding di SEA Games 2025, Eh Dapat Emas
Terkini
-
Agustus 2026, Prabowo Targetkan 2.500 SPPG Beroperasi di Papua
-
Nasib 6 Polisi Pengeroyok Matel Kalibata di Ujung Tanduk, Sidang Etik Digelar Hari Ini
-
Sejumlah Tiang Listrik di Tebet Miring, Warga Khawatir Roboh Diterpa Angin Kencang
-
Sultan Dorong Ekstensifikasi Sawit di Papua dengan Tetap Jaga Keseimbangan Ekologis
-
Jakarta Tumbuh, Warga Terpinggirkan: Potret Ketimpangan di Pulau Pari, Marunda, dan Bantargebang
-
Fakta Baru Kasus Kematian Bocah 9 Tahun di Cilegon, Polisi Temukan 19 Luka Benda Tajam
-
Serikat Pekerja: Rumus UMP 2026 Tidak Menjamin Kebutuhan Hidup Layak
-
Peringati Hari Migran Internasional, KP2MI Fokuskan Perhatian pada Anak Pekerja Migran
-
Tak Ada Barang Hilang, Apa Motif di Balik Pembunuhan Bocah 9 Tahun di Cilegon?
-
Diduga Serang Petugas dan TNI, 15 WNA China Dilaporkan PT SRM ke Polda Kalbar