Suara.com - Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Nusa Tenggara Timur H Abdul Kadir Makarim menegaskan pihaknya tidak akan memberi ruang sedikit pun kepada kelompok radikal untuk hidup dan perkembang di provinsi berpredikat "Rukun Mengharum" ini.
"Radikalisme harus diberantas, karena tindakan mereka tidak sesuai dengan ajaran agama manapun. Aksi serangan teroris di Jakarta, menjadi salah satu contohnya," katanya kepada Antara di Kupang, Selasa (19/1/2016).
Ia mengatakan hal ini terkait dengan programnya ke depan setelah terpilih kembali memimpin MUI NTT dalam Musda VIII organisasi Islam terbesar itu.
Makarim menambahkan MUI NTT sudah berkomitmen untuk secara intens melakukan hubungan kerja sama dengan semua pihak, khususnya agama-agama lain di NTT guna meningkatkan toleransi dan kerukunan antarumat beragama.
"Membangun komunikasi dengan semua agama serta tokoh-tokoh masyarakat dan agama sudah menjadi sebuah keharusan, karena tantangan ke depan akan bertambah kompleks," ujarnya.
Ia menegaskan kerukunan hidup antaragama dan antarumat beragama di NTT sudah menjadi harga mati yang tidak bisa ditawar-tawar lagi, sehingga kondisi ini harus dijaga bersama agar tidak terjebak dan terprovokasi dengan gerakan radikalisme.
"Kita harus bersatu padu memerangi apa yang menamakan diri sebagai kelompok radikal tersebut yang mengantasnamakan agama untuk menghabisi nyawa orang lain dengan cara-cara yang keji dan tidak manusiawi," ujarnya.
Ketua Ro'is Syuriah NU NTT itu mengatakan umat muslim di NTT sudah terbiasa hidup di tengah masyarakat yang heterogen bahkan ada yang tinggal di rumah keluarga Kristen.
"Inilah implementasi nyata dari apa yang disebut dengan kerukunan dan toleransi hidup. Kami merasa terayomi dan terlindungi oleh saudara-saudara kami yang kristen," katanya.
Dalam pemahaman dan penafsiran teologi, kata Makarim, setiap agama selalu mengedepankan nilai-nilai universal, karena Tuhan sendiri tidak memaksa hambanya untuk beragama tertentu, sehingga dalam Islam, tidak mengenal adanya paksaan dalam beragama.
Islam, katanya, justru datang membawa perdamaian dan kemaslahatan bagi umat manusia, sehingga adanya kelompok yang mengantasnamankan agama tertentu untuk melancarkan jihatnya, bukanlah tipe muslim yang sebenarnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- Pengamat Desak Kapolri Evaluasi Jabatan Krishna Murti Usai Isu Perselingkuhan Mencuat
- Profil Ratu Tisha dan Jejak Karier Gemilang di PSSI yang Kini Dicopot Erick Thohir dari Komite
- Bukan Denpasar, Kota Ini Sebenarnya Yang Disiapkan Jadi Ibu Kota Provinsi Bali
- Profil Djamari Chaniago: Jenderal yang Dulu Pecat Prabowo, Kini Jadi Kandidat Kuat Menko Polkam
- Tinggi Badan Mauro Zijlstra, Pemain Keturunan Baru Timnas Indonesia Disorot Aneh Media Eropa
Pilihan
-
6 Stadion Paling Angker: Tempat Eksekusi, Sosok Neti hingga Suara Misterius
-
Shell, Vivo Hingga AKR Bungkam Usai 'Dipaksa' Beli BBM dari Pertamina
-
Drama Stok BBM SPBU Swasta Teratasi! Shell, Vivo & BP Sepakat 'Titip' Impor ke Pertamina
-
Gelombang Keracunan MBG, Negara ke Mana?
-
BUMN Tekstil SBAT Pasrah Menuju Kebangkrutan, Padahal Baru IPO 4 Tahun Lalu
Terkini
-
Tak Ada Tawar Menawar! Analis Sebut Reformasi Polri Mustahil Tanpa Ganti Kapolri
-
Menjelajahi Jantung Maluku: "Buru Expedition" Wanadri Ungkap Kekayaan Tersembunyi Pulau Buru
-
Polemik Ijazah Gibran Tak Substansial tapi Jadi Gaduh Politik
-
Klarifikasi Ijazah Gibran Penting agar Tidak Ulangi Kasus Jokowi
-
Menkeu Purbaya Ultimatum ke Pengelolaan Program Makan Gratis: Nggak Jalan, Kita Ambil Duitnya!
-
Eks Kapolri Tegaskan Polri di Bawah Presiden: Perspektif Historis dan Konstitusional
-
J Trust Bank Desak Crowde Lebih Kooperatif dan Selesaikan Kewajiban
-
KPK: Penyidikan Korupsi Haji Tidak Mengarah ke PBNU
-
Ancol Rencanakan Reklamasi 65 Hektare, Pastikan Tak Gunakan Dana APBD
-
Dirut PAM Jaya Jamin Investor Tak Bisa Paksa Naikkan Tarif Air Pasca-IPO