Suara.com - Keluarnya Inggris dari Uni Eropa pascareferendum yang digelar pekan lalu ternyata memunculkan dampak sosial yang tidak kecil. Tindakan rasisme, baik yang dilakukan secara individual maupun berkelompok kian marak terjadi di Inggris.
Berdasarkan laporan Tell MAMA, organisasi pemantau aksi diskriminasi anti-Muslim, frekuensi tindakan rasisme meningkat hingga 326 persen dibandingkan tahun lalu. Sementara itu, kelompok majelis taklim masjid, Dewan Muslim Inggris, mengaku sudah mendapat sekitar 100 laporan insiden ujaran kebencian sepanjang akhir pekan lalu.
Selain Muslim, warga keturunan Polandia dan kelompok warga minoritas lainnya juga diserang secara verbal dalam beberapa hari terakhir. Dewan Kepala Polisi Nasional mengatakan, aduan mengenai ujaran kebencian meningkat 57 persen sejak Kamis hingga Minggu pekan lalu, dibandingkan dengan periode yang sama empat pekan lalu.
Segelintir kalangan wartawan juga mendapat perlakuan serupa. Reporter Radio 4 Inggris, Sima Kotccha, diteriaki dengan kata-kata berbau rasis. Sima mengatakan, dirinya terakhir kali mendengar kata-kata tersebut pada era tahun 80an.
Organisasi Tell MAMA mengatakan, kebencian terhadap Muslim memang meningkat tahun ini. Diduga, hal ini terjadi akibat sejumlah insiden serangan terorisme yang terjadi di Eropa sebelum referendum Uni Eropa.
Berdasarkan survei mereka, ujaran kebencian yang terjadi di media sosial biasanya didalangi oleh para aktivis sayap kanan Inggris. Sementara itu, ujaran kebencian di dunia nyata biasanya terjadi di sekolah, kampus, restoran, dan alat transportasi umum.
Tell MAMA mengatakan, dampak paling buruk dialami oleh kaum perempuan, terutama mereka yang mengenakan pakaian khas Muslim. Kini, sebagian dari mereka merasa enggan beraktivitas di luar rumah.
"Dengan latar belakang kemenangan Brexit (kubu yang menginginkan Inggris keluar dari Uni Eropa) dan insiden-insiden rasis yang meningkat jumlahnya, pemerintah harus segera bertindak, karena segala hal menjadi amat tidak menyenangkan bagi kaum minoritas di Inggris. Maka pada hari ini, kami membutuhkan pemerintah, partai politik, dan media untuk segera beraksi dan membantu kami menghadapi dampak Brexit," kata Ketua Tell MAMA, Shahid Malik.
Tell MAMA mengatakan, 61 persen korban tindakan rasisme ini adalah kaum perempuan. Sebanyak 75 persen dari perempuan tersebut adalah Muslim.
Mereka biasanya jadi korban ujaran kebencian dan rasisme saat bepergian dengan alat transportasi umum atau ketika sedang berbelanja. Sekitar 11 persen terjadi di sekolah dan kampur. Sebanyak 35 persen diantaranya merupakan tindakan pelecehan maupun serangan secara fisik.
Tell MAMA mengungkap, para pelaku biasanya berusia antara 13 hingga 18 tahun. Diduga, para pelaku ini menjadi radikal dan tidak lagi memiliki orientasi multikultural.
Perdana Menteri Inggris, David Cameron, sudah menyadari hal ini. Di hadapan House of Commons atau Dewan Rakyat Britania Raya, Cameron sudah menyebutkan bahwa insiden rasisme yang dialami kaum imigran pascareferendum sudah sampai pada tahap yang mengkhawatirkan. (Independent)
Terpopuler
- 5 Motor Matic Paling Nyaman & Kuat Nanjak untuk Liburan Naik Gunung Berboncengan
- 5 Mobil Bekas yang Perawatannya Mahal, Ada SUV dan MPV
- 5 Perbedaan Toyota Avanza dan Daihatsu Xenia yang Sering Dianggap Sama
- 5 Mobil SUV Bekas Terbaik di Bawah Rp 100 Juta, Keluarga Nyaman Pergi Jauh
- 13 Promo Makanan Spesial Hari Natal 2025, Banyak Diskon dan Paket Hemat
Pilihan
-
Senjakala di Molineux: Nestapa Wolves yang Menulis Ulang Rekor Terburuk Liga Inggris
-
Live Sore Ini! Sriwijaya FC vs PSMS Medan di Jakabaring
-
Strategi Ngawur atau Pasar yang Lesu? Mengurai Misteri Rp2.509 Triliun Kredit Nganggur
-
Libur Nataru di Kota Solo: Volume Kendaraan Menurun, Rumah Jokowi Ramai Dikunjungi Wisatawan
-
Genjot Daya Beli Akhir Tahun, Pemerintah Percepat Penyaluran BLT Kesra untuk 29,9 Juta Keluarga
Terkini
-
18 Ribu Jiwa Terdampak Banjir Banjar, 14 Kecamatan Terendam di Penghujung Tahun
-
UMP Jakarta 2026 Naik Jadi Rp5,7 Juta Diprotes, Rano Karno: Kalau Buruh Mau Demo, Itu Hak Mereka
-
Eks Pimpinan KPK 'Semprot' Keputusan SP3 Kasus Korupsi Tambang Rp2,7 Triliun: Sangat Aneh!
-
Percepat Penanganan Darurat Pascabencana, Hari Ini Bina Marga akan Tinjau Beutong Ateuh Banggalang
-
Ikuti Instruksi Kapolri, Pemkot Jogja Resmi Larang Pesta Kembang Api saat Pergantian Tahun
-
Jembatan Krueng Tingkeum Dibuka, Akses Warga dan Rantai Logistik Bireuen Kembali Terhubung
-
Kerja 24 Jam, Kementerian PU Percepat Pemulihan Jalan Terdampak Bencana di Aceh Tamiang
-
KPK SP3 Perkara Eks Bupati Konawe Utara, ICW Tagih Penjelasan Kasus Korupsi Tambang
-
Jutaan Wisatawan Serbu Yogyakarta, Kedatangan Lebih Tinggi dari Keberangkatan
-
Megawati Teken SK Baru! Dolfie Jadi Ketua DPD PDIP di Jateng