Suara.com - Gubernur Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) mengatakan banyak anggota masyarakat yang berminat menjadi pengelola Ruang Publik Terpadu Ramah Anak. Setelah pendaftaran dibuka, sedikitnya enam ribu mengajukan diri, sebagian besar lulusan S1 dan S2.
"Banyak dari S1, S2. Ini yang lamar enam ribu orang. Kenapa? Mereka ngerti konsep," ujar Ahok di Jakarta, Selasa (18/10/2016).
Ahok mengatakan salah satu fokus pemerintah saat ini ialah mengembangkan RPTRA. Itu sebabnya, banyak anggota masyarakat yang berminat melamar menjadi pengelola.
Ahok menginginkan program RPTRA berkontribusi kepada kesejahteraan masyarakat.
"Jadi seluruh dinas SKPD, lurah, camat, wali kota fokusnya adalah RPTRA. Jadi harus cari tahu, apa targetnya, memenuhi otak, perut dan dompet," kata Ahok.
"Apa itu penuh otak, ya pendidikannya sama agamanya baik, rohaninya baik dan budayanya baik. Perut penuh, umurnya panjang dan dompet penuh punya daya beli," Ahok menambahkan.
Kepala Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Permpuan dan Keluarga Berencana DKI Jakarta DKI Jakarta Dien Emawati menambahkan para lulusan S1 dan S2 melamar menjadi pengelola RPTRA karena mereka ingin Jakarta maju dan masyarakatnya sehat.
Melihat antusiasme pelamar dan melihat curriculum vitae mereka, Dien mengaku sampai merinding.
Pengelola RPTRA nantinya akan digaji Rp3,1 juta per bulan atau setara dengan nilai upah minimum Provinsi Jakarta.
"Gajinya UMP. Pengelola itu kerjanya dari pagi ngajari anak dari belajar membaca, menulis, menghitung, ngajakin main, ngajari etika, kayak orang tua," kata Dien.
Dien menambahkan pendaftaran calon pengelola RPTRA dilakukan secara online. Salah satu syaratnya pelamar ber-KTP Jakarta. Mereka juga harus mengikuti serangkaian tes, di antaranya psikotes, wawancara, dan seleksi administrasi.
"Ada magang dulu. Magang dia lulus, baru dia bekerja. Pendidikan sebagian besar S1, S2 (yang mendaftar), minimal D3. Nggak main main ini yang daftar," katanya.
"Jadi kita butuh orang yang betul-betul care ngajarin anak, ngajarin etika. Mereka kalau malam, ngajarin mereka belajar. kalau Minggu anak-anak diperiksain kukunya diguntingin. Itu kan kalau orang nggak punya hati nggak mau," Dien menambahkan.
Berita Terkait
-
Air Laut Nyaris Sejajar Tanggul Pantai Mutiara, Bisa Bikin Monas Kebanjiran?
-
Ojol Tewas, Ahok Sebut DPR Takut: Kenapa Tidak Berani Terima Orang Demo?
-
Ahok Ikut Komentar Soal Kenaikan Gaji Anggota DPR: Mau Rp1 Miliar Sebulan Oke
-
Ahok Tak Masalah kalau Gaji Anggota DPR Rp1 Miliar Sebulan, Tapi Tantang Transparansi Anggaran
-
CEK FAKTA: Ahok Sebut Jokowi Terseret Korupsi Pertamina Rp 193,7
Terpopuler
Pilihan
-
Bank Sumsel Babel Dorong CSR Berkelanjutan lewat Pemberdayaan UMKM di Sembawa Color Run 2025
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
Terkini
-
Doa Buka Puasa Rajab Lengkap dengan Artinya, Jangan Sampai Terlewat!
-
Pedagang Korban Kebakaran Pasar Induk Kramat Jati Mulai Tempati Kios Sementara
-
Buku "Jokowi's White Paper" Ditelanjangi Polisi: Cuma Asumsi, Bukan Karya Ilmiah
-
Gibran Turun Gunung ke Nias, Minta Jembatan 'Penyelamat' Siswa Segera Dibangun
-
Mensos Salurkan Santunan Rp15 Juta bagi Ahli Waris Korban Bencana di Sibolga
-
Anjing Pelacak K-9 Dikerahkan Cari Korban Tertimbun Longsor di Sibolga-Padangsidimpuan
-
Ibu-Ibu Korban Bencana Sumatra Masih Syok Tak Percaya Rumah Hilang, Apa Langkah Mendesak Pemerintah?
-
Eks Wakapolri Cium Aroma Kriminalisasi Roy Suryo Cs di Kasus Ijazah Jokowi: Tak Cukup Dilihat
-
Nasib 2 Anak Pengedar Narkoba di Jakbar: Ditangkap Polisi, 'Dilepas' Gara-gara Jaksa Libur
-
Mendiktisaintek: Riset Kampus Harus Bermanfaat Bagi Masyarakat, Tak Boleh Berhenti di Laboratorium